Monday, April 06, 2009

Surabaia 7 April 2009

Tadi, sehabis menyantap soto ayam Lamongan di dekat tangga utama Juanda Airport, saya duduk-duduk santai di kursi panjang putih bersih. Tak lama saya duduk, datanglah seorang bapak-bapak, rapi dan bersepatu mengaku kerja di Pertamina Balikpapan, dengan logat Balikpapan juga. Dengan lagak akrab dia berkenalan dan menyalami tangan saya. Ketika dia tahu saya dari Bali, dia menceritakan bahwa ia hendak membeli tanah untuk membangun Pom Bensin di Bali. Badan saya yang masih pegal plus perut yang baru saja diisi, kekenyangan, cuma manggut-manggut saja. Ia bilang akan menuju Balikpapan dengan Lion jam 2 nanti. Lalu ia menyulut sebatang Djarum dan ketika itu juga HP-nya bunyi. Tak sampai 5 menit ia pergi dengan ramahnya, saya merasa aneh, ini orang ngapain ya?

Setelah mengikuti langkah kakinya, ternyata ia menuju orang-orang yang duduk di belakang sana, mereka tampak akrab dan berpakaian rapi juga. Saya jadi semakin curiga, karena salah seorang temannya memperhatikan saya dikejauhan sini. Saya lempar muka dan pura-pura tak melihat saja.

Tak berapa lama, bapak yg tadi itu dan temannya yang memperhatikan saya itu datang menghampiri. Dengan ramah pula mereka mencoba ngobrol ngalor-ngidul. Saya hanya merespon dengan muka masam, karena pagi ini badan saya terasa lemas, lemas karena subuh tadi kena serangan diare akut yang datangnya tanpa kabar berita sebelumnya, mulut saya asam kayak orang ngidam.

Tanpa sadar, seorang bapak-bapak yang tak kalah rapinya datang menghampiri saya juga, dengan kemeja putih polos. Saya tahu bapak ini tadi ngobrol akrab dengan bapak-bapak yang lebih dulu menghampiri saya. Bapak pertama (sebut saja Bapak A), malah pura-pura nggak kenal dan menanyakan si bapak kemeja putih dari mana mau kemana. Si bapak kemeja putih bilang, "Saya baru aja dari Brunei, saya lagi bawa barang-barang elektronik". Saya tetap merespon dengan dingin. Si Bapak A seolah-olah mengarahkan saya agar saya nanya-nanya terus ke bapak kemeja putih. Melihat saya dingin, si bapak A menyodorkan Nokia E90 yg dibawanya lalu bilang, "Kalo HP gini berapa bos?".

Bapak kemeja putih: "200 dolar"
Bapak A: "Wah murah sekali"
Bapak kemeja putih: "Iya ini barang langsung dari brunei, makanya murah"
Bapak A nyuruh saya nanya ke bapak kemeja putih: "Coba tanya gimana cara mesennya"
Saya hanya diam dan pura-pura tak ngerti, "Maaf saya ndak ngerti soal barang2 elektronik"
Bapak A mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan laptop-laptop baru harganya berapa. Saya hanya diam, mereka tetap ngoceh di sebelah kanan dan kiri saya.
Melihat respon saya yg kurang enak, bapak yg dari tadi diam saja di belakang bapak A berkata, "Kayaknya orang ini gak ngerti elektronik", bisiknya pada bapak A, saya cukup mendengar kata-katanya meskipun ia berbisik.

Semakin curiga saja saya, takut kena tipu ataupun takut dihipnosis, saya memilih jalur aman. Saya cuman menanyakan jam dan lalu bilang, "Wah kayaknya saya harus check in sekarang Pak, sorry ya"

Ketiga bapak itu pun berlalu. Dari jauh saya perhatikan ketiga orang itu tampak akrab saja mengobrol. Sepertinya kecurigaan saya benar, mereka kayaknya sindikat yang mungkin saja hendak menipu atau sejenisnya. Kawan, hati-hati ya.