Thursday, June 21, 2012

Training EPSA

Selasa hingga Kamis tanggal 19-21 Juni 2012 aku mengikuti training Electric Power System Analysis di Novotel Balikpapan. Harinya nanggung hanya 3 hari juga mulainya hari Selasa. Apakah ini bagian dari cost cutting? Training yang diprovide oleh Patriatix dari Jakarta dengan Trainer Bambang Harjoko dari AKA Migas Cepu.


Training berlangsung santai dengan suasana kental ruang kuliah. Sang mantan dosen mengajar dengan lebih banyak bercerita pengalaman dan cerita praktis yang ia alami dari mulai ujung barat hingga timur Indonesia.


Pada hari terakhir, sebelum makan siang materi sudah dihabiskan dengan tuntas. Setelah makan siang kami menyedot semua data di netbook sang dosen sebanyak 30 GB.


Training di hotel berbintang 4 memang memuaskan, mulai dari snack hingga makan siang. Mulai dari toilet hingga lobby tempat istirahat, sofanya empuk dan udaranya sejuk. Tersedia juga 2 apple computer untuk main internet gratis dengan kecepatan 1/2 Mbps. Lumayan. Disamping itu ada juga wifi dengan kecepatan hampir sama dengan desktop tadi.


Training kali ini mendapat souvenir berupa tas, jacket/jas, kalkulator, flashdisk 2 GB, dan terakhir ditutup dengan pembagian sertifikat. Mantap!


Published with Blogger-droid v2.0.4
Published with Blogger-droid v2.0.4

Ke Balikpapan Setelah Cuti

Off kali ini aku kembali pulang via Makazzar, namun kali ini kena batunya. Pesawat yang aku tumpangi dari Balikpapan delay, sehingga aku ketinggalan penerbangan ke Bali. Aku mencoba mengejar Garuda yang jam 18.00 tapi check in counter sudah closing. Akhirnya aku semalam menginap di Makazzar. Lion memberikan hotel transit murah berjarak 10 menit dari bandara dengan fasilitas antar jemput. Keesokan Kamis paginya aku melanjutkan penerbangan ke Bali dengan Lion jam 9. Setiba di Bali kami langsung menuju Jero untuk mejenuk'an karena esoknya akan ada acara Ngaben.


Hari Jumat 1 Juni 2012, wadah tumpang pitu diusung ke Setra Gubug. Peserta Ngaben masal yang terdiri dari 18 Sawo dan 25 sawo yang meninggal karena keguguran/dalam kandungan. Tak disangka ketemu Mastawan yang mempertemukan Anom, teman lama kakak kelas SMA dan teman di Jogja. Ia kini bekerja di Humas Pemda Tabanan.


Keesokan hari, adalah hari istirahat. Aku dan Nana jalan-jalan ke BTN. Nana main putri malu dan sinar mentari menerobos masuk dari belakang rambut Nana membuat berpendar keemasan. Pada siang hari setelah Nana dan Citta bobo, tepat jam 12 aku gowess menuju Kedungu. Siang yang panas dengan langit biru dan awan yang indah dipenuhi oleh anak-anak SMP yang pulang sekolah sehabis pengumuman kelulusan. Baju-baju mereka penuh coretan spidol dan cat pilox. 10 tahun lalu, aksi corat-coret hanya dilakukan oleh anak SMA. Sekarang anak SMP sudah mulai ditambah dengan naik motor. Kita lihat 10 tahun lagi. Mungkin anak-anak SD akan melakukan hal yang sama.


Nana yang dibelikan fabre castell model baru makin senang saja mewarnai. Ia sudah bisa menelusuri garis-garis meskipun tangannya masih belum teliti. Goresannya masih kasar. Tapi cari memegang kuasnya seperti sudah profesional. Nana juga senang sekali mainan piano yang dibelikan di toko China di Udayana. Tapi ia justru senang mainkan musik built in-nya. Pada hari yang luang aku ajak Nana main trampolin ke Hardy's. Meskipun capek, Nana senang, seluruh energi anak-anaknya mungkin tersalurkan pada tempat yang tepat.


Akhirnya tanggal 4 Juni tepat purnama, Citta pertama kali diajak sembahyang ke Pura Ciwa Kebon. Cita pakai baju bunga-bunga. Nana pakai kebaya warna merah tua. Pada hari terakhir odalan kami keluarga besar mengadakan rapat besar untuk membicarakan renovasi sanggah. Didapat kesimpulan bahwa masing-masing keluarga besar menyumbang 20 juta. Sore hari setelah lebar karya, kami menuju Kasta Gumani untuk imunisasi Citta IPD. Sepertinya orang-orang sudah pada tahu teknik antri. Meskipun kami datang sangat awal tetap dapat antrian 8. Sambil menunggu kami berlalu menuju pasar senggol Tabanan. Menikmati bakso di warung Sepek dan Nana seperti biasa mengunjungi Odong-odong.


Esok harinya di hari Jumat kami hanya berempat sepakat menuju Galeria. Citta ditaruh di stroller. Nana jalan kaki pinter. Lalu di hari Sabtu aku bersama Kacong, Jales dan Jerry menuju Tenganan memotret perang pandan. Di Hari Minggu kami para Bisma Photo Club melakukan sesi pemotretan prewedding Muri+Yuni di Museum bali dan Pantai Batungaus. Di sinilah sakitku dimulai. Badan jadi pegal. Suaraku hilang jadi serak-serak hilang. Keesokannya aku mencoba massage di Kediri dengan biaya 40 ribu rupiah selama 1 jam, badanku dipijat sekujur tubuh. Lumayan. Belum habis masa istirahat, aku harus mengunjungi Jero lagi untuk orang Mepandes. Sempat juga melakukan foto 4 generasi. Opang, Ninik, Wayah, Indah, Rana, Citta.


Hari Rabu mendapat kabar ibunda De Wahyu meninggal. Hari Kamisnya melakukan upacara penguburan ke Setra Pandak. Disana aku bertemu dengan keluarga-keluarga besar Bajera, sahabat lamaku, sahabat kecilku. Ketemu juga dengan kerabat yang menjadi kontraktor rumah. Ia membangun rumah seharga 300 juta dengan modal tanah 100 juta dan rumah 85 juta. Jadi untungnya sekitar 115 juta dibagi 300 juta sama dengan 38 persen, hebat! Pada sore hari untuk menghilangkan boring Nana, aku ajak dia jalan-jalan naik motor melalui sawah kebilbil, lalu menuju lapangan bola Beraban. Dia senang karena lapangan luas hijau itu begitu lapang baginya.


Pada hari Jumat 15 June kami mendapat giliran ke Kantor Camat untuk membuat e-KTP. Sehabis itu Citta digundul di Personal Style Salon milik Dek Epik di bilangan by pass kediri samping Hardy's. Pada sore hari Nana kuajak jalan-jalan lagi kali ini menuju Demung Tabanan, bersama Kak Dedek dan Kak Cintia naik mobil. Hari Sabtunya kami berlalu menuju Angga Buana, bersih-bersih rumah. Rumput sebagian dibabat bersih sama Mbok Dek. Tinggal membersihkan sisa-sisa saja. Meteran rusak dan tidak bisa melakukan pengisian. Sementara sekarang dilakukan jumper listrik. Siang itu Nana diajak ke McD tapi nangis entah karena apa.


Lalu keesokan harinya hari Minggu sehari sebelum berangkat, kami ke Jero. Nana ketemu sahabat barunya Wahyu. Mereka sibuk main dagang-dagangan, main air di halaman jero. Gek Muni dan Yu Mang juga datang. Nana sibuk main masak-masakan dengan daun sebagai bahannya. Pokoknya asik.


Off ini pula aku melakukan experimen lensa fisheye dari doorviewer yang kubeli di Mitra 10 seharga 25 ribu. Namun hasilnya masih kurang sempurna. Akhirnya terpaksa kubeli yang beneran via Kaskus. Hari Senin 18 June 2012 aku berangkat ke Balikpapan via Surabaya. Sudah hampir setahun tidak melalui jalur ini. Naik Garuda memang fantastis. Tiba di Balikpapan 15 menit lebih awal dari ETA. Seat terisi sekitar 60-70 persen saja. Aku berangkat duluan untuk training 3 hari di Novotel.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Perang Pandan

Pagi-pagi jam 6 lewat 5 menit aku menembus pagi menuju arah timur, Sanur. Jalanan masih sepi dan matahari masih belum terbit. Perjalanan lancar dan sekitar 45 menit berikutnya aku t'lah tiba di IGBB Sanur. Jarak tempuh sekitar 25 km. Kacong, Jales dan Jerry sudah menunggu di kantin. Aku ikutan sarapan nasi kuning dan teh anget. Tak lama kami berempat berlalu menuju timur lagi, menyusuri jalanan lebar by pass Ida Bagus Mantra. Jales nyetir dengan mulus. Berbekal GPS dan ketidaktahuan jalan, akhirnya kami tiba dengan selamat di Desa Tenganan. Seperti di desa asing. Aku merasa seperti bukan berada di Bali, agak aneh. Terutama logat orang-orangnya. Jarak tempuh dari Sanur sekitar 55 km tak terasa dengan senda gurau kami sepanjang jalan.


Setelah melakukan registrasi dan medana punia di pintu masuk, sukarela aku memilih Rp 50 ribu, kami memasuki kawasan Desa Tenganan Pegeringsingan. Bangunan memang masih asri. Atap-atap rumah masih menggunakan Jerami. Tampak duduk-duduk para fotografer, ngopi sambil membicarakan strategi memotret perang pandan nanti yang dimulai jam 1 siang. Kami terus jalan menuju utara, hulu. Bangunan tertata rapi. Pintu gerbang rumah mereka sebagian besar bertuliskan bahasa asing, menjual songket dan pernik lainnya. Nampak kebo-kebo di depan rumah penduduk berjalan terseok otomatis tanpa dihalau. Ternyata kebo-kebo ini tak bertuan, kebo liar yang jumlahnya tak diketahui. Disini, kebo dan sapi dihormati dan disucikan. Tampak para lelaki tua duduk-duduk mengobrol di jineng besar. Mereka bertelanjang dada dan menggunakan kamben Bali. Terselip keris kecil di belakang. Tampak pula para ibu-ibu pakai kamben dan kain setinggi dada membawa buah-buah persembahan pulang dari pura. Mereka tidak mengenal canang.


Sambil menunggu siang kami mampir makan siang di rumah Gede, temannya Kacong. Gede ini mengambil istri orang Tenganan. Sajian babi goreng dan lawar merah ditutup dengan tuak khas tenganan. Darinya aku tahu kalau di Tenganan tidak mengenal Galungan dan Nyepi. Mereka juga punya kalender sendiri. Hari besar mereka ya hari perang pandan ini. Orang Tenganan adalah kaum landrefarm atau tuan tanah. Mereka memiliki tanah yang diusahakan oleh orang-orang sekitar Tenganan. Mereka juga punya sistem masyarakat yang teratur. Tidak boleh mengambil istri dari luar Tenganan kecuali triwangsa. Jika dilakukan maka akan dibuang dari lingkungan banjar, diberi rumah sempit di luar wilayah utama. Setiap pasangan nikah baru diberi lahan tanah lengkap dibangun rumah dengan gotong-royong. Semua asset adalah milik adat desa.


Sehabis makan siang, sekitar jam 12, kami melihat ada rombongan ngelawang mengitari desa. Setelah selesai ngelawang, perang pandan pun dilanjutkan. Ternyata disekitar panggung sudah penuh sesak dengan orang-orang, terutama fotografer. Berharap bisa mendapatkan tempat di atas panggung pupus, kami tak mendapat ijin meskipun kami punya orang "dalam", Gede. Terpaksa nyari tempat kesana-kemari tapi semua sudut sudah penuh. Aku hanya mendapat angin. Nasib pula sebagai fotografer memiliki postur kurang tinggi :)


Dekat-dekat akhir acara akhirnya dapat posisi yang agak tinggi dari sisi timur. Namun tidak mendapat hasil foto yang dahsyat karena orang yang perang pandan, dihalangi 'wasit' yang jumlahnya terlalu banyak di panggung.


Berikut tips memotret perang pandan versi saya: - Kenakan pakaian adat Bali, agar lebih blending dengan masyarakat sekitar. - Datang lebih awal dan standby di sekitar panggung beberapa saat sebelum acara. - Jika punya bawa 2 body 2 lensa. Dengan lensa tele dan wide, atau jika body kamera 1 bawa lensa sapujagad, namun lensa 18-70 saya rasa sudah cukup mengcover perang dari sekitar panggung. - Siapkan fisik dan tenaga karena panas dan terik. - Lebih baik bawa kamera terhunus, jangan bawa tas besar karena menyulitkan saat berdesakan ketika meringsek panggung. - lebih baik bawa kursi dari rumah atau nyewa di warung-warung kecil agar dapat angle dan moment yang bagus. - Ketahui susunan acara agar dapat angle yang sudah ditunggu-tunggu.


Karena makin hari makin banyak saja fotografer yang memotret acara-acara, maka kadang yang difoto adalah kamera. Kadang yang menjadi foreground objek utama adalah deretan tangan-tangan yang memegang DLSR yang diangkat untuk mendapat foto meskipun blind shot. Mungkin ke depannya ada beberapa hal yang patut diubah atau ditingkatkan dari acara-acara seperti ini.


Berikut sedikit saran buat panitia perang pandan: - Acara dibikin lebih profesional dengan panitia yang lebih sip - Dibikin panggung seperti tinju atau kecak di Uluwatu dengan penonton yang terorganizir sehingga menyamankan penonton, fotografer dan pelaksana upacara - Disediakan spot/tempat khusus fotografer sehingga tidak ikut berdesakan dengan penonton


Mungkin itu saja saran saya semoga selanjutnya lebih meningkat dan lebih banyak moment yang bisa ditangkap.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Wednesday, June 06, 2012

10 Kunci Hidup Sehat

List ini saya dapat di internet dan saya ringkas menjadi 10 list berikut. Moga bisa menjadi panduan sehari-hari:

1. Pola makan gizi seimbang
2. Minum air putih 2 liter/hr
3. Olahraga 30-60 menit 4x seminggu
4. Jaga BMI 20-25
5. Jaga kebersihan diri & lingkungan
6. Cukup istirahat 6-7 jam/hari
7. Tidak minum alkohol
8. Tidak merokok
9. Mampu mengatasi stress
10. Rajin bersosialisasi
Powered by Telkomsel BlackBerry®