Sunday, August 07, 2016

West Seno Trip 11

28 July - 4 August 2016

"I am not the best, but I will do my best."

Trip kali ini adalah persiapan terakhir menjelang TA dan menginap pertama di penginapan BP selepas Suraton tutup. Pagi itu cerah dan perjalanan menuju Lhoktuan lancar. Perjalanan laut pun sama, lancar tanpa halangan, ombak tenang sepanjang perjalanan. Jam 4 sore kami sudah merapat di FPU. Sehari-hari disibukkan dengan persiapan material, persiapan man power hingga memilah kontrak mana yang akan dipakai membeli material tambahan, agar cepat datang namun compliance pun harus selalu dijaga. Ini tantangannya.

Disela kesibukan persiapan TA atau tepatnya ICSU (integrated commissioning and start up) kami diwajibkan juga konsultasi dengan leader untuk membicarakan target hingga pertengahan tahun ini. Banyak sekali masukan yang aku dapat, tidak pernah saya dapatkan dari leader sebelumnya. Maklum leader baru saya baru pulang dari IWA (international work assignment) di US.

IFO 90 days pun dilakukan dengan sederhana berbarengan dengan halal bihalal Ramadhan 1437H yang diadakan se-KLO melalui teleconference. Tidak ada kambing guling di laut hanya tongseng kambing dan makanan biasa lainnya. Ketika timbang beratku hampir mencapai 86 kg. Edan. Apa gerangan strategi agar supaya turun atau minimal tidak naik lagi.

Beberapa hari kemudian muncullah kapal baru sangat besar WM Pacific membawa 1750 ton MEG yang merupakan pengiriman tahap pertama. Disusul dengan datangnya EP300 yang merapat dengan sukses pada Selasa 2 Agustus bertepatan dengan mulai demamnya aku. Di sela menyiapkan segala hal tentang mini TA aku diminta juragan membuat sekedar poster untuk menyambut ICSU Bangka 2016. Jadilah aku ambil beberapa gambar pada incoming Bangka. Namun ketika sedang akan kuedit keburu sakitlah aku. Rabu pagi tanggal 3 aku ijin tidak bisa bekerja karena demam menyerang. Rabu sore aku menunjukkan 1 bentol di tangan kanan. Dokter melalui perawat lapangan menyatakan aku cacar air dan harus dipulangkan segera. Jadi aku on duty hanya seminggu, sisa seminggu sick leave. Esoknya Kamis aku ikut pulang ke Balikpapan. Kamis pagi itu ombak mengguncang kapal hingga terasa sarapan tadi pagi mau keluar. Bahkan kami harus turun ke boat melalui EP300 untuk menghindari angin dan gelombang dari arah barat.

Sore tiba di bandara aku langsung issued tiket untuk pulang Jumat siang dengan pesawat direct Citilink. Baru tahu ternyata ada direct flight baru Sriwijaya Air Balikpapan-Denpasar, bisa jadi alternatif nih. Sorenya aku memutuskan menginap di Mega Lestari. Kubeli kamar via Traveloka dengan harga miring, ternyata memang dapat kamar di side wing, full wifi tapi tanpa breakfast.

Jumat pagi aku menuju bandara dengan taxi. Memakai masker dan langsung menuju counter check in. Petugas bertanya "apakah bapak sedang sakit?" Saya jawab hanya alergi. Kemudian berlalu menuju ruang tunggu dan akhirnya ketika naik pesawat aku mengenakan topi kupluk dan masker sehingga tak kelihatan mukaku yang penuh bercak merah, namun belum bernanah. Perjalanan lancar dengan cuaca cerah. Naik gojek menuju pandak. Belasan kali aku memakai gojek tak sekalipun menemukan driver orang Bali. Siang itu aku coba gocar namun 10 menit tak kunjung ada yang mengambil orderanku. Mungkin karena ongkosnya terlalu murah, hanya 100rb. Kalau naik taxi bandara bisa lebih dari 250rb.

Akhirnya kami berkumpul kembali di rumah tepi sawah ini. Kami berempat kompak cacar, hanya Nana saja yg mampu bertahan. Hebat Kak Nana.