Wednesday, October 19, 2016

Penghasilan Gojek

Sekian kali naik goj*k tak satupun bertemu dengan driver lokal. Seperti halnya kemaren saya diantar Pak Abdoel yg berasal dari Jember. Tanpa dikomando ia "berpidato" panjang lebar di sela-sela kemacetan jalan raya Kerobokan. Menurutnya sekarang aplikasi gojek makin canggih karena kini autobid. Si Apps langsung "memilihkan" driver yg lokasinya paling dekat dengan customer. Bukan seperti dulu, yang rebutan mencet "ambil order" dan capek mantengin HP sepanjang waktu, menunggu orderan datang. Siapa cepat dia dapat.

Konon kini, setelah driver goj*k kian berkurang, ia bisa mendapat minimal 200rb bersih perhari sudah dipotong makan, bensin dan setoran ke kantor gojek. Jam kerja ia atur sesuka hati. Jika sedang pingin istirahat, ia tinggal mematikan paket data hp-nya. Tak ayal jika ia bisa mendapatkan 6-8 juta per bulan hanya menjadi biker goj*k. Luar biasaaa...

Impianku Kelak

Saya bermimpi suatu hari punya sanggar seni tari, karawitan dan lukis dimana disana anak-anak belajar secara gratis. Melestarikan budaya warisan leluhur yg adiluhung.

Anak SMP Naik Sepeda

Salut sama anak2 SMP yg masih mau naik sepeda ontel ke sekolah. Bukan merengek minta motor, lalu ibumu kesana kemari berhutang hanya demi kamu naik sepeda motor ke sekolah. Saya yakin kalian bukan orang sembarangan bro...!! Tetaplah semangat dan berjuang. Karena kata orang bijak tak akan ada perjuangan yg sia-sia.

Baju Hitam

Dalam artikel agar terlihat kurus salah satu triknya adalah kita harus berpakaian berwarna gelap atau hitam sekalian. Saya sudah mencobanya dan berhasil. Malah saya sendiri ketipu. Karena suka pakai baju hitam, tanpa saya sadari dalam waktu 6 bulan ini berat badan saya naik 10 kg. Ediannn. Hehe...

Bulan Oktober 2016

"You never know how strong you are. Until being strong is the only way you have."

Off ini disibukkan oleh kegiatan Ngaben atas meninggalnya pekak Suarya. Beberapa hari dirawat secara intensif di rumah sakit dan ketika sudah diijinkan pulang, beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada 5 Okt. Ngaben dilakukan Senin 10 Okt 2016 yang dipuput oleh Ida Pandita dari Kediri. Biaya banten hanya 15 juta separuh kurang dibanding harus beli di Pandak 35 juta. Harus ada yg berani mendobrak, berubah atau mati.

Di sela menunggu upacara Ngaben, kami berlima sempatkan jalan ke GL dan BW. Rutinitas seperti biasa disibukkan dengan kegiatan antar jemput sekolah anak-anak. Cimol sekarang tak mau sering-sering kuantar, selalu minta diantar-jemput ibunya. Ketika ada kesempatan mengantar, aku manfaatkan waktu menunggu dengan jogging 2x di lapangan Alit Saputra.

Setelah selesai nyapsap dari rangkaian upacara Ngaben, kami mengunjungi adik Rashita di Bajera yg baru berusia 3 minggu. Menjenguk Ajik Kayan dan Biyang Jero yg kondisinya kian drop. Sungguh memprihatinkan dan membuat hati pilu.

Mencoba hal baru dengan belajar meracik kopi ala vietnam drip dan cappucino. Kucoba membeli peralatan di Bukalapak dan Ace Hardware dan memulai kisah latte art ini. Belum berhasil membuat lukisan di atas espresso karena foam yang dihasilkan french press masih belum sempurna tekniknya. Aku membeli kopi di Sudimara dan setelah beberapa hari aku minum kopi, dada sedikit sesak dan jantung agak berdebar. Mirip yang aku rasakan beberapa tahun lalu. Setelah ku telusuri, kopi yang aku minum adalah type Robusta yang kandungan kafeinnya lebih tinggi daripada Arabika. Next aku coba kopi Kintamani yang arabika dan lebih rendah kafein. Pada saat yang sama leher kananku ada bejolan, namun kata temenku dokter Doddy, itu hal biasa jika sedang panas dalam, kelenjar limphe yg membengkak.

Off ini deba genap berusia 5 bulan. Ketika dibawa imunisasi dan ditimbang beratnya 6.5 kg dan panjang 41 cm. Berat hanya bertambah 100 gram dari seharusnya 250 gram. Dokter memberikan saran memperpendek waktu nyusu dengan frekuensi lebih sering.

Setelah jalan 1.5 bulan (3000 km), Vario techno Tiwi kembali tersendat. Setelah diservis, motor kembali bagus. Namun masih belum ketemu masalah utamanya. Di sela off pada hari Minggu pagi kami main ke pantai Kedungu. Ranacitta bermain pasir dengan riang, adiknya hanya bisa memandang dengan antusias. Bikin baby mat dengan pipa paralon sisa dan sewa baby seat di Denpasar.

Akhirnya pagi ini aku dianter ibu hingga banjar semer saja. Lalu lanjut naik gojek ke bandara. Cuaca begitu panas menyengat, langit biru cerah tanpa awan setitikpun. Semoga perjalanan hari ini lancar dan selamat sampai tujuan.

Perjalanan lancar, tiba ontime di Balikpapan. Dijemput langsung menuju esai. Menyempatkan mampir di Pentacity yg baru buka. Mall megah dengan minim sekali pengunjung pada weekday. Di esai bertemu Yayan yg mengajari membuka account main jual beli valuta asing. Belajar ilmu baru. Seperti biasa besok kami akan melakukan perjalanan panjang ke West Seno. Moga diberi kelancaran dan kemudahan. Astungkara.

Friday, October 14, 2016

Wayan Dogler Tak Bisa Ngaben

Wayan dogler tak mampu membayar biaya banten ngaben kakeknya yg baru saja meninggal. Drpd berhutang atau menjual sawah ladang warisan ia berpikir lebih baik tak mengabenkan kakeknya yg biayanya membuat ia kaget bukan kepalang. Menurut dia tak seharusnya biaya banten semahal itu, mending uangnya saya pakai bisnis dan sebagian bisa saya sumbangkan ke keluarga saya yg perlu uang untuk melanjutkan sekolah. Wayan dogler memang penuh perhitungan dan strategi. Ia tak mau rugo sedikitpun, semuanya harus diatur secara matang.

Wayan dogler yg modern tak pernah berhitung ketika membeli telepon pintar seharga separuh dari biaya ngaben kakeknya. Ia tak pernah berhitung ketika membeli seri gadget terbaru seharga 3x penghasilan bulanannya.

Modernisasi Membunuh Tradisi

Bagi sebagian orang, kehidupan tradisional identik dengan kuno, katrok maupun ndeso. Pantas saja kini para ABG memilih menjalani gaya hidup modern yang terlihat lebih mewah dan bergengsi, meskipun banyak makan biaya. Entah untuk menyenangkan siapa...

Sebut saja Gek Dwi, Gek Tri tak sempet belajar bikin sampiyan. Sepulang kuliah mereka kini sibuk membagi waktu agar sempet ke salon: menicure, pedicure, meluruskan rambut, sulam alis atau sekedar creambath, hingga luluran di spa yang paling terkenal di pusat kota.

Luh Mirah, Luh Ayu pun tak sempat membantu mertuanya ngulat tipat atau sekedar bikin canang ceper untuk rainan purnama besok. Aktivitas padat sosialitanya membuat ia harus lebih intens berkumpul bersama ibu-ibu muda gaul di restoran yg lagi happening, ber-wefie ria dan tak lupa upload di social media.

Nang Lecir, Nang Jempaluk sekarang lupa bagaimana rasanya "mecil siap", atau sekedar "mangin" celeng "ngamah". Mereka kini disibukkan oleh "mecil" gadget atau sibuk nyari pokemon hingga ke batas desa.

Rah Mang atau Gus Tut sudah makin jarang membaca kekawin ataupun sekedar menembangkan pupuh sinom, pupuh ginada. Kini mereka disibukkan jadwal meeting dengan client, bertemu di resto siap saji atau di tempat minum kopi yang penuh wifi.

Yan Dogler, Tut Mancrut kini lupa cara ngulat klatkat sudamala, lupa cara merangkai "sanggah surya". Mereka kini sibuk dengan bisnis menjadi maklar jual beli tanah. Mereka ikut andil memperjualbelikan tanah warisan orang-orang desa yg sedang kebingungan karena terjerat hutang.

Thursday, October 13, 2016

Tri Hita Karana

Tadi melihat kotak bertuliskan "Dana punia tri hita karana". Entah apa ini maksudnya. Belum pernah mendengar dana punia jenis ini. Yang saya tahu tri hita karana itu adalah 3 kearifan lokal Bali yang terdiri dari Kahyangan, Palemahan dan Pawongan. Tri Hita Karana adalah menjaga hubungan yang baik dengan Hyang Widhi, dengan alam dan dengan sesama manusia.

Orang Bali sangat memegang teguh filosofi ini. Namun apakah semua orang Bali mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari2, tidak hanya sekedar wacana, tak hanya sebatas filosofi. Sering dibanggakan di koran2 atau dipuji2 diberbagai seminar.

Kahyangan atau hubungan yang baik dengan Hyang Widhi. Wujud nyatanya adalah sembahyang. Sudahkah orang Bali rajin sembahyang. Di Bali banyak ada rahinan yakni hari baik yg digunakan orang Bali untuk mendekatkan diri denganNya. Banyak orang Bali yg rajin, namun banyak pula yang biasa saja. Banyak yg ke pura setiap purnama tilem. Biasanya yg rajin adalah para wanita, para lelaki mengantarkan hingga depan pura saja. Kemudian sang lelaki memilih menunggu sambil ngopi di warung kopi dekat pura. Mendekatkan diri denganNya cukup dengan nunas tirta. Odalan pura yang datang setiap 6 bulan sekalipun belum tentu hadir. Sembahyang tri sandya setiap hari pun sangat jarang dilakoni. Jarang ini lebih ke tidak pernah. Lantas dimana letak religius orang Bali? Dimana letak pengamalan filosofi Kahyangan yg merupakan bagian pertama Tri Hita Karana.

Palemahan atau hubungan yang baik dengan alam. Sudahkah orang bali menyayangi alam? Di bali ada hari tumpek bubuh dan orang bali biasanya menyebutnya dengan hari tumbuhan. Di hari ini dilakukan upacara untuk tumbuhan, agar tumbuhan tumbuh subur untuk memberikan hasil bumi yg kelak akan digunakan pada hari Galungan sebulan kemudian. Namun benarkah orang bali sayang akan alam. Benarkah orang bali merawat tumbuhan pada tumpek bubuh? Jaman sekarang hal ini agak diragukan. Karena, jangankan merawat, tumbuhan saja tidak punya karena rumah hanya seluas 1 are penuh diisi bangunan. Tak ada tempat untuk merawat tanaman. Apakah pernah orang bali melakukan penanaman pohon massal, mereboisasi hutan yg gundul. Menyayangi alam? Sepertinya salah. Sekarang semua manusia berlomba-lomba menyulap sawah jadi ruko, menyulap pesisir pantai jadi vila hingga bungalow. Alam pun murka, banjir mulai melanda sudut-sudut bali.

Pawongan adalah menjaga hubungan yg baik dengan sesama manusia. Manusia bali sangat sosial. Mereka sangat senang membantu sahabat, tetangga dan kerabatnya. Mereka sangat senang dicap rajin, dikenal suka membantu di banjar, meskipun kadang di rumah pekerjaan masih terbengkalai. Mereka sangat mementingkan reputasi baik di banjar meskipun rela warung nasinya tutup selama 3 hari demi ngopin tetangga yg sedang bersuka cita, menikahkan anaknya. Manusia bali sangat menjaga hubungan baik itu. Namun manusia bali kadang lupa, untuk sekedar menyisihkan sedikit penghasilannya, untuk disumbangkan ke panti asuhan, ke tetangga yg tak mampu membeli sekilo beras atau ke kaum miskin yg hidupnya di kandang sapi. Manusia bali berlomba menyumbangkan sebagian kekayaan untuk membangun pura, bale banjar hingga bale kulkul desa, namun kadang lupa menyisihkan receh berbagi dengan semeton bali yg hidup terlunta, janda miskin yg ditinggal mati suaminya atau anak 8 tahun yg putus sekolah karena orang tuanya pergi entah kemana.

Thursday, October 06, 2016

West Seno Trip 13

22 Sept - 5 October

"Jika semua orang sibuk bekerja, lantas siapa yang akan menyapa burung di pepohonan."

Trip kali ini agak spesial karena trip pertama aku menginap di ESAI yang terletak di belakang Hotel Sepinggan. Akomodasi dapat nilai 80 meskipun agak jauh dari pusat kota. Tak masalah. Naik dengan mode normal operation pasca Bangka online 1 bulan. Berbagai problem bawaan muncul bertubi-tubi, break in job mencapai 4%. Masih jauh di bawah KPI sih. Biasa. Masih dalam memulai bath tub curve. Produksi pun di ramp up hingga mencapai 110 MM.

Kali ini mencoba diet. Selama 2 minggu ini aku coba tak makan nasi. Hanya sayur dan lauk pauk saja. Banyak buah. Sayang tak bisa banyak olahraga. Konsumsi kopi pun masih belum bisa dikurangi. Terutama agar bisa terjaga tiap malam, sekedar menyambung lembur tanpa bayaran.

On kali ini benar-benar disibukkan oleh MEG Transfer. Karena aktivitas ini pula saya tak bisa pulang untuk mengikuti Planner Engagement yang harusnya diadakan pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2016. Rencana nonton bareng pun batal. Rencana ke bukit alpha juga batal dan segudang rencana lainnya batal atas nama dedikasi pada perusahaan. Mantap memang.

Transfer MEG menguras energi dan waktu. Sejak Kamis 29 Sept team sudah mulai bekerja di POSB Tanjung Batu. Hingga akhirnya bisa mengirim pada Senin 3 Okt. Selasa cuaca buruk sejak subuh di West Seno membuat proses transfer tertunda. Baru bisa dimulai jam 15.40 hingga selesai jam 23.15 untuk mentransfer 7 ISO tanks. 1 tanks terakhir tak bisa karena koneksi yang mentok. "No MEG no production".

Belum selesai aktivitas MEG, disibukkan lagi dengan hampir habisnya stok methanol. Konsumsi methanol naik drastis dengan semakin naiknya produksi. Strategi pun dirancang agar tak ada keterlambatan. "No methanol no production".

Setelah hampir 2 minggu diet, sekarang giliran timbang badan dan lumayan turun 1 kg. Tak sia-sia perjuangan ini meskipun masih perlu meningkatkan aktivitas fisik dengan olahraga ringan minimal 3 kali seminggu selama minimal 30 menit.

Di sela menyiapkan hand over di hari terakhir kerja, di sela mengikuti teleconference call planner engagement, di sela mengikuti IFO180 days dan townhall meeting, di sela menyiapkan expedite methanol, MEG dan glycol, aku dikejutkan kabar duka dari rumah jika Kak Suarya meninggal dunia. Setelah beberapa hari di rumah sakit karena ditabrak motor, akhirnya beliau meninggal dengan tenang dan akan diabenkan hari Senin 10 Okt 2016. Dumogi amor ring acintya.

Wednesday, October 05, 2016

West Seno Trip 13

22 Sept - 5 October

"Jika semua orang sibuk bekerja, lantas siapa yang akan menyapa burung di pepohonan."

Trip kali ini agak spesial karena trip pertama aku menginap di ESAI yang terletak di belakang Hotel Sepinggan. Akomodasi dapat nilai 80 meskipun agak jauh dari pusat kota. Tak masalah. Naik dengan mode normal operation pasca Bangka online 1 bulan. Berbagai problem bawaan muncul bertubi-tubi, break in job mencapai 4%. Masih jauh di bawah KPI sih. Biasa. Masih dalam memulai bath tub curve. Produksi pun di ramp up hingga mencapai 110 MM.

Kali ini mencoba diet. Selama 2 minggu ini aku coba tak makan nasi. Hanya sayur dan lauk pauk saja. Banyak buah. Sayang tak bisa banyak olahraga. Konsumsi kopi pun masih belum bisa dikurangi. Terutama agar bisa terjaga tiap malam, sekedar menyambung lembur tanpa bayaran.

On kali ini benar-benar disibukkan oleh MEG Transfer. Karena aktivitas ini pula saya tak bisa pulang untuk mengikuti Planner Engagement yang harusnya diadakan pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2016. Rencana nonton bareng pun batal. Rencana ke bukit alpha juga batal dan segudang rencana lainnya batal atas nama dedikasi pada perusahaan. Mantap memang.

Transfer MEG menguras energi dan waktu. Sejak Kamis 29 Sept team sudah mulai bekerja di POSB Tanjung Batu. Hingga akhirnya bisa mengirim pada Senin 3 Okt. Selasa cuaca buruk sejak subuh di West Seno membuat proses transfer tertunda. Baru bisa dimulai jam 15.40 hingga selesai jam 23.15 untuk mentransfer 7 ISO tanks. 1 tanks terakhir tak bisa karena koneksi yang mentok. "No MEG no production".

Belum selesai aktivitas MEG, disibukkan lagi dengan hampir habisnya stok methanol. Konsumsi methanol naik drastis dengan semakin naiknya produksi. Strategi pun dirancang agar tak ada keterlambatan. "No methanol no production".

Setelah hampir 2 minggu diet, sekarang giliran timbang badan dan lumayan turun 1 kg. Tak sia-sia perjuangan ini meskipun masih perlu meningkatkan aktivitas fisik dengan olahraga ringan minimal 3 kali seminggu selama minimal 30 menit.

Di sela menyiapkan hand over di hari terakhir kerja, di sela mengikuti teleconference call planner engagement, di sela mengikuti IFO180 days dan townhall meeting, di sela menyiapkan expedite methanol, MEG dan glycol, aku dikejutkan kabar duka dari rumah jika Kak Suarya meninggal dunia. Setelah beberapa hari di rumah sakit karena ditabrak motor, akhirnya beliau meninggal dengan tenang dan akan diabenkan hari Senin 10 Okt 2016. Dumogi amor ring acintya.

Sunday, October 02, 2016

Teringat Masa Kecil

Mendengarkan lagu Singing in the Rain milik Jamie Cullum, mengantarkan aku pada kenangan masa lalu. Suasana lagu seperti malam yg penuh bintang. Rumahku masih berdinding gedeg dan jalanan di depan rumahku belum beraspal seperti sekarang. Jika hujan maka jalanan seperti kubangan kebo. Suasana ketika melaspas rumah gedeg bapakku, hasil keringatnya sendiri. Para keluarga semua datang ke Bajera. Tidur bersama di beranda rumah. Pada malam yg ke sekian aku diajak jalan ke utara rumah menyusuri jalan tanah, ke arah agak tinggi. Aku melihat bintang dan memandang ke arah selatan. Kerlip bintang di pantai kuta terlihat megah malam itu. Ketika bermain di sawah dekat rumah. Ketika kami para sahabat pernah tertawa pernah berkelahi. Ketika kami membangun gubuk di tengah sawah menaikkan layang-layang di siang bolong. Gubuk jerami kami terbakar. Asapnya hitam membubung tinggi. Ketika sawah-sawah kering dekat rumah kami menjadi lapangan bola. Kami bermain hingga senja menghilang dan bapak selalu mencari kami, jangan main melewati sandikala karena sandikala itu tenget. Para memedi sedang lalu lalang. Ketika Nyepi kami menginap di pos kamling dekat rumah. Tepat tengah malam jam 12 segumpal api terbang dari arah utara menuju pos kamling. Ternyata para orang tua kami ronda mengawasi sehingga segumpal api pergi ke arah timur sebelum menyaksikan kami tergolek di pos kamling, di malam yg paling gelap di sasih kesanga. Ketika para orang tua kami bergerombol mengejar seorang tak dikenal telanjang bulat menyusuri sawah dekat rumah. Ketika fajar menyingsing ternyata tak lebih dari seorang gila yg tak tahu harus kemana. Tak kenal rasa takut pun rasa malu. Ketika hujan adalah hari paling bahagia buat saya karena toko bapak sepi dan saya bisa bermain sesuka hati. Ketika hari minggu para sahabat senang bukan kepalang nonton si unyil di TVRI, namun saya harus membantu bapak jualan di pasar. Ketika kami bermain di sawah dekat rumah. Seorang sahabat membawa gegemet berupa buntalan disemat peniti di kerah bajunya. Ia membawa capung lalu mengucap mantra sakti entah untuk apa. Kami yg tak paham hanya menganga. Ketika kami bermain gambaran, main kelereng, main kocok-kocokan dengan dadu bergambar buatan kami sendiri. Ketika sahabat ku mulai berdatangan ada Dedeng, Yan Pande alias celakkuir, Mang Jentot, Dek Jojon, Rusdi, Nursidin. Mereka tinggal dekat-dekat rumah. Entah kemana mereka sekarang entah bagaimana kita akan berkumpul kembali. Mengenang apa yg sudah berlalu. Bersama sawah2 yg kini sudah jadi perumahan.