Wednesday, September 27, 2017

Tiga Jam di Portal

Jam setengah delapan malam boat Perkutut tiba di dock side. Aku langsung menuju pos empat dengan naik kendaraan transportasi internal Santan Terminal. Di posko aku bertemu beberapa security yang sering ke Attaka dan mereka sangat welcome malam itu. Tas saya diperiksa dan saya ditawari bikin kopi atau sekedar minum teh di belakang. Malam itu aku berhasil menahan diri untuk selalu rendah hati dan ramah. 

Dengan bantuan salah seorang dari mereka aku menuju portal bersama sebuah mobil pick up yang malam itu berangkat ke Balikpapan sehabis menjemput barang di Santan. Kami bertiga duduk di depan. Sang sopir berkisah tentang masa lalunya jadi pekerja tambang. Kini, dengan bangga, ia mengaku membangun usaha sendiri. Membuat usaha ekspedisi, kadang disopiri sendiri seperti yang ia lakukan malam ini.

Setengah jam kemudian kami berhasil melewati jalanan beton gelap dan tiba di portal. Aku berlalu menuju sebuah masjid di dekat pertigaan, menunggu travel Innova cabutan yang akan berangkat dari Bontang jam 11 malam. Sementara jam di tangan kiri saya menunjukkan jam 8 lewat 15 menit. Masih ada waktu sekitar 3 jam menunggu sambil numpang duduk di depan mesjid. Beberapa truk barang yang besar-besar tampak berhenti di sebelah barat mesjid. Para sopir dan kenek istirahat di warung kopi di samping masjid. Lalu-lalang kendaraan meramaikan suasana malam itu. Aku masih menunggu. Sinar lampu mobil yang lewat menerangi sudut-sudut jalan yang tak ada sama sekali lampu penerangannya. Suara genset terdengar sayup di belakang masjid.

Akhirnya perutku keroncongan. Mau tak mau aku harus makan di warung sebelah. Ransel dan sekotak amplang asli Marangkayu kubawa serta ke warung sebelah. Ternyata tidak menjual nasi. Kupesan saja popmie rebus dan secangkir teh manis panas. Di warung hanya ada seorang anak dan kedua orang tuanya. Sang bapak sedang menonton stand up komedi di stasiun TV swasta. Kadang siaran diganti dengan film-film religius yang gotong-gotong mayat. Seram.

Jam 9 lewat warung mulai tutup. Aku harus menyingkir lagi dari sini. Kembali duduk di lantai teras masjid, sambil mendengarkan ceramah Gede Prama. Lalu lalang kendaraan masih menderu bersahutan. Tepat jam 10 malam tiba-tiba semua lampu mati, suasana jadi gelap gulita, suara genset tak ada lagi di belakang sana. Kendaraan lalu lalang makin sedikit sehingga gelapnya malam terasa mencekam. Aku hanya duduk seorang diri di teras masjid. Earpone masih menempel ketat di telingaku. Battery di layar HP menunjukkan angka 20% sedangkan battery bank hanya sisa 20%. Gawat pikirku. 

Tak lama berselang ada truk berhenti di depan masjid. Nyala lampu terangnya menyilaukan mataku. Dua orang turun dari kabin depan lalu menyapaku ramah. Mereka berbaring di teras masjid di ujung timur sana. Berbantalkan lengan, mengobrol dalam bahasa Bugis. 

Aku jadi gelisah, berulang-ulang melihat jam di tangan kiriku atau jam yang ada di handphone. Suasana masih gelap mencekam. Jalanan makin sepi. HP ku menyala ada panggilan dengan nama Slamet, sopir travel malam itu. "Saya sudah di kilo 24 pak," katanya menginformasikan. Berarti masih sekitar setengah jam lagi mereka tiba. 

Makin malam makin gelap. Bulan sabit makin bergeser ke ufuk barat, sebentar lagi tenggelam. Beberapa anjing liar lalu-lalang di depan masjid seolah dikirim untuk menjagaku. Nyamuk berseliweran dan berusaha hinggap di pipiku yang mengkilap berminyak. Dua orang sopir dan kenek truk tadi masih berbicang seru. Entah apa yang mereka obrolkan. Sementara pantatku kian panas. Berbagai posisi duduk sudah dicoba selama hampir 3 jam ini. Dari balik telingaku Guru Gede Prama selalu mengingatkan "terima mengalir senyum". 

Sampai akhirnya jam 11 lewat, sebuah mobil Innova berwarna gelap berhenti di depan mesjid. Sang sopir menyapaku dan aku langsung masuk saja dan duduk di belakang sopir. Di samping sopir ada 1 penumpang tujuan Balikpapan juga. Mobil berjalan dan aku langsung terlelap kelelahan. Hingga terbangun 4 jam kemudian karena sopir beristirahat di sebuah rumah makan. Aku memilih melanjutkan tidurku di mobil saja. Setengah jam kemudian sisa 1 jam perjalanan ini dilanjutkan. 

Jam 4.30 aku tiba di Bandara Sepinggan. Lalu mencari tempat charge HP. Kulihat di instagram Gatot memposting foto pulang. Ternyata ia juga di bandara pagi ini. Aku langsung samperin dia di gate 10. Obrolan kami langsung hangat mengenai topik meditasi. Hanya 10 menit kami sempat berbicang, panggilan pesawat ke Jogja pun berkumandang. Gatot berlalu menghilang di kerumunan penumpang. 

Juanda 28 Sept 2017
Di sela Gunung Agung yang bertatus Awas level 4.


ATTAKA TRIP 7

"The more you understand yourself. The more you will understand your world."

20-27 Sept 2017 (cuti ngaben di jero).

Kali ini aku menginap di esai. Bertemu mas Wakhid. Trip kali ini hanya seminggu karena aku cuti mengikuti ngaben di jero. Aktivitas engine change out dan service 302C dan juga generator problem menguras tenaga. 

Engine yang sudah duduk begitu akan di start malah ngejam. Atas petunjuk dari PTI akhirnya team TMG tidak jadi kembalikan engine lama. Turbine berjalan mulus meskipun molor 8 hari dari seharusnya 6 hari. Semua bergembira dan tersenyum puas. 

Kami diwajibkan menyelesaikan training CMS sebelum 30 September dan aku mendapat 1 training dengan judul Introduction to Gas Compression. Aku selesaikan dalam 2 malam dengan nilai final test 100% untuk 32 soal. Mancap.

Meditasi masih berlanjut malam dan subuh sebelum bangun. Aktivitas outdoor sering membuat aku kewalahan dan kelelahan. Namun tidur malam jadi nyenyak. Sehabis off berat badanku malah naik 1 kg. Namun di akhir minggu ketika mau off kembali ke angka 80.3 kg, turun 0.3 kg dibandingkan bulan lalu. Olahraga hanya sekali. Itupun yoga di bawah helipad. Tapi gerakannya cukup susah dan badan jadi pegal semua. 

Di sebelah CP ada Pelikan Perdana yang sedang diving. Di akhir minggu mereka move out ke Alpha. Seminggu ini kami berkutat dengan troubleshoot generator. Sempat trip ketika sedang mencoba parallel generator nomor 2 dengan nomor 1 dan 4. Gen 4 malah mati, load shading mematikan beberapa remote dan LQ. 

Team V&V sibuk mewancarai setiap pekerja sesuai jadwal. Aku kebagian di hari Minggu dan diwawancara selama 1.5 jam. Uwedddaann tenan. Konon nilai kami rata-rata 48%. Masih lebih baik daripada SMO yang 20%. 

Di sela aktivitas terdengar berita Gunung Agung berstatus awas level 4. Sudah ada 75.000 pengungsi yang meninggalkan wilayah rawan bencana. Termasuk buk Wida dan ajik Weda juga pulang kampung. 

Hari terakhir ketika mau pulang, kami sedang bekerja di HE no 1. Setelah selesai dan dicoba ternyata leaking. Akhirnya dikerahkan welder Bukaka lembur. Terlalu semangat sih. 

Karena eksten sehari, aku jadinya pulang Rabu malam. Malam ini Perkutut mengantarkan kami menuju Santan. Nanti jam 11 aku ke portal, menunggu travel menuju Balikpapan. Semoga aman dan selamat. 

Aku tiba jam 4.30 subuh di Balikpapan. Ketemu Gatot sebentar saja di gate 10 yang sudah lama tak sua. Ia terbang ke Joga dan aku ke Surabaya pagi ini. 

Wednesday, September 20, 2017

Meditasi, UTS dan Renon

Off 06-19 Sept 2017

"Keindahan, ia bukanlah benda namun cara melihat."

Off kali ini aku lewat Surabaya dengan Citilink. Ketemu di Juanda dan satu pesawat dengan Jajang. Jam 8 malam landing dgn selamat di Bali. Ke Pandak naik Go Car yang drivernya mantan sales dan memilih berhenti jadi sales karena lebih besar hasil Go Car. Sebulan ia bayar cicilan 4.5jt dan bersih masuk kantong sekitar 7-8jt setelah potong makan dan bensin. Luar biasa!

Liburan kali ini fokus dengan keluarga karena Nana sedang UTS. Hari pertama libur diisi dengan makan sore di KFC selepas Citta cabut gigi di Kasih Ibu. Sorenya aku bongkar software lawas dan mencoba membuat desain kos di Pesiapan. Tinggal print dan buatkan IMB. 

Jumat 8 Sept jogging di dangin carik lalu sepulang anak-anak sekolah kami mengunjungi Ninik Wayah di Jero. Para semeton sudah mulai sibuk dengan persiapan Ngaben 30 Sept nanti. Ibu-ibu ngopin dan bapak-bapak mebat dan siapkan sesalon. 

Sabtu kami ke GL dan ketemu Kadek dan family disana. Esok Minggu kami di rumah saja dan Jales membawakan pesanan router wifi 4G seharga 550rb. 

Senin Nana mulai UTS dan aku jogging di DC sambil nunggu pulang sekolah. Ada manula sedang senam kesehatan di lapangan tenis. Konon dilakukan setiap Senin pagi, biasanya di taman kota atau gedung Marya. Selama 4 hari Nana UTS kegiatanku hanya antar jemput saja. 

Pada hari Kamis aku mengiringi penguburan memek Denata yang meninggal 2 hari lalu. Paginya aku ikut metektekan yang membuat sanan, sanggah surya dan peralatan ngeringkes. 

Pada hari Jumat 15 Sept Pakming cek darah 3 variabel di apotek depan rumah bedangin. Asam urat dan gulanya normal. Namun kolesterol cukup tinggi yaitu 250 point. Kesempatan untuk menyuruh olahraga. Pulang sekolah beli mesin jam di Tabanan. Siangnya kami ke jero lagi dan para semeton makin sibuk dengan persiapan ngaben massal. Esoknya Sabtu kami ke BW. Deba senang sekali melihat ikan mas koi di kolam dan ketika makan di Sushi Tei, deba lari kesana-kemari. 

Akhirnya pada hari Minggu 17 Sept jam 6 pagi kami berangkat tanpa mandi ke lapangan Renon. Maksudnya pagi itu ke pantai Sanur namun karena tak dapat parkir kami alihkan jogging saja di lapangan. Lapangan dipenuhi banyak sekali orang jogging termasuk ada yg Yoga dan senam Orhiba. Ada juga pameran agrobisnis dengan hiburan musik. Sebelum pulang kami makan brunch di Cak Asmo dan mampir beli buku di Togamas Sudirman. Sampai di rumah badan rasanya lemes dan langsung tepar. 

Senin adalah hari terakhir sebelum aku kerja. Aku mampir ke kantor Capil untuk mengambil eKTP yang dicetak sama Edut. Paginya kami belikan ayam warna-warni di pasar dan deba senang sekali. Sisanya kami istirahat di rumah. 

Sejak 1 Sept intens latihan meditasi. Awalnya hanya 20 menit dan kutingkatkan menjadi 30 menit setiap subuh sebelum anak-anak bangun pagi dan malam sebelum tidur. Plus rajin mendengarkan pencerahan spiritual Gede Prama melalui Youtube. Kata istriku aku jadi lebih bijaksana padahal baru beberapa hari latihan meditasi. Disamping itu aku tidak gampang ngantuk di malam hari. Syukurlah ada perubahan lebih baik dan astungkara bisa mengikuti praktek meditasi pada bulan November nanti. 

Istriku juga tertarik dengan meditasi serta membaca buku Gede Prama dan Govind Vashdev. Kita biasanya saling mengingatkan untuk menerima, mengalir dan senyum ketika ada kemarahan datang menghampiri. 

Yang tak bisa ditekan adalah nafsu makanku jadi naik lagi off ini. Mulut rasanya kurang nikmat kalau tidak ngunyah. 

Akhirnya, pada hari Selasa aku nebeng Dekta untuk kedua kalinya ke Denpasar. Kemudian naik Gocar dari Dafam ke Airport. Berangkat ke Balikpapan dengan Lion via Ujungpandang. Pagi itu mendapat kabar bahwa Gunung Agung berubah status dari waspada menjadi siaga. Semoga semua aman terkendali. 

BPN-BTG 7.00-14.30
BTG-ATK 15.00-17.00


Wednesday, September 13, 2017

Rwa Bhinneda - Dualisme ala Bali

Menjadi bodoh, pintar, jelek, ganteng/cantik, kaya, miskin, kuat, lemah atau yg lain adalah dualisme yg patut disyukuri. 

Ketika bodoh kita diberi kesempatan utk menjadi pembelajar, ketika pintar kita diijinkan jadi guru. Ketika jelek kita diselamatkan dari godaan selingkuh dan ketika ganteng membuat banyak orang lain senang melihat. Ketika kaya kita diijinkan membantu lebih banyak orang, ketika miskin kita belajar bagaimana menjadi rendah hati. Ketika kuat kita belajar membantu yg lemah, ketika lemah kita menjadi lebih tulus menerima bantuan. 

Dualisme itu selalu berdampingan dan tak ada yg lebih baik atau buruk, keduanya diciptakan untuk saling melengkapi. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. 

Tuesday, September 12, 2017

Filsafat Hidup Orang Bali

Filsafat Hidup Orang Bali:
1. Rwa Bhinneda
2. Tri Hita Karana
3. Tat Twam Asi
4. Desa Kala Patra
5. Tri Kaya Parisudha
6. Pupuh Ginada: eda ngaden awak bisa
7. Ngaturang Ayah

Tuesday, September 05, 2017

Attaka Trip 6

"The fears we don't face become our limit."

Attaka, 23 Aug - 5 Sept 2017

Trip kali ini aku menginap di samping BC untuk kedua kalinya. Perjalanan Rabu itu ke Attaka melewati Lhok Tuan Bontang. Jam 16.30 crew boat merapat di Attaka.

Pada hari Sabtu  kami ramai-ramai mengunjungi Serang untuk mini TA. Sekitar jam 6 sore online. Tapi generator sedikit rewel. Jam 9 kami menginjakkan kaki di LQ. Esoknya aku mengunjungi STA untuk pertama kali setelah absen beberapa tahun. 

Kemudian mengunjungi Bravo yang crowded oleh banyak crew. Mulai dari Bukaka, team AC dan kami. Sisanya aku habiskan waktu di P, A dan CP untuk troubleshot TT, FQI dan function test. 

Tidak sempat olahraga hanya yoga 2x saja, di kamar dan di helipad. Diet agak kacau terutama saat coffee time karena badan agak lemas saat banyak aktivitas outdoor. Ketika awal naik beratku 80.6 dan malah naik ke 80.9 ketika mau off. Off ini musti jaga ketat makanan. Kompetisi pingpong masih berlanjut. Suatu malam team kami menang telak 3-0 melawan NiB OPR. 

Townhall disiarkan langsung dari Duri. Hanya cerita progress korporasi. Tak ada cerita EOC. Konon Pertamina diberi batas hingga bulan September ini. Hanya ada info JPP dan penawaran posisi untuk karyawan LSE. 

Foto-foto di jembatan Alpha sambil hormat bendera. Di suatu malam yang dingin sehabis meditasi Gatot mengirimi aku sebuah ebook tentang Kandapat dan juga Osho. Sejak 1 September, belajar meditasi makin intens kucoba 20 menit tiap pagi dan malam sebelum tidur. Mandi dan makanpun aku coba turunkan kecepatannya. Malam tumpek landep Bapak mengunjungi aku lewat mimpi, memberi nasehat agar hemat menggunakan uang. 

Kawan-kawan EM sibuk dengan generator nomor 1, hingga mau pulang kerja sampai jam 10 malam. Semoga dedikasi mereka dihargai dengan keren. 

Suatu siang, sehabis aktivitas di CP, ketika hendak makan siang ke LQ, jam 11.30 tiba-tiba 2C mati karena suhu tinggi. Suara venting bergemuruh namun dengan cekatan para operator back online. Makan siang itu sedikit tertunda. 

Kini aku berada di Peacock Satu menuju Santan untuk mengejar Citilink sore nanti ke Surabaya dan lanjut ke Bali. Semoga lancar tanpa halangan perjalanan indah menuju rumah. 
23 Aug - 5 Sept 2017

"The fears we don't face become our limit."

Trip kali ini aku menginap di samping BC untuk kedua kalinya. Perjalanan Rabu itu ke Attaka melewati Lhok Tuan Bontang. Jam 16.30 crew boat merapat di Attaka.

Pada hari Sabtu  kami ramai-ramai mengunjungi Serang untuk mini TA. Sekitar jam 6 sore online. Tapi generator sedikit rewel. Jam 9 kami menginjakkan kaki di LQ. Esoknya aku mengunjungi STA untuk pertama kali setelah absen beberapa tahun. 

Kemudian mengunjungi Bravo yang crowded oleh banyak crew. Mulai dari Bukaka, team AC dan kami. Sisanya aku habiskan waktu di P, A dan CP untuk troubleshot TT, FQI dan function test. 

Tidak sempat olahraga hanya yoga 2x saja, di kamar dan di helipad. Diet agak kacau terutama saat coffee time karena badan agak lemas saat banyak aktivitas outdoor. Ketika awal naik beratku 80.6 dan malah naik ke 80.9 ketika mau off. Off ini musti jaga ketat makanan. Kompetisi pingpong masih berlanjut. Suatu malam team kami menang telak 3-0 melawan NiB OPR. 

Townhall disiarkan langsung dari Duri. Hanya cerita progress korporasi. Tak ada cerita EOC. Konon Pertamina diberi batas hingga bulan September ini. Hanya ada info JPP dan penawaran posisi untuk karyawan LSE. 

Foto-foto di jembatan Alpha sambil hormat bendera. Di suatu malam yang dingin sehabis meditasi Gatot mengirimi aku sebuah ebook tentang Kandapat dan juga Osho. Sejak 1 September, belajar meditasi makin intens kucoba 20 menit tiap pagi dan malam sebelum tidur. Mandi dan makanpun aku coba turunkan kecepatannya. Malam tumpek landep Bapak mengunjungi aku lewat mimpi, memberi nasehat agar hemat menggunakan uang. 

Kawan-kawan EM sibuk dengan generator nomor 1, hingga mau pulang kerja sampai jam 10 malam. Semoga dedikasi mereka dihargai dengan keren. 

Suatu siang, sehabis aktivitas di CP, ketika hendak makan siang ke LQ, jam 11.30 tiba-tiba 2C mati karena suhu tinggi. Suara venting bergemuruh namun dengan cekatan para operator back online. Makan siang itu sedikit tertunda. 

Kini aku berada di Peacock Satu menuju Santan untuk mengejar Citilink sore nanti ke Surabaya dan lanjut ke Bali. Semoga lancar tanpa halangan perjalanan indah menuju rumah.