Setelah hampir setahun mempersiapkan akhirnya event ini terlaksana juga di akhir November ini, tepatnya 23-27 November 2014. Meskipun saya pas off tapi masih terbawa hingga ke rumah. Syukurlah project ini terlaksana dengan aman dan lancar. Meskipun ada insiden kecil tapi yang terpenting adalah tidak ada korban jiwa. Kegiatan ini cukup menguras energi dan awal-awal off kadang aku mimpi seputar suasana kerja di Attaka. Kadang mimpi meeting, mimpi kerja di office dll. Kegiatan ini terakhir dilakukan sekitar tahun 2007. TA adalah aktivitas mematikan plant dan mengerjakan job-job yang perlu shutdown. Kali ini kegiatan utama dibagi 2 yaitu penggantian valve dan penggantian pipa-pipa yg sudah corroded. Sekitar 150 valve ukuran 1.5"-18". Valve kecil size 1/2", 3/4", 1" sekitar 300-ea. 29 WO untuk pekerjaan pipe replacement. Sebanyak 338 manpower dikerahkan sebagian besar dari Bukaka, Construction, Maintenance, Operator, FIQA hingga Exterran. Akomodasi menggunakan 186 bed di LQ, 20 di MTR2 dan 12 di MSI8. Sisanya tidur di Santan. Pp menggunakan 3 boat. Sempat terjadi insiden saat preparation. Sekitar 3 hari sebelum TA ada supervisor construction yg kakinya tertimpa oil switch. Dan kejadian flash fire hari terakhir TA. Syukur tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. |
Tuesday, December 23, 2014
Attaka Turn Around 2014
Sunday, November 30, 2014
Memaknai Kenaikan Harga BBM 2014
Mencoba memaknai kenaikan harga BBM dari sudut sebelah sini: |
Saturday, November 22, 2014
Ke Balikpapan Naik Gelatik
On kali ini adalah persiapan terakhir TA. Off kali ini mustinya lewat Lok Tuan, Bontang, estimasi tiba di Balikpapan jam 15:00, mungkin lebih jika di jalanan terjadi kemacetan. Aku memutuskan ikut Gelatik, boat crew change Tirta Rajawali yang mau pindah dari FS ke Lima. Aku dapat informasi ini dari Erick Marine, ya sudah ikut saja berhubung esok Rabu 19 Nov aku harus menghadap bos, biasa acara akhir tahunan. Malam itu jam 22:30 bersama Nelson, aku dijemput Kepodang lalu diantarkan menuju Tirta Rajawali yang sedang towing di antara LQ dan Hotel. Kemudian kami check in di Radio Room Tirta. Menunggu kami habiskan di ruang TV menonton ILK sambil mengamati kelakuan pegawai-pegawai rig yang mungkin sudah tak pulang sebulan. Jam 00:00 teng Gelatik datang dan kami para penumpang Balikpapan langsung turun setelah semua penumpang dari Balikpapan selesai unload. Aku menempati kursi di pojok kiri belakang. Tidur sedikit gelisah karena udara begitu dingin, padahal aku pakai jaket dengan kudung kepala. Jam 6 aku terbangun, namun aku tak tahu sudah sampai mana. Aku nyalakan GPS, dan aku tahu kami sudah tiba persis di samping bandara sepinggan. Jam 06:30 kami tiba di Pilot Jety Chevron Balikpapan. Lalu bersama Nelson, naik taxi menuju Pasir Ridge, Nelson pulang menuju Balikpapan Baru. Sambil menunggu boss datang aku menunggu dan menghampiri beberapa boss, Pak Michael Wiranta yg sedang fotokopi, aku pecahkan pagi itu dengan berbincang soal fotografi dan beliau begitu antusias. Ketemu Renold, Mas Ari, Andora juga ketemu Pak BDIP yg pagi itu juga berkunjung ke Pak Henry di Pasir Ridge. Jam 08:00 Mas Ubay datang dan tak terasa mengobrol aneka macam problema North Offshore, jam 9:30 selesai dan setelah mengisi TRIMS 2015, aku ijin untuk ke Bandara karena aku belum dapat tiket yang pas. Naik taxi yang disopiri Pak Amir, orang yang mengantar kami tadi pagi bersama Nelson ke Pasir Ridge. Aku tiba di Bandara dan langsung mencari tiket Citilink jam 11:50 plus Garuda jam 16:25 menuju Bali. Akhirnya aku berangkat ke Surabaya jam 12:00, sedikit delay. Pindah ke terminal 2 Juanda dengan naik shuttle bus selama 20 menit. Setelah menunggu bosan di antara penumpang necis, kami akhirnya berangkat dan jam 18:30 tiba dengan selamat di Denpasar. Istriku menunggu dengan manis di parkir motor dan kami berlalu menuju Pandak Gede sambil berpelukan mesra. :) |
Thursday, October 23, 2014
Membuat Passport
Pada tanggal 29 September saya berangkat menuju kantor imigrasi Denpasar, sendiri dengan membawa formulir yang sudah diisi dan semua syarat-syarat yg diperlukan untuk membuat passport. Kali itu saya sengaja sendiri dengan rencana, hari berikutnya saya bawa anak-anak dan istri. Hari itu hari Senin dan petugas sedang upacara di halaman. Jam 8 kurang 10 saya tiba dan masuk ke ruang tunggu antrian. Namun aneh, petugas tak mengijinkan mengambil nomor antrian. Padahal sudah ada sekitar 8 orang disana. Menurut petugas, akan buka tepat pukul 8. Disiplin pikir saya. Kemudian saya siasati dengan duduk di kursi dekat mesin cetak karcis antrian berada. Jam 8 tepat, orang-orang berkerumun mengambil antrian. Ternyata karcis diambilkan petugas satu persatu, aneh. Saya hanya mengambil 1 nomor antrian, dan dapat nomor antrian 16. Ini tidak menghargai kita yang datang pagi-pagi kesana. Ketika saya mendapat giliran ke loket pemeriksaan kelengkapan, saya dinyatakan harus mengambil 4 nomor antrian sekaligus dan salah satu syarat saya kurang lengkap yaitu fotokopi KTP harus dalam lembar A4. Saya mengambil nomor antrian ulang dan memfotokopi ulang. Saya mendapat antrian 45-48, aneh kan? Disuruh antre dari awal lagi. Lalu ketika giliran saya mendapat lagi, setelah menunggu 1 jam, saya serahkan semua syarat dan semuanya komplit saya diberikan nomor antrian untuk foto dan wawancara. saya mendapat nomor A10. Lalu sekitar jam 9:30, saya masuk menuju ruang foto dan diwawancarai dan membayar senilai 355rb. Kemudian diberikan bukti bayar dan struk pengambilan, passport bisa diambil 3 hari ke depan. Esok hari, saya kembali ke kantor imigrasi dengan anak dan istri. Jam 7.30 kami sudah disana. Setelah berdesakan mengambil nomor antrian, kami mendapat antrian ke 24, padahal kami hanya tinggal ke ruang foto aja untuk foto anak dan istri saya. Lalu antrian A15 untuk masuk ke ruang foto. Giliran Citta yang difoto, ia bertingkah, tidak mau difoto dan membuat kami dan petugas kewalahan. Setelah ditenangkan di luar, Citta akhirnya "jinak" dan jam 11:30 semuanya beres. Yang parah tagihan tidak bisa dibayarkan sekaligus, jadi harus membayar biaya transfer 3x10rb untuk masing-masing passport. Tiga hari kemudian, yaitu hari jumat kami mengambil passport kembali. Berharap semuanya beres hari itu tapi ternyata untuk mengambil passport anak, harus menyerahkan fotokopi passport orang tua, saat itu langsung difotokopi dan kami serahkan langsung. Namun konon petugasnya, si atasan sedang keluar makan siang. Padahal saat itu baru jam 11:30. Dan kami "dipaksa" menunggu jam 13:30 selesai instirahat siang. Kami pikir ini buang-buang waktu dan saya putuskan mengambil kembali di hari Senin. Hari Senin pagi selepas mengantar Nana sekolah, aku mengambil ke kantor imigrasi sendiri. Lagi-lagi disuruh foto kopi passport anak untuk bisa mengambilnya. Kalo bisa dibuat gampang, kenapa harus dipersulit? Berikut masukan-masukan: |
Wednesday, October 08, 2014
10 Fakta Commuter Balikpapan
1. Suka jalan sendiri ataupun rame2 di mall. |
Friday, September 12, 2014
Berangkat Jam 5 Subuh
Jam 3.45 subuh aku sudah bangun dan langsung bersiap. Tinggal mandi, bikin teh dan memakai pakaian, tanpa sarapan. Jaman dulu, kalau berangkat pagi gini ibuku biasanya sudah menyiapkan nasi plus telor dadar kesukaanku. Jam 5 tepat aku dan istriku menembus kabut pagi menuju bandara Ngurah Rai. Jalanan pagi itu masih sepi. Kecepatan rata-rata vario merahku 60-70 km/jam. Udara dingin puncak musim dingin menyusup hingga ke sumsum tulang, ke belahan dada, ketiak hingga ke sela-sela selangkangan. Istriku memeluk dengan erat. Di jalanan dekat Kerobokan ku lihat circle K masih buka. Ketika melewati ground zero tampak orang2 berkerumun, ada bule juga orang lokal. Tampaknya mereka mengerubuti dagang nasi jenggo. Di sebelahnya tampak perempuan bertampang PSK sedang dikerubutin laki-laki entah darimana, juga tampak security beberapa diskotik di sekitar sana ikut merayu perempuan binal itu. Kulewati sepeda motor berjalan oleng dgn 3 orang penumpang berwajah ngantuk. Bau arak memenuhi sepenggal jalan Legian pagi itu bercampur aroma nasi jenggo, parfum PSK juga asap tipis truk air minum bertuliskan diktator. Jam 5.35 kami tiba di ujung bandara. Lalu satu kecupan mesra memisahkan kami pagi itu, aku berjalan menuju counter check in yg berjarak sekitar 500 meter dari drop zone sepeda motor. Pegawai-pegawai bandara mulai berjalan kaki dari tempat parkir yg jauh menuju kantor2 maskapai mereka. Tampak 2 bule membawa backpack besar sekali berjalan menyusuri tepi pagar bandara. Mungkin mereka menginap di hotel di sisi utara bandara. Setelah check in dan membayar airport tax yg masih 40rb, aku langsung masuk ruang tunggu. Penumpang sudah mulai ramai. Di ujung pintu kamar mandi tampak seorang perempuan berusia sekitar 30-an memegang handphone bermuka masam. Sepertinya semalam tak dapat jatah dari sang suami. Atau gaji bulan ini belum terbayar secara lunas. Mungkin juga atasannya barusan mendamprat karena kerjaannya belum beres namun ia sudah bermain dgn telfon. Lalu aku duduk di salah satu kursi di ruang tunggu 15. Sudah ada sekitar 30 orang menunggu. Ada yg bengong menahan kantuk, ada yg bermain handphone sambil menunduk, ada yg menelfon entah siapa di seberang sana sambil batuk2. Jam 6.30 panggilan boarding terdengar dengan nyaring. Jam 7 tepat pesawat terbang menuju Surabaya. Jam 6.40 pesawat landing dengan sempurna. Aku melapor ke meja transit lalu coba memajukan jadwal pesawat, namun tak dapat. Tetap mengambil penerbangan jam 8.30. Aku sarapan di Blue Sky Lounge dan jam 8 tepat kami boarding menuju pesawat Boeing 737-900 NG. Jam 8.45 pesawat take off, 1 jam 20 menit kemudian pesawat landing di Balikpapan. Aku langsung menuju ke bandara lama ke counter Cipaganti untuk melanjutkan perjalanan dengan travel ke arah Bontang. Aku sudah buru-buru tapi ternyata masih menunggu penumpang lain yg belum datang. Jam 12 tepat travel berangkat. Kami sempat berhenti 2x. Pertama di pool Cipaganti di Samarinda. Yg kedua di rumah makan Nuansa lepas dari Samarinda. Jam 2.30 sore ku melahap habis bebek goreng dan es teh seharga 35.000. Kami lalu lanjut perjalanan yg berliku itu. Gaya menyetir sopir yg kasar membuat aku sedikit mual. Jam 5.30 sore mobil travel menurunkan aku di portal. Lalu menyewa ojek menuju Tg Santan. Jam 6 pas aku tiba di Santan Terminal, menuju housing 7 kamar 4. Badanku remuk, hatiku rindu dan semangatku berkobar. Pekerjaan sudah menunggu dan hatiku mulai pilu. Demi sesuap nasi, demi sekarung beras, atas nama cinta kulakukan semua ini dengan ceria. |
Monday, September 08, 2014
Get New Photography Clients
Tips on How to Get New Photography Clients Source: dps |
Friday, September 05, 2014
Lupa Matikan HP di Pesawat (2)
Pernah lupa matikan HP saat naik pesawat? Saya pernah dua kali. Pertama sekitar November 2003 waktu itu naik pesawat Pelita Air Dash 7 dari Balikpapan ke Tanjung Santan (Kaltim). Pesawat berpenumpang sekitar 50 orang itu mempunyai seat menghadap belakang pada baris paling depan. Saya duduk pada salah satu seat itu, berharap dekat dengan pramugari. Sekitar 5 menit mengudara HP saya bunyi, ada sms masuk dan serta merta saya kelabakan ngeluarin HP dari tas butut. Waktu itu jaman HP Siemens C40 dgn bunyi SMS yg panjang. Sengaja pilih ring tone panjang biar ketahuan punya HP :) Tapi malunya bukan kepalang. Padahal SMS-nya juga bukan sms penting2 bgt, bukan juga sms mama minta pulsa. Juga bukan sms dari pacar, karena waktu itu saya masih jomblo. Yang kedua sekitar November 2008. Saat itu naik Garuda dari Makassar ke Denpasar. Berhubung konsentrasi jadi pecah karena di sebelah duduk perempuan muda mirip Gemma Arterton (bintang film Clash of Titans), maka alasan lupa mematikan HP tepat sudah. Ketika itu duduk di seat 4A (row paling depan), dan perasaan HP sudah benar2 dimatikan. Begitu landing di Bali, maksud hati mau menyalakan HP eh kok HPnya masih nyala dgn ceria. Perasaan jadi tak menentu karena merasa bersalah. Syukurlah penerbangan ini aman dan selamat. Saya juga sering melihat masalah mematikan hp di pesawat. Suatu ketika pada penerbangan dari Surabaya ke Balikpapan, seorang pramugara Lion Air meminta seorang bapak bertampang preman mematikan HP ketika sudah berada di pesawat. Namun si bapak marah-marah hebat, malah menantang si pramugara untuk "menyelesaikan" di luar. Saya yakin lain cerita jika yang meminta adalah pramugari. Kali aja si bapak belum sarapan, atau debt collector sedang menagih2 utangnya sehingga dia berubah jadi sangat sensi hari itu :) Suatu ketika juga pernah mendapati ibu-ibu menyalakan HP ketika sudah di atas pesawat. Saat itu penerbangan malam dari Surabaya ke Balikpapan. Sekitar 1/2 jam sudah mengudara dan di sebelah kiri saya duduk ibu-ibu tua sekitar 57,5 tahun merogoh tas dan mengeluarkan HP. Serta merta memecet tombol power kemudian HP nyala. Saya panik, "Ibu, ngapain nyalain HP, tidak boleh nyalain di pesawat loh." "Nggah mas, saya cuman lihat jam," jawabnya ringan seraya mematikan kembali HP Nokia-nya yg butut. Gubrakkk.... Yah si ibu, kan bisa nanya saya. Gak liat apa jam swiss army segede gaban di tangan kiri saya :) Yang paling aneh adalah saat baru saja take off dari Denpasar ke Surabaya, saat itu naik Garuda. Saya duduk di 18A (kiri pesawat). Roda belakang pesawat masih nempel di runway, tapi ada suara ring tone dari ujung 18F (ujung kanan pesawat). Eh ada bule jawab telfon dengan santainya. Mau ngasi tau tapi saya malu teriak-teriak. Akhirnya saya colek bapak di sebelah saya, lalu bapak sebelah saya colek bapak di sebelahnya, hingga akhirnya si bule di colek oleh bapak-bapak yg duduk persis di sebelahnya. Si bule (padahal bule loh), mematikan HP-nya dgn manis. Aneh kan ceritanya? Nggak ya? Ya sudah... Dan ini cerita nyalain HP di atas pesawat pada penerbangan terakhir saya, Citilink dari Surabaya ke Denpasar. Saat itu pesawat berputar-putar selama 1/2 jam di atas pulau Bali karena ada pergerakan pesawat kepresidenan di Ngurah Ray. Kira-kira 2 menit sebelum pesawat menginjak runway, ada suara-suara ring tone pesan whatsapp masuk. Suaranya dari sekitar tempat duduk saya, cuman tidak tahu orangnya yang mana. Edan ini orang, udah tahu lagi proses landing eh malah nyalain HP. Kemudian dari speaker saya dengar pramugari berujar, "Mohon tidak mengaktifkan telepon genggam, hingga Anda berada di terminal kedatangan." Pesawat landing dengan sempurna, syukurlah dan diujung sana saya lihat pesawat kepresidenan Pak SBY yang baru-baru ini mau dijual ama Jokowi (atau ibu MW?). |
Pramugari Berbagai Maskapai
Pramugari berbagai maskapai juga mempunyai ciri khas tersendiri. Garuda misalnya. Pramugarinya di atas rata2. Maxudnya usianya di atas rata2. Paling top memberikan pelayanan. Senyumnya tulus tapi tidak semua pramugari seperti di iklan majalahnya. Pramugari Lion lain lagi. Tampangnya di atas rata2. Pakaiannya sopan hingga ke betis tapi belahannya hingga ke samping (maaf) paha, 10cm di bawah pinggang. Kalau jongkok belahan roknya terbuka dan terciptalah pemandangan yg mempesona. Saya suka pura2 menjatuhkan majalah saat pramugari hampir lewat di samping saya. Tahu kan maxud saya :) Suatu hari pernah minta ijin mau motret cokpit. "Mbak, saya boleh motoin cokpit gak ya?". "Maaf mas tidak bisa". "Kalau motoin mbak aja boleh?" Si mbak pipinya merona. Seperti ada tulisan di pipinya: "Untuk Mas apa sih yg enggak," sambil ngedipin mata. Dalam waktu sepersekian detik dia berujar, "tolong catet pin BB saya." Saya pun menambahkan, "Sekalian PIN ATM-nya aja, Mbak." Rata2 pramugari memberikan pelayanan sesuai SOP. Maxudnya ia hanya senyum karena diperintahkan dalam SOP saja, seperti kurang tulus dari hati yg paling dalam. Tapi gak masalah, yg penting dia senyum aja saya udah suka... :) Peristiwa paling romantis dalam kisah pramugari ini adalah ketika saya duduk di kursi 31F di penerbangan Lion dgn pesawat Boeing 737-900ER. Pramugari duduk di depan persis menghadap saya. Tinggal taruh meja di antara kita jadilah candle light dinner yg absurd. Tapi sayang selama 1 jam terbang saya hanya bisa memandangi wajah cantiknya, sementara si mbak pramugari serba salah dan salah tingkah pura2 menghitung kancing baju (padahal bajunya gak pakai kancing). Yang paling penting adalah dulu saya pernah ber-cita2 punya istri seorang pramugari. Sayangnya waktu itu saya masih TK. |
Thursday, September 04, 2014
Tipe Penumpang Pesawat
Kelompok penumpang pesawat berbagai jurusan ada ciri khas tersendiri. Denpasar-Surabaya kebanyakan diisi penumpang berpenampilan rapi juga antrenya rapi, sepertinya para bisnisman. Penumpang DPS-Yogya diisi anak-anak usia 20-30 dgn kaos oblong, tak lupa selfie sblm naik pesawat, mungkin para mahasiswa yg pulang kampung atau habis liburan ke Bali. DPS-Ujungpandang dinominasi orang2 tua dgn tampang (maaf) agak ndeso dan lusuh dgn bawaan kardus bejibun ke kabin, kalo antre main serobot. Sepertinya transmigran asal Bali abis pulang kampung. DPS-Jakarta diisi penumpang dgn gaya santai, logat Jakarte, celana pendek dan kaos oblong plus tongsis. Kadang juga liat saling pegang tangan padahal dua2nya ada kumisnya. DPS-Balikpapan kebanyakan diisi ABG abis liburan ke Bali, rapi dan sering selfie dan kalo ngomong setiap kalimat diakhiri "kah" atau "pang". Surabaya-Balikpapan kebanyakan diisi rombongan keluarga plus bawa bayi dgn seabreg kardus masuk kabin, aromanya juga khas. Kalau take off si bayi biasanya nangis kenceng. Kalo duduk jg sering gak liat nomor kursi. |
Kena Batunya (Tiket Hangus)
Saat itu hari Sabtu 2 Agustus 2014, saya pulang sehabis exten 3 hari karena teman berlebaran. Jumat malam saya ikut rombongan Bukaka menuju Balikpapan. Tiba di suraton sekitar jam 12 tengah malam. Baru kali ini saya kena batunya. Padahal udah 4 kali saya coba dan selalu berhasil. Jika pulang pagi, saya biasanya memilih pesawat Lion Air paling pagi dari Balikpapan, kemudian lanjut dengan penerbangan Citilink jam 8 dari Surabaya menuju Denpasar. Biasanya, kalau normal, pesawat harusnya landing jam 07.20 di Juanda. Namun kali ini semesta seolah tak berpihak pada saya. Pagi itu cuaca cukup mendung di Balikpapan, pesawat berangkat sedikit tertunda. Namun 10 menit take off, cuaca cerah dan pesawat landing jam 07:40 di Surabaya. Masalah lagi, tangga turun susah sekali ditempelkan di pesawat. Akhirnya cari tangga lainnya yg bagus. Udah gitu hanya pintu depan yang dibuka. Padahal saya sudah pilih seat paling depan, biar keluarnya paling awal. Setelah turun, bis belum tiba. Mampus sudah. Jam 8 kurang 5 menit saya berlari kencang menuju pintu 9 sementara saya barusan keluar melalui pintu 1. Jam 8 pas saya tiba di gate ruang tunggu lalu masuk dan melapor ke petugas. Dengan lunglai saya melihat pesawat Citilink tujuan Denpasar sudah didorong menuju landasan pacu. Omaigozz... |
Tuesday, July 29, 2014
Suasana Lebaran 2014
Sunday, July 27, 2014
Off di Awal Juli
Wednesday, July 16, 2014
Melaspas Sanggah dan Bale
Monday, June 30, 2014
Off Persiapan Sanggah
Sunday, June 01, 2014
Awal Juni Yang Bikin Merinding
Saturday, May 31, 2014
Today is Not My Day
Friday, May 30, 2014
Berangkat Hari Kamis
Wednesday, April 30, 2014
Reformasi Upacara Bali
Liburan Panjang
Desain Rumah Orang Bali
10 Tahun Saja
Saturday, March 29, 2014
Pulang Sehari Sebelum Nyepi
On ini aku seperti berada di ujung persimpangan jalan. Aku terjepit antara jalan terus atau harus kembali. Antara bekerja keras beradaptasi dengan posisi baru atau balik ke posisi dulu yg nyaman dan banyak waktu melakukan non related job activity. Aku seperti dicambuk dan dipaksa kerja bagai kuda. Jika dulu masih bisa telfonan sesuka hati, kini harus lebih fokus pada kerja.
Aku pun curhat pada sahabat. Tapi mereka terus memotivasi dan memberi semangat jangan menyerah. Aku juga kadang membaca cerita motivasi, agar semangatku selalu berkobar dan memotivasi diri agar kuat menghadapi tantangan. Konon, untuk naik kelas kita harus melewati serangkaian cobaan agar kita lebih kuat, lebih jago pun lebih sakti.
Ya, aku kadang sedih, letih juga hilang semangat. Tapi juga tak jarang gembira dan puas menikmati hasil kerja keras diapresiasi. Emosi naik turun bagai gelombang. Dan aku adalah nahkoda kapal yg harus sigap mengarungi gelombang emosi agar kapal berlabuh pada tempat yg dituju. Hyang Widhi, aku yakin Kau takkan memberi tantangan melebihi kemampuanku. Jadi aku mohon kuatkanlah aku. Astungkara.
---------------
Tadi malam aku tiba jam setenagh 1 malam di Suraton dan pagi ini aku akan menuju Bali dengan Citilink. Pagi-pagi sudah aku menuju bandara Sepinggan baru yg megah, mewah dan membuatku kaget. Karena tak menyangka akan semewah ini. Lalu aku masuk di Blue Sky lounge dekat Gate 10, sementara Citilink ke Denpasar di gate 4. Karena sangat besar, jarak antar gate, counter cek in dan pintu masuk cukup memakan waktu dan tenaga. Dan saat ini aku sudah di ruang tunggu, sebentar lagi aku kan menuju Bali, terbang untuk Nyepi bersama keluarga esok hari. Semoga selamat sampai tujuan. Astungkara.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Thursday, March 20, 2014
Kadek Akan Menikah
Penyesalan selalu datang di belakang. Yang perlu aku lakukan adalah menerima, menerima keadaan, dan kami percaya sudah ada yg mengatur dan memetakan jalan kami. The show must go on. Pada tanggal 16 Maret kemaren, sehari sebelum aku berangkat ke Balikpapan, Wayan bersama bapak ibunya datang ke rumah melakukan perkenalan keluarga. Kami di rumah diwakili Pakde, Paktut dan Meman-Meadek menyambut sederhana dan sepakat untuk "nyuwang" tanggal 4 April dan "mepragatang" tanggal 16 April. Namun masih ada ngeraos sekali lagi tanggal 23 Maret untuk membicarakan hari yang disepakati dengan membawa keluarga besar.
Dalam pesawat ke Balikpapan aku menangis, selalu ada rasa tak rela juga sedih karena akan terpisah dalam jarak dan waktu. Kadek yg biasa menemani istriku dikala aku tak di rumah juga kadang mengantarkan aku ketika aku berangkat kerja, nanti mungkin tak akan tinggal dekat kami lagi. Segalanya berubah, semuanya akan melalui saat-saat seperti ini dan kita harus siap dan bersiap. Aku pun berdoa, semoga istriku bisa lebih mandiri dengan ditinggal menikah oleh Kadek, semoga ia bisa belajar lebih baik untuk segala hal tentang rumah, keluarga dan upacara. Astungkara.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Reuni Dengan Patrick
Pada hari itu Krisna menjemput di hotel dan mengajaknya makan siang di Renon. Sorenya Krisna mengajak ke SMU 2 dan aku bersama istri langsung menuju kesana. Jales menyusul kemudian bersama istrinya. Kami hanya sempat mengobrol sebentar dan foto-foto di depan sekolah.
Patrick tampak tinggi dan lebih gemuk dibanding dulu sekitar tahun 1998 ketika ia datang ke Tabanan sebagai pertukaran pelajar. Salah satu kenangan kami adalah mengajaknya kemah semalem di Danau Buyan dengan suasana angin kencang dan kami menggigil kedinginan.
Ia berjanji tahun depan pada bulan yg sama akan mengajak lebih banyak temannya liburan ke Bali.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Laptop Rusak
Sempat kutinggal ON sekali dan ketika pulang, kondisi masih sama, rusak. Segera kuminta Jales dateng ke rumah memperbaikinya. Tak sampe setengah jam, 1 set keyboard diganti dengan yang baru, modalnya 200rb perak.
Cerita belum usai. Berselang seminggu, charger-nya berulah. Tak mau nge-charge dan akhirnya kubelikan di Rimo seharga 250rb. Yahhh..begitulah. Usianya sudah 5 tahun, kubeli sekitar July 2009 setelah kami menikah. Itu sebenarnya hadiah buat istriku untuk menemani di kos ketika aku tinggal ke Balikpapan. Juga sering dipakai nyetel musik klasik buat si calon bayi Kirana. Ketika Nana lahirpun laptop ini jadi media untuk menyimpan video dan foto-foto. Sejak Citta lahir sering dipakai nonton Youtube dan nyetel VCD melalui DVD ROM-nya. Laptop ini memang banyak kenangan dan menjadi saksi dan teman perjalanan keluarga kecil kami, Ranacitta Family. Sehingga sangat sayang untuk dijual meskipun battery-nya juga sudah jebol alias sama sekali tak mau menyimpan tegangan, jika beli harganya 500rb, sayang.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Sunday, February 23, 2014
CardRecovery 5.30
Cukup bagus dan bisa mengcover semua foto yg ku delete.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Monday, February 03, 2014
Review 2013
- Hemat tiket pesawat pp Denpasar-Balikpapan karena ada Citilink direct, walau hanya 6 bulan (Jan-Jun 2013).
- Stop Prudential Ibu.
- Mencairkan Jamsostek selama FDT (in progress 50%).
- Olahraga 2x seminggu (gowes, treadmill, senam).
- Membuat laporan keuangan yg rapi dan dikelompokkan per kategori. Next akan dibuat lebih detail.
BISNIS
- Bikin account twitter Wisata Bali
- Ikut seminar bisnis SocMed Marketing dan ketemu owner Khrisna Bali.
- Bisnis kaos dan lumayan dapat 4 kali order.
- Bisnis Photobooth di Sanur Beach Hotel.
- Kontrakan rumah sukses dengan total dikontrak 1 tahun 4 bulan (end 15 Jan 2014).
FAMILY
- Liburan di Santika Premiere Kuta selama 2 hari (Januari).
- Liburan ke Jogja nginep di Melia Purosani, sambil training (Sept).
- Foto-foto Ranacitta tiap bulan.
- Melancong ke Bali Bird Park, Bebek Tepi Sawah, Bedugul, GWK, Museum Blanco.
- Nana sekolah dengan lancar di Immaculata Tabanan.
- Citta opname di Kasih Ibu Denpasar karena dehidrasi ringan.
- Beli Treadmill bersama Kadek.
- MCU Aji dan Ibu Indah (dengan hasil secara umum bagus).
- Beli picopad buat NanaCitta (Juli 2013).
- Bikin kamar bermain untuk Ranacitta. - Cetak foto selama 6 bulan sebanyak 215 lembar.
- Cetak kanvas beberapa foto dalam ukuran besar dan membuat bingkai di Denpasar.
- Bikin mug dan pin ulangtahun Ranacitta.
- Membiayai bulanan Pak Ming dan Tiwik sekolah mulai dari uang bangunan dan SPP.
- Servis mobil 35.000 km.
HOBBY
- Motret prewedding Jales, Muri, Agung dan Gantino.
- Bikin Japs Motor dengan bahan Tiger tahun 96.
- Hunting Parade Budaya Tabanan.
- Belajar motret model bersama SOC di Denpasar.
- Berhasil tidak membeli tambahan alat-alat fotografi dan memaksimalkan yg sudah ada.
- Beli Wacom dan mulai belajar digital painting.
- Belajar nulis novel dengan membeli video tutorial.
- Motret slow speed di Tanah Lot.
- Beli rindik dan mulai belajar megambel.
HOME
- Renovasi bikin kamar mandi di atas dan mindahin gentong air di top roof.
- Bayar pajak rumah Denpasar (Dispenda), masih lanjut menunggu jadi mutasi April 14.
SOCIAL LiFE
- Melayat bapak Koming, Mangku Pura Ciwa Kebon, Pak Merta, Istri Pak Kawi di Seririt dan Mbah Kerti.
- Kundangan 3-bulanan Dek Indra di Antosari, Agung II Bajera, Adik Lidya, Jojon Nganten, Jales, Mlaspas Blide Suta, Mepandes di Jero, Upacara bale banjar.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Thursday, January 23, 2014
Tongsis DIY
Bahan:
1. Holder HP.
2. Stick (aku pakai stik bekas cuci kaca karena bisa dipanjang-pendekin).
3. Tie-wrap atau tali/kawat.
Caranya simpel, ikat holder HP di ujung stik dengan tie-wrap. Siap digunakan deh.
Semoga berguna ya.
#tongsis
#diy
#murah
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Dalam Sebulan HP-ku Rusak Dua-duanya
Seminggu kemudian menjelang akhir tahun berakhir ketika di Attaka, giliran BB ku yang hang. Awalnya aku install lagi whatsapp. Mungkin karena kepenuhan message, bb ku muncul jam pasir. Ketika restart dan cabut batere, tak mau booting, hanya muncul layar putih dengan tulisan "Blackberry".
Ketika off aku bawa ke Planet Cell lagi dan install ulang, bayar 75rb tapi datanya hilang semua terutama notes yg selama ini aku bikin. Tapi untung sebagian sudah aku back up termasuk bbm contact.
Pelajaran berharga dari kejadian ini:
- secara berkala kita harus melakukan back up hp kita mulai dari file penting hingga kontak.
- jangan terlalu bergantung dengan hp, usahakan aktivitas yg biasa dilakukan di hp bisa juga dilakukan di komputer.
- catatan-catatan ringan dibikin back up juga di PC.
- foto-foto harus diback up berkala.
Akhirnya aku mendaftar internet banking untuk Niaga dan Mandiri untuk jaga-jaga jika hp-ku rusak lagi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Wednesday, January 22, 2014
Nginep di Bedugul
Jam 12 kami cabut dari kebun raya dan check in di Villa. Antara pintu gerbang dan front office cukup jauh sekitar 50 meter dan mobil harus parkir di luar dan barang-barang dibawakan petugas ke kamar di bagian belakang berjarak 50 meter lagi. Suasana mendung mulai membuat agak kurang sreg ketika memasuki villa. Namun Nana dan Citta kelihatan happy aja. Aku dan istri mulai merasa kurang nyaman. Di bagian belakang villa masih ditumbuhi pohon-pohon tinggi besar. Pemandangan memang indah, danau kelihatan memukau dari halaman jendela belakang kamar.
Dengan agak ragu antara lanjut atau tidak, kami sepakat untuk lanjut nginep saja. Malam hari kami memesan makan malam dan makan malam di kamar saja. Benar saja, ketika malam kami tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun beruntung anak-anak tidur dengan tenang. Biasanya Citta suka bangun dan nangis tengah malam, malam itu aman sejahtera. Hanya jam 3 subuh bangun minta susu lalu tidur lagi dengan damai. Lalu aku bangun jam setengah 6 pagi dan langsung menyambar kamera dan tripod lari ke belakang villa. Mengabadikan pemandangan pagi yg elok. Jam 9 kami cek out dan mampir di wisata Petik Strawberry dan membeli sedikit oleh-oleh di pasar Candikuning. Sekitar jam 1 kami tiba di Pandak dengan perasaan lega.
Kami sepakat, lain kali lebih baik nginep di hotel daripada di villa yg sepi dan sunyi.
Sedikit cerita spooky: ketika sore hari istri sempat tanya ke CS dan mendapat cerita suatu hari ada acara wedding disana dan di foto ada penampakan. Malam harinya juga sekitar jam 1, tangan kananku seperti ada yg menggelitik, mungkin karena terbawa perasaan takut. Yah demikianlah sedikit intermeso. Pokoknya gak lagi deh :)
Powered by Telkomsel BlackBerry®