Sebagai mantan tukang foto keliling, saya merasa prihatin sekaligus tergerak untuk memberikan beberapa saran kepada rekan-rekan fotografer keliling yang masih setia beroperasi di objek-objek wisata seperti Tanah Lot, Besakih, Pura Ulundanu Bedugul, dan destinasi populer lainnya di Bali. Di tengah gempuran smartphone dengan kamera canggih, para fotografer ini masih menggunakan metode tradisional: menghampiri wisatawan, menawarkan jasa foto, mencetak hasilnya, lalu menerima bayaran. Metode ini semakin sulit bersaing di era digital.
Namun, profesi ini masih sangat mungkin untuk bertahan dan bahkan berkembang—dengan beberapa penyesuaian. Berikut beberapa ide yang bisa dipertimbangkan:
1. Kombinasi Jasa Foto dan Penyewaan Pakaian Adat Bali
Fotografer bisa mengemas jasa mereka dengan menyewakan pakaian adat Bali, sehingga wisatawan bisa berfoto dengan nuansa budaya yang khas. Pakaian adat ini bisa didesain simpel dan model knockdown agar mudah dipakai dan dilepas. Konsep ini tidak hanya menambah nilai jual, tapi juga memperkaya pengalaman wisata.
2. Mengadopsi Model "Guide-Fotografer" seperti di Sari Timbul
Di tempat wisata Sari Timbul, Gianyar, setiap pengunjung didampingi oleh seorang pemandu yang juga merangkap fotografer. Mereka memahami kebutuhan konten media sosial masa kini: mulai dari mengarahkan gaya, memilih spot yang instagramable, hingga mengambil foto dan video dengan smartphone pengunjung. Semua ini sudah termasuk dalam tiket masuk—tidak ada biaya tambahan. Konsep ini patut dicontoh sebagai pendekatan yang lebih modern dan bernilai tambah.
3. Menyediakan Jasa Foto Digital Tanpa Cetak
Di era digital, kebutuhan terhadap cetak foto semakin menurun. Sebaliknya, banyak orang hanya membutuhkan file digital untuk diunggah ke media sosial seperti Instagram, TikTok, atau Facebook. Menawarkan paket jasa fotografi digital tanpa cetak bisa menjadi solusi yang lebih relevan, cepat, dan efisien.
4. Paket Dokumentasi Instan untuk Konten Sosial Media
Fotografer bisa menawarkan paket dokumentasi instan: foto portrait, candid, video reels, bahkan drone shot singkat (jika tersedia). Paket ini bisa dikirim langsung ke smartphone pengunjung melalui AirDrop, WhatsApp, atau link download cloud. Ini menjawab kebutuhan konten instan yang langsung bisa diposting.
5. Upgrade Skill: Mobile Photography & Videography
Fotografer keliling umumnya sudah memiliki mata artistik dan pengalaman yang kuat dalam mengambil gambar. Hanya tinggal sedikit penyesuaian untuk menguasai teknik mobile photography, videografi ringan, hingga editing sederhana menggunakan aplikasi seperti Snapseed, CapCut, atau Lightroom mobile. Skill ini bisa dipelajari secara mandiri atau melalui pelatihan komunitas.
Zaman boleh berubah, tapi jiwa seorang fotografer tetap dibutuhkan. Dengan menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan pengunjung, profesi fotografer keliling tidak hanya bisa bertahan, tapi justru menjadi lebih menarik dan bernilai di era digital. Kolaborasi, inovasi, dan adaptasi adalah kunci.
@gedeasetiawan
Mantan Tukang Foto Keliling yang sekarang sudah tidak keliling :)
No comments:
Post a Comment