Hari Rabu tanggal 8 Juni, seperti biasa pulang naik Lion via Makazzar. Di pesawat Makazzar-Denpasar bertemu dengan ibu+anak tunggalnya yang pernah 10 tahun tinggal di Balikpapan. Ia seperti memprovokasi pikiran radikal saya, ia mendukung dan saya seperti didukung mendobrak pemikiran kampung.
Setiba di Ngurah Ray aku langsung keluar bandara menuju tempat penjemputan mobil taxi carter. Namun janji jam 6 tidak ditepati. Sialan si sopir, datang tanpa maaf 1 jam berikutnya. Tiba di Pandak jam 8-an dan sebenarnya badan agak meriang kedinginan. Malam itu tidur dengan pulas untuk persiapan besok "ngajang banten" ke Denpasar.
Hari Kamis pagi jam 8 kami sudah mengantar 7 "pengujung" ke rumah-rumah pemangku dan sutri. Jam 10-an berangkat tahap pertama menuju Angga Buana. Lalu jam 14.00 rombongan pulang untuk ngangkut banten. Selesai menggelar banten agak malam, orang-orang pulang setelah disuguhi nasi bungkus seadanya.
Esok subuhnya aku menggigil demam. Panas hingga 38.5 C. Busyet, hari harusnya aku dalam keadaan fit tapi malah KO. Pagi-pagi dengan naik taxi, aku berobat ke BaliMed dan minta disuntik. Apa boleh buat, sakit berlanjut hingga sore dan aku terkapar tak berdaya hingga 2 hari berikutnya. Memotret opening PKB dan model bersama Bismania gagal total, ditambah dengan gagalnya hunting Perang Pandan di hari Selasa. Di hari Rabu adalah purnama, pagi hari ke Pura Ciwa, siang ngopin Komang-Kade mlaspas rumah baru. Sore hari Karya Pura Batan Moning. Hari yang padat.
Gowes? Hanya sempat 2 hari di akhir-akhir off. Pertama ke Pura Pekendungan lewat jalan belakang. Kedua ke Pantai Pangkung Tibah nyeberang Kedungu via pasir. Pasukan kami terdiri dari Wanda, Dek Ta, Tiwi dan Dek Uda.
Ketika menginap di Angga Buana, di pagi esok hari aku menyempatkan diri ke Renon bersama Ibu dan Kirana. Kirana senang sekali menikmati indahnya pagi. Kami juga melihat-lihat museum Renon. Cukup eksotis untuk spot moto model.
Dan kini aku terdampar lagi di Pak Surat. Aku ke Balikpapan lebih awal untuk mengikuti Training Fire Fighting 20-21 Juni 2011 di Lawe-lawe Training Center.
Dalam perjalanan ke SBY-BPN aku duduk bersebelahan dengan Mas Agus, PNS Pertanian di Penajam. Ia usai mengikuti pelatihan di Semarang dan kehilangan laptop dalam perjalanan naik bus menuju SBY.
Kami diskusi soal Subak dan hama tikus. Katanya, hama tikus muncul saat masa tanam padi antar block sawah tidak sama. Sehingga ada tempat bersembunyi hangat buat si tikus. Konon, di Jatim telah ditemukan bahan pengusir tikus yang bentuknya seperti petasan, dimasukkan ke lubang tikus dan diharapkan tikus akan mati. Namun benda ini belum dikomersilkan.
Sunday, June 19, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)