Saturday, January 31, 2015

Westin dan Sakit

Ketika menginap di Westin Sabtu 17 Jan lalu istriku malah demam. Sebenarnya Jumat sore udah mulai lemes. Minggu pagi panasnya hilang. Lalu malemnya muncul lagi. Akhirnya Senin pagi aku antar periksa ke Kasih Ibu dan memilih untuk cek darah lengkap. Sebenarnya hasilnya normal semua cuma trombosit yg agak turun dari biasanya tapi masih dlm range normal. Dikasi obat panas dan vitamin sama dokter poliklinik umum.

Karena di kampung saya sedang wabah demam berdarah maka biar agak tenang saya selalu cek darah hingga 4 kali ke lab. Dan setelah melewati hari ke-7 maka hati sudah tenang. Konon kata dokter hari ke 7 virus db sudah mati dalam darah.

Evolusi Warung Babi Guling

Evolusi nama warung babi guling:
2014 Men agus
2015 Mek agus
2016 Buk agus
2017 Mak agus
2020 Mama agus
2025 Mommy agus
2030 Madame agus

Friday, January 30, 2015

Love What You Do

Seburuk apapun nasib atau hidup, kita diminta untuk selalu bersyukur karena bersyukur adalah salah satu dari sekian berfikir positif. Ketika berfikir positif maka hormon endorfin mengalir dalam darah yg membuat perasaan senang dan bahagia. Mengerjakan sesuatu dgn bahagia akan membuat energi/semangat kita berlipat ganda dan hasilnya menjadi stand out.

Wednesday, January 28, 2015

Pake Dopping

Atlet pake doping mendongkrak stamina, musisi ngedrug utk nambah inspirasi dan peserta pawai ogoh2 minum arak biar agak punyah apakah biar lbh kuat? Apakah anak muda nggak pede shg harus pake doping?

Wednesday, January 14, 2015

Evolusi Cara Belanja

Jaman dulu orang desa mau belanja ke kota harus nunggu angkutan umum ke denpasar, cari barang di pasar kumbasari, bayar. Jaman berikutnya pedagang grosir mendatangi penjual eceran ke desa2, tidak perlu naik angkutan umum, barang bisa kita miliki lebih cepat.
Kini pedagang dan pembeli sama2 duduk manis di rumah, kalo mau beli barang cukup masukkan hashtag, transfer, lalu besok barang sudah tiba di rumah kalo pake Tiki YES atau 3 hari kalo pake yg reguler.

Friday, January 02, 2015

Film Motivasi vs Film Humor

Film Merry Riana
"@MerryRiana: Jmlh Penonton film:
1) Merry Riana - 712.270
2) Hijrah Cinta - 711.205
3) Marmut Merah Jambu - 640.682
4) Assalamualaikum Beijing - 540.890"

Terbukti film motivasi lebih laris dibanding film humor. Apakah ini berarti anak2 muda endonesa kurang mendapat motivasi di sekolahnya? Apakah adik2 kita lebih dijejali otak kirinya daripada kecerdasan kreasinya? Apakah tas sekolah adik2 kita dipenuhi buku2 pelajaran sekolah drpd membawa peralatan untuk membuat hasta karya?

Thursday, January 01, 2015

Fotografer Banting Harga

Ini adalah tulisan setahun lalu.

Akhir2 ini prihatin melihat dan membaca cerita kawan2 fotografer yg sekian tahun telah belajar kemudian memutuskan hidup sebagai full time fotografer profesional, lalu memasang harga sekian juta rupiah dan menerima order2 dari berbagai kalangan masyarakat. Setelah sesi foto dilanjutkan dgn post processing yg memakan waktu banyak, begadang hingga subuh dan menguras cukup energi.
Kemudian, datanglah golongan fotografer yg belajar agak belakangan, merasa sedikit bisa lalu memasang label fotografer/photographer/photoworks dsb, di belakang namanya, lalu menerima pekerjaan fotografi dgn tarif yg membuat fotografer yg belajarnya agak duluan, kebakaran jenggot. Merusak harga istilah kasarnya dan cilakanya, konsumen yg notabene sebagian besar awam fotografi yg penting hasilnya "asal terang" ya tentu nyari harga yg lebih murah.
Pasar tlah bicara. Sebagian demand pasar mungkin pada level segitu. Kalau mau jujur, mungkin seperti itulah pasar fotografi sesungguhnya. Tidak perlu hasil yg terlalu "bagus" yg penting si "model" dlm foto terlihat terang dgn senyum yg manis sudah cukup bagi mereka. Mungkin kalo ada yg menawarkan gratis dgn hasil yg satu level di bawah yg bayarannya murah, bisa jadi mereka akan memilih yg gratis. Harga nomor satu, kualitas nomor 17.

Namun pasti ada level2 konsumen yg membutuhkan kualitas, lebih menghargai seni daripada sekedar foto "asal terang" yg tentu rela membayar dgn tarif yg lebih manusiawi. Ibarat iphone yg bnyk konsumennya meskipun harganya relatif lebih mahal dibanding merk lain.

Nah sebagai fotografer, tentu itu adalah pilihan. Mau jadi fotografer asal terang atau fotografer yg mempertahankan kualitas. Buktinya, yang saya tahu, banyak kok fotografer mahal tapi clietnya banyak.

Kalau mau sedikit out of box, jika memang kebutuhan pasar seperti itu, buatlah metode yg ekonomis. Dgn sedikit daya dan biaya bisa menghasilkan foto yg secara kualitas bagus namun dgn minimal menghabiskan tenaga dan waktu. Misalnya utk post procesing bisa dibuat action2 yg tinggal sekali klik sdh menghasilkam editan bagus. Tdk perlu susah payah begadang sampe pinggang mau patah. Cukup duduk setengah jam 20 halaman photobook sdh jadi, misalnya.

Sekedar urun rembug dr seorang pecinta fotografi.