Friday, September 12, 2014

Berangkat Jam 5 Subuh

Jam 3.45 subuh aku sudah bangun dan langsung bersiap. Tinggal mandi, bikin teh dan memakai pakaian, tanpa sarapan. Jaman dulu, kalau berangkat pagi gini ibuku biasanya sudah menyiapkan nasi plus telor dadar kesukaanku. Jam 5 tepat aku dan istriku menembus kabut pagi menuju bandara Ngurah Rai.

Jalanan pagi itu masih sepi. Kecepatan rata-rata vario merahku 60-70 km/jam. Udara dingin puncak musim dingin menyusup hingga ke sumsum tulang, ke belahan dada, ketiak hingga ke sela-sela selangkangan. Istriku memeluk dengan erat. Di jalanan dekat Kerobokan ku lihat circle K masih buka. Ketika melewati ground zero tampak orang2 berkerumun, ada bule juga orang lokal. Tampaknya mereka mengerubuti dagang nasi jenggo. Di sebelahnya tampak perempuan bertampang PSK sedang dikerubutin laki-laki entah darimana, juga tampak security beberapa diskotik di sekitar sana ikut merayu perempuan binal itu. Kulewati sepeda motor berjalan oleng dgn 3 orang penumpang berwajah ngantuk. Bau arak memenuhi sepenggal jalan Legian pagi itu bercampur aroma nasi jenggo, parfum PSK juga asap tipis truk air minum bertuliskan diktator.

Jam 5.35 kami tiba di ujung bandara. Lalu satu kecupan mesra memisahkan kami pagi itu, aku berjalan menuju counter check in yg berjarak sekitar 500 meter dari drop zone sepeda motor. Pegawai-pegawai bandara mulai berjalan kaki dari tempat parkir yg jauh menuju kantor2 maskapai mereka. Tampak 2 bule membawa backpack besar sekali berjalan menyusuri tepi pagar bandara. Mungkin mereka menginap di hotel di sisi utara bandara.

Setelah check in dan membayar airport tax yg masih 40rb, aku langsung masuk ruang tunggu. Penumpang sudah mulai ramai. Di ujung pintu kamar mandi tampak seorang perempuan berusia sekitar 30-an memegang handphone bermuka masam. Sepertinya semalam tak dapat jatah dari sang suami. Atau gaji bulan ini belum terbayar secara lunas. Mungkin juga atasannya barusan mendamprat karena kerjaannya belum beres namun ia sudah bermain dgn telfon.

Lalu aku duduk di salah satu kursi di ruang tunggu 15. Sudah ada sekitar 30 orang menunggu. Ada yg bengong menahan kantuk, ada yg bermain handphone sambil menunduk, ada yg menelfon entah siapa di seberang sana sambil batuk2. Jam 6.30 panggilan boarding terdengar dengan nyaring. Jam 7 tepat pesawat terbang menuju Surabaya. Jam 6.40 pesawat landing dengan sempurna. Aku melapor ke meja transit lalu coba memajukan jadwal pesawat, namun tak dapat. Tetap mengambil penerbangan jam 8.30.

Aku sarapan di Blue Sky Lounge dan jam 8 tepat kami boarding menuju pesawat Boeing 737-900 NG. Jam 8.45 pesawat take off, 1 jam 20 menit kemudian pesawat landing di Balikpapan. Aku langsung menuju ke bandara lama ke counter Cipaganti untuk melanjutkan perjalanan dengan travel ke arah Bontang. Aku sudah buru-buru tapi ternyata masih menunggu penumpang lain yg belum datang. Jam 12 tepat travel berangkat. Kami sempat berhenti 2x. Pertama di pool Cipaganti di Samarinda. Yg kedua di rumah makan Nuansa lepas dari Samarinda. Jam 2.30 sore ku melahap habis bebek goreng dan es teh seharga 35.000.

Kami lalu lanjut perjalanan yg berliku itu. Gaya menyetir sopir yg kasar membuat aku sedikit mual. Jam 5.30 sore mobil travel menurunkan aku di portal. Lalu menyewa ojek menuju Tg Santan. Jam 6 pas aku tiba di Santan Terminal, menuju housing 7 kamar 4. Badanku remuk, hatiku rindu dan semangatku berkobar. Pekerjaan sudah menunggu dan hatiku mulai pilu. Demi sesuap nasi, demi sekarung beras, atas nama cinta kulakukan semua ini dengan ceria.

Monday, September 08, 2014

Get New Photography Clients

Tips on How to Get New Photography Clients
1. Get Involved
2. Network
3. Build Your Portfolio
4. Blog
5. Creative Projects
6. Maintain Relationships

Source: dps

Friday, September 05, 2014

Lupa Matikan HP di Pesawat (2)

Pernah lupa matikan HP saat naik pesawat? Saya pernah dua kali. Pertama sekitar November 2003 waktu itu naik pesawat Pelita Air Dash 7 dari Balikpapan ke Tanjung Santan (Kaltim). Pesawat berpenumpang sekitar 50 orang itu mempunyai seat menghadap belakang pada baris paling depan. Saya duduk pada salah satu seat itu, berharap dekat dengan pramugari. Sekitar 5 menit mengudara HP saya bunyi, ada sms masuk dan serta merta saya kelabakan ngeluarin HP dari tas butut. Waktu itu jaman HP Siemens C40 dgn bunyi SMS yg panjang. Sengaja pilih ring tone panjang biar ketahuan punya HP :) Tapi malunya bukan kepalang. Padahal SMS-nya juga bukan sms penting2 bgt, bukan juga sms mama minta pulsa. Juga bukan sms dari pacar, karena waktu itu saya masih jomblo.

Yang kedua sekitar November 2008. Saat itu naik Garuda dari Makassar ke Denpasar. Berhubung konsentrasi jadi pecah karena di sebelah duduk perempuan muda mirip Gemma Arterton (bintang film Clash of Titans), maka alasan lupa mematikan HP tepat sudah. Ketika itu duduk di seat 4A (row paling depan), dan perasaan HP sudah benar2 dimatikan. Begitu landing di Bali, maksud hati mau menyalakan HP eh kok HPnya masih nyala dgn ceria. Perasaan jadi tak menentu karena merasa bersalah. Syukurlah penerbangan ini aman dan selamat.

Saya juga sering melihat masalah mematikan hp di pesawat. Suatu ketika pada penerbangan dari Surabaya ke Balikpapan, seorang pramugara Lion Air meminta seorang bapak bertampang preman mematikan HP ketika sudah berada di pesawat. Namun si bapak marah-marah hebat, malah menantang si pramugara untuk "menyelesaikan" di luar. Saya yakin lain cerita jika yang meminta adalah pramugari. Kali aja si bapak belum sarapan, atau debt collector sedang menagih2 utangnya sehingga dia berubah jadi sangat sensi hari itu :)

Suatu ketika juga pernah mendapati ibu-ibu menyalakan HP ketika sudah di atas pesawat. Saat itu penerbangan malam dari Surabaya ke Balikpapan. Sekitar 1/2 jam sudah mengudara dan di sebelah kiri saya duduk ibu-ibu tua sekitar 57,5 tahun merogoh tas dan mengeluarkan HP. Serta merta memecet tombol power kemudian HP nyala. Saya panik, "Ibu, ngapain nyalain HP, tidak boleh nyalain di pesawat loh." "Nggah mas, saya cuman lihat jam," jawabnya ringan seraya mematikan kembali HP Nokia-nya yg butut. Gubrakkk.... Yah si ibu, kan bisa nanya saya. Gak liat apa jam swiss army segede gaban di tangan kiri saya :)

Yang paling aneh adalah saat baru saja take off dari Denpasar ke Surabaya, saat itu naik Garuda. Saya duduk di 18A (kiri pesawat). Roda belakang pesawat masih nempel di runway, tapi ada suara ring tone dari ujung 18F (ujung kanan pesawat). Eh ada bule jawab telfon dengan santainya. Mau ngasi tau tapi saya malu teriak-teriak. Akhirnya saya colek bapak di sebelah saya, lalu bapak sebelah saya colek bapak di sebelahnya, hingga akhirnya si bule di colek oleh bapak-bapak yg duduk persis di sebelahnya. Si bule (padahal bule loh), mematikan HP-nya dgn manis. Aneh kan ceritanya? Nggak ya? Ya sudah...

Dan ini cerita nyalain HP di atas pesawat pada penerbangan terakhir saya, Citilink dari Surabaya ke Denpasar. Saat itu pesawat berputar-putar selama 1/2 jam di atas pulau Bali karena ada pergerakan pesawat kepresidenan di Ngurah Ray. Kira-kira 2 menit sebelum pesawat menginjak runway, ada suara-suara ring tone pesan whatsapp masuk. Suaranya dari sekitar tempat duduk saya, cuman tidak tahu orangnya yang mana. Edan ini orang, udah tahu lagi proses landing eh malah nyalain HP. Kemudian dari speaker saya dengar pramugari berujar, "Mohon tidak mengaktifkan telepon genggam, hingga Anda berada di terminal kedatangan." Pesawat landing dengan sempurna, syukurlah dan diujung sana saya lihat pesawat kepresidenan Pak SBY yang baru-baru ini mau dijual ama Jokowi (atau ibu MW?).

Pramugari Berbagai Maskapai

Pramugari berbagai maskapai juga mempunyai ciri khas tersendiri. Garuda misalnya. Pramugarinya di atas rata2. Maxudnya usianya di atas rata2. Paling top memberikan pelayanan. Senyumnya tulus tapi tidak semua pramugari seperti di iklan majalahnya.
Pramugari Citilink pakaiannya serba hijau. Suka ngasi pantun saat memberikan pengarahan. Suatu ketika di dlm pesawat saya pernah memotret ke arah salah seorang pramugari. Dia langsung nyamperin saya dan bilang "Maaf mas nggak boleh motret saat kami lagi bekerja." "Jadi kalau di luar boleh dong kita foto2," kilah saya. Si mbak tersenyum kecut. Kacrut...

Pramugari Lion lain lagi. Tampangnya di atas rata2. Pakaiannya sopan hingga ke betis tapi belahannya hingga ke samping (maaf) paha, 10cm di bawah pinggang. Kalau jongkok belahan roknya terbuka dan terciptalah pemandangan yg mempesona. Saya suka pura2 menjatuhkan majalah saat pramugari hampir lewat di samping saya. Tahu kan maxud saya :)

Suatu hari pernah minta ijin mau motret cokpit. "Mbak, saya boleh motoin cokpit gak ya?". "Maaf mas tidak bisa". "Kalau motoin mbak aja boleh?" Si mbak pipinya merona. Seperti ada tulisan di pipinya: "Untuk Mas apa sih yg enggak," sambil ngedipin mata. Dalam waktu sepersekian detik dia berujar, "tolong catet pin BB saya." Saya pun menambahkan, "Sekalian PIN ATM-nya aja, Mbak."

Rata2 pramugari memberikan pelayanan sesuai SOP. Maxudnya ia hanya senyum karena diperintahkan dalam SOP saja, seperti kurang tulus dari hati yg paling dalam. Tapi gak masalah, yg penting dia senyum aja saya udah suka... :)

Peristiwa paling romantis dalam kisah pramugari ini adalah ketika saya duduk di kursi 31F di penerbangan Lion dgn pesawat Boeing 737-900ER. Pramugari duduk di depan persis menghadap saya. Tinggal taruh meja di antara kita jadilah candle light dinner yg absurd. Tapi sayang selama 1 jam terbang saya hanya bisa memandangi wajah cantiknya, sementara si mbak pramugari serba salah dan salah tingkah pura2 menghitung kancing baju (padahal bajunya gak pakai kancing).

Yang paling penting adalah dulu saya pernah ber-cita2 punya istri seorang pramugari. Sayangnya waktu itu saya masih TK.

Thursday, September 04, 2014

Tipe Penumpang Pesawat

Kelompok penumpang pesawat berbagai jurusan ada ciri khas tersendiri. Denpasar-Surabaya kebanyakan diisi penumpang berpenampilan rapi juga antrenya rapi, sepertinya para bisnisman. Penumpang DPS-Yogya diisi anak-anak usia 20-30 dgn kaos oblong, tak lupa selfie sblm naik pesawat, mungkin para mahasiswa yg pulang kampung atau habis liburan ke Bali. DPS-Ujungpandang dinominasi orang2 tua dgn tampang (maaf) agak ndeso dan lusuh dgn bawaan kardus bejibun ke kabin, kalo antre main serobot. Sepertinya transmigran asal Bali abis pulang kampung. DPS-Jakarta diisi penumpang dgn gaya santai, logat Jakarte, celana pendek dan kaos oblong plus tongsis. Kadang juga liat saling pegang tangan padahal dua2nya ada kumisnya. DPS-Balikpapan kebanyakan diisi ABG abis liburan ke Bali, rapi dan sering selfie dan kalo ngomong setiap kalimat diakhiri "kah" atau "pang". Surabaya-Balikpapan kebanyakan diisi rombongan keluarga plus bawa bayi dgn seabreg kardus masuk kabin, aromanya juga khas. Kalau take off si bayi biasanya nangis kenceng. Kalo duduk jg sering gak liat nomor kursi.
Hehe...ini bukan hasil survey tapi pengamatan iseng (yg subjektif) sembari nunggu naik pesawat. Maaf jika salah.

Kena Batunya (Tiket Hangus)

Saat itu hari Sabtu 2 Agustus 2014, saya pulang sehabis exten 3 hari karena teman berlebaran. Jumat malam saya ikut rombongan Bukaka menuju Balikpapan. Tiba di suraton sekitar jam 12 tengah malam.

Baru kali ini saya kena batunya. Padahal udah 4 kali saya coba dan selalu berhasil. Jika pulang pagi, saya biasanya memilih pesawat Lion Air paling pagi dari Balikpapan, kemudian lanjut dengan penerbangan Citilink jam 8 dari Surabaya menuju Denpasar. Biasanya, kalau normal, pesawat harusnya landing jam 07.20 di Juanda. Namun kali ini semesta seolah tak berpihak pada saya. Pagi itu cuaca cukup mendung di Balikpapan, pesawat berangkat sedikit tertunda. Namun 10 menit take off, cuaca cerah dan pesawat landing jam 07:40 di Surabaya. Masalah lagi, tangga turun susah sekali ditempelkan di pesawat. Akhirnya cari tangga lainnya yg bagus. Udah gitu hanya pintu depan yang dibuka. Padahal saya sudah pilih seat paling depan, biar keluarnya paling awal. Setelah turun, bis belum tiba. Mampus sudah. Jam 8 kurang 5 menit saya berlari kencang menuju pintu 9 sementara saya barusan keluar melalui pintu 1. Jam 8 pas saya tiba di gate ruang tunggu lalu masuk dan melapor ke petugas. Dengan lunglai saya melihat pesawat Citilink tujuan Denpasar sudah didorong menuju landasan pacu. Omaigozz...
Akhirnya saya pergi mencari tiket lain yang paling cepat. Dapat Lion Air jam 10 dan tiba sekitar jam 12:00 di Denpasar. Akhirnya saya memutuskan tak akan oportunis mecari tiket yg mepet-mepet.

Sent from Yahoo Mail on Android