Friday, August 29, 2008

Telkomflash Asyik

Akhir-akhir ini banyak provider seluler yang menyediakan paket data akses untuk akses internet. Ada IM2 dari Indosat, ada Speedy dari Telkomnet dan ada juga Telkomflash dari Telkomsel. Paket yang terakhir yang sudah saya coba. Cukup cepat untuk layanan GPRSnya. Karena di lokasi tempat saya bekerja hanya masuk Telkomsel GPRS saja, 3G apalagi 3.5G belum sampai.


Ada berbagai paket Telkomflash yang mensupport Halo, Simpati dan As. Untuk kartu Halo ada paket murah Rp 125rb/bulan unlimited dengan speed bisa 128 kbps. Kebetulan saya menggunakan Simpati PD dan saya aktifkan saja paket volume base Rp 100rb yang aktif dalam waktu 1 bulan dengan jatah 300 MB. Kuota segitu saya kira sudah cukuplah dalam 1 bulan.

Cara mengaktifkan GPRS Simpati cukup sederhana. Tinggal ketik sms "GRPS <16 digit no simcard>" kirim ke 6616. Akan ada balasan SMS yang menyatakan GRPS telah aktif. Setelah itu HP bisa difungsikan sebagai browser sendiri (main internet di HP) dan bisa juga HP sebagai modem (main internet di PC/laptop). Saya gunakan dua-duanya. Fungsi yang pertama saya install MiniOpera di HP untuk browsing dan e-buddy untuk chatting via Yahoo!Messenger. Sedangkan untuk di laptop saya gunakan Nokia PCSuite sebagai software interface antara laptop dan HP. Setelah menginstall PCSuite di laptop, lalu tinggal menghubungkan HP via USB dan mengaktifkan koneksi ke internet, jadi sudah.

Kuli Minyak

Bekerja di perusahaan minyak lepas pantai dan dengan schedule 2-2 sudah pasti ada senang dan ada tidak senangnya. Schedule 2-2 berarti 2 minggu kerja dan 2 minggu off. Waktu kerja adalah full 12 jam dengan istirahat di malam hari 12 jam. Sedangkan waktu off kita pulang dan bebas kemana saja, tinggal dimana saja dan terserah mau ngapain.

Susah senang selalu jadi satu, begitu pula untuk pekerja shift-shiftan seperti ini. Senangnya ketika kita off. Hari yang paling menggembirakan adalah 1 hari terakhir menjelang off. Dunia rasanya terang benderang. Langit malam bagaikan siang. Siang bagaikan pesta pora. Bahkan laut yang bergelombang tinggipun bagaikan danau yang tenang saja. Disamping itu karena 2 minggu full off duty di rumah jadi kita bebas sepuasnya melakukan kegiatan apa saja. Jika punya hobby fotografi bisa sepuasnya hunting kemanapun kita mau karena waktu 2 minggu adalah waktu yang sangat dan cukup panjang untuk berkelana kesana-kemari. Berbeda dengan pekerja kantoran yang hanya punya waktu 2 hari atau 1 hari libur di hari minggu. Tentunya sangat tanggung jika ingin pergi hingga ke luar kota.

Kesenangan yang lain adalah ketika gajian di pas kita off. Nah itulah saat-saat yang tepat sekali sebagai moment yang terbaik dalam hidup pekerja minyal lepas pantai. Pas pulang pas gajian begitu kami mengistilahkannya.

Namun disisi lain ada juga sisi buruk. Yang tiap orang mungkin berbeda-beda dan bersifat subjektif. Karena bekerja full 2 minggu di lepas pantai tentu saja waktu 2 minggu itu pula jauh dari keluarga, jauh dari teman dan kerabat. Jika yang baru punya anak atau baru saja nikah, tentu menjadi hal yang berat menghadapi hari-hari seperti itu. Yang paling tidak enak ketika salah satu dari keluarga kita ada yang sakit, dan kita harus pulang. Kadang-kadang atasan yang kurang bisa diajak kerja sama menganggap pulang saat hari kerja adalah kesalahan fatal. Kadang ada juga komentar "Emang kalau pulang anakmu bisa sembuh?" Ah itu sungguh tidak punya hati kalau kita dengar seperti itu.

Disisi lain kadang kalau kita sedang off tak ada teman yang diajak main. Karena schedule rata-rata teman yang lain adalah libur di hari minggu saja. Jadi nggak nyambung dengan schedule kita yang aneh.

Masih banyak sebenarnya yang ingin diceritakan, tapi boat sudah datang dan kita siap menembus gelombang...

WALL-E

Wall-e adalah judul sebuah film animasi yang baru saja direlease. Di studio 21 di berbagai kota sudah mudah diputar. Wall-e mengisahkan sebuah robot pembersih sampah yang diberi tugas membersihkan sampah di bumi, karena bumi sudah ditinggalkan manusia puluhan tahun yang lalu. Kini ia tinggal sendiri bersama satu sahabatnya seekor belalang. Tiap hari ia bersihkan sampah dengan cara memasukkan ke perutnya lalu dipress menjadi berbentuk kotak, lalu ditumpuk-tumpuk hingga tinggi sekali. Kalau dilihat dari jauh seperti bangunan pencakar langit.

Suatu hari datang pesawat luar angkasa (UFO) ke bumi dan ternyata pesawat itu membawa 1 robot canggih yang ditugaskan ke bumi mencari tanda-tanda kehidupan (oksigen). Dikisahkan robot canggih itu bernama Eve dan 'berjenis kelamin' cewek. Wall-e jatuh cinta. Suatu hari menemukan tumbuhan dan memasukkan ke dalam tubuhnya, tapi ia jadi jatuh sakit. Eve tak sadarkan diri dalam waktu yang lama. Tiba-tiba datang pesawat luar angkasa penolong membawa kembali Eve. Wall-e yang sudah terlanjur jatuh cinta itu tak rela Eve dibawa begitu saja, ia ikut bergelantungan di pesawat itu ke pesawat induk di luar angkasa. Ternyata pesawat itu milik manusia yang sudah sejak dulu kala meninggalkan bumi, sekarang bentuknya sudah gemuk dan kakinya tak bisa digunakan berjalan. Saat itu sudah tahun 2700-an.

Ketika diteliti ternyata tumbuhan yang masuk ke dalam tubuh Eve dianggap sebagai penyakit. Namun oleh manusia dianggap sebagai tanda-tanda kehidupan, artinya di bumi masih memungkinkan hidup. Di pesawat induk itulah terjadi berbagai kejadian dan kelucuan selama Wall-e berpetualang mencari Eve. Banyak cerita lucu terjadi.

Akhirnya sang kapten yang manusia memerintahkan untuk terbang menuju bumi. Akhirnya pesawat induk mendarat di bumi dan kembalilah Wall-e ke bumi bertemu dengan si belalang sobatnya yang paling setia menunggu.

Pesan dari cerita ini adalah stop global warming. Lama-lama bumi mungkin akan seperti itu. Bumi mungkin akan ditinggalkan karena sudah tidak layak tinggal lagi karena sudah penuh sampah dan oksigen mungkin sudah mulai berkurang. Sepanjang mata memandang tak ada lagi tumbuhan, yang ada hanya sampah-sampah logam.

Maka dari itu, mari kita stop global warming. Yang paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah menghemat penggunaan kertas, misalnya dengan menggunakan e-book, tanpa perlu lagi hardcopy yang memakan banyak kertas. Are you ready?

Jalan-jalan di Jalanan

Akhir-akhir ini saya lumayan sering berkendara ke berbagai tempat. Saya melihat beragam gaya dan tingkah polah cara orang berkendara. Ada yang seenaknya ada yang tertib dan rapi mengikuti aturan main yang berlaku.

Yang tertib dan rapi banyak, yang seenaknya lebih banyak lagi. Ada yang naik motor hendak belok arah ke kanan atau ke kiri nyelonong aja gak pake lampu sign atau rating. Tentu saja yang di belakang atau di depan akan kelimpungan mengerem mendadak menghadapi aksi brutal semacam itu. Ada juga yang masuk ke jalan besar misalnya dari gang kecil masuk seenaknya tanpa tengok-tengok dulu kanan kiri. Spontan saja yang sedang melaju cukup kencang di jalan utama jadi terkejut. Jika tak bisa mengendalikan kendaraan, tentu saja bisa membahayakan si brutal tadi. Kalau sudah kejadian, siapa yang disalahkan. Aksi brutal itu sebenarnya banyak dilakukan oleh ibu-ibu dan anak-anak muda baru gede. Dengan pendidikan lalu lintas yang tidak pernah mereka dapatkan sewaktu cari SIM, jadilah pengguna jalan yang seadanya dan seenak perutnya berlalu-lalang.

Yang paling tidak boleh ditiru adalah jika buang sampah dari mobil. Disamping melanggar tata tertib kebersihan juga melanggar safety. Yang berbahaya jika sampahnya cukup lebar, misalnya tas kresek atau koran. Bisa saja ketika dilemparkan, tas atau koran itu mengenai dan menempel di muka orang naik motor di belakang. Bisa dibayangkan jika hal itu terjadi, bukan?

Peristiwa paling tak enak ketika antri beli bensin di SPBU, khususnya ketika kita naik motor. Lagi asyik-asyik antri eh ada motor nyelonong dan mepet-mepet hendak mendahului dan tak mau antri di belakang. Dimana jiwa antrinya. Apakah sudah tak punya rasa malu ato moralnya ditaruh dimana sehingga antri kayak gitu aja musti diajarin lagi. Atau pada waktu sekolah tak pernah menggubris pelajaran PPKn sehingga moralnya menjadi ketinggalan di rumah. Mau adu mulut rasanya percuma, percuma menghabiskan energi untuk mendebatkan hal sepele seperti itu. Kalau dibiarin rasa hati tetep jengkel dan rasanya tak bisa terima. Lagi pula kalau tak ditegor akan diulang-ulang di tempat lain. Jadi, apakah kita musti negor kalau ketemu kejadian seperti itu? Atau dibiarin aja menunggu orangnya sadar sendiri?

Gaya brutal pengendara motor seperti itu saya lihat hampir terjadi di semua kota-kota besar di Indonesia yang pernah saya kunjungi. Mulai dari Jogja, Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Semarang, Solo, Denpasar bahkan Balikpapan. Yang paling parah dan brutal adalah Bandung, masak malam hari naik sepeda motor tak menyalakan lampu, ditambah ngebut lagi. Saya pernah hampir tertabrak ketika mau menyeberang jalan di sebuah jalan di Bandung, karena motor ngebut tapi tak ada lampu.

Di Jogja antrian di SPBU yang paling rapi, mungkin karena sebagian besar pengguna sepeda motor adalah mahasiswa lalu mereka begitu rapi antri seperti ketika mengambil formulir UMPTN dulu. Yang paling parah antri SPBU di Denpasar. Main serobot mendahului antrian, nyelip di antrian sehingga sering terjadi adu mulut ketika seorang yang udah antri disalip oleh orang yang datang belakanga tapi tak mau ngantri. Kasian banget. Pengendara yang paling tertib adalah di Balikpapan khususnya kendaraan roda empat. Pejalan kaki yang menyeberang di zebra cross lebih diutamakan, setiap kendaraan pasti berhenti ketika melihat beberapa orang yang akan menyeberang jalan, dan mempersilahkan mereka untuk menyeberang dengan selamat. Mungkin karena di setiap zebra cross ada tulisan "Menyeberang di zebra cross ini dilindungin undang-undang".

Dari sekian kejadian aneh dan menjengkelkan di jalan raya itu, kira-kira apa yang menjadi penyebab alias akar permasalahannya? Apakah perlu sistem pendidikan lalu lintas dimasukkan ke dalam pelajaran sekolah? Ataukah memang sistem pengurusan SIM yang terlalu gampang, sehingga anak-anak kecil di bawah umur bisa mempunyai SIM padahal pengetahuan lalu lintasnya tidak ada sama sekali. Mungkin karena pas nyari SIM, pihak kepolisian tidak memberi ceramah atau pengenalan sedikitpun tentang lalu lintas. Atau karena sifatnya SIM gelap, jadinya si anak tadi tidak diikutkan dalam ceramah SIM itu. Atau mungkin kepolisian perlu mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah atau bisa juga ke kampung-kampung yang menyampaikan bagaimana berlalu-lintas dengan baik. Atau bisa juga diadakan lomba berlalu lintas dengan tertib dan rapi, yang juara dapat HP, pasti banyak yang ikut.

Yamaha Photo Contest

Minggu yang lalu hari Sabtu-Minggu tanggal 23 dan 24 Agustus 2008 diadakan lomba foto Yamaha dengan tema "Enjoy Your Life with Yamaha" yangmenjelajahi 8 kota di Indonesia dan yang terakhir ini diadakan di Bali tepatnya di Pantai Kuta di depan Hard Rock Cafe. Kegiatan ini sangat menarik perhatian disamping para fotografer dari berbagai daerah di Indonesia, juga para wisatawan yang memang berlibur ke Bali khususnya Kuta.

Kriteria penilaian adalah seputar bagaimana memadukan keindahan, kecantikan sang model yang bersanding dengan icon-icon Yamaha, mulai dari Motor, Logo dan bisa juga icon Yamaha lainnya. Tentunya tidak terlepas dari teknik-teknik fotografi yang tentunya sudah dimengerti oleh sebagian besar fotografer yang mengikuti lomba.

Lomba dimulai jam 15.00 yang diawali dengan briefing oleh panitia dan juri. Dua MC beken meramaikan siang yang panas dan berangin itu. Kelompok foto dibagi 3 group dan masing-masing peserta dalam satu group diharuskan memakai udeng (ikat kepala khas Bali) yang sama warna. Ada tiga warna merah, putih dan biru yang mewakili 3 kelompok. Peserta sungguh membludak ketika acara dimulai peserta sudah mendaftar sebanyak 140-an orang. Sehingga masing-masing kelompok terdiri dari hampir 50 orang di bagi dalam 3 tempat yang berbeda, dengan model, motor, tema pakaian dan tata panggung yang berbeda. Setiap 1/2 jam dirolling ke area lainnya. Sehingga lomba akan berlangsung minimal 1,5 jam.

Aku tergabung dalam group warna biru dan dimulai dari lokasi di depan kanan Hard Rock Cafe. Model mengenakan busana warna putih dengan motor matic berwarna biru. Background dihias dengan sebuah spanduk bergambar kota kemerah-merahan dan disamping model dihiasi pernak-pernik gantungan baju seperti di sebuah kamar ganti atau mall.

Lokasi kedua bertempat di sebelahnya, yaitu sebelah depan kiri Hard Rock Cafe. Disana sudah menunggu Asti dengan motor matic warna biru juga. Ia mengenakan busana khas Bali dengan kebaya merah dan kamben seksi sepanjang lutut yang jika ia melebarkan sedikit kakinya akan terlihat belahan yang dihiasi dengan (maaf) paha mulus yang bikin darah berdegup kuenceng sekencang angin Kuta sore itu. Oh my dog, aku hanya bisa drooling dalam hati.

Lokasi ketiga berada di pinggir pantai di atas pasir. Dengan style dan tema surfing plus motor macho warna gelap dihiasi papan surfing, sang Model berdiri dengan garang diterpa panas terik dan angin laut yang menimbulkan ombak besar. Di belakang sana para surfer sedang menunjukkan aksinya. Pada lokasi ini paling sulit dan paling menantang. Pertama karena modelnya jutek dan angle yang bagus hanya di satu titik, sehingga para peserta jadi ngumpul dititik itu, kalau lambat, tak kebagian pose dan angle bagus.

Akhirnya lomba diakhiri dengan rapi. Semua fotografer secara tertib dan langsung duduk memilih 3 foto yang akan diserahkan bersama memori langsung pada sore itu juga tanpa boleh edit software komputer sama sekali.

Ada sedikit rasa kurang puas mengikuti lomba foto kali ini (walaupun saya memang jarang bisa mengikuti lomba foto). Saya yang tidak update lokasi lomba malah datang ke Galeria jam 10 pagi karena informasi sebelumnya lomba diadakan di Galeria Simpang Siur. Ternyata lomba dipindah ke pantai Kuta tanpa saya sadari. Dan ternyata pula lomba diundur 3 jam yang seharusnya dimulai jam 12 siang. Banyak peserta yang datang sebelum jam 12 kecewa karena tak ada pemberitahuan. Begitu sudah mau mendaftar ternyata diminta menyerahkan foto kopi KTP. Karena di dalam form pendaftaran disebutkan bahwa jika nomor KTP yang digunakan untuk mendaftar online di FN sudah expired, maka perlu kopi KTP yang baru. Sedangkan saya cek nomor KTP masih sama, jadi saya tak menyiapkan kopian. Akhirnya dengan susah payah saya mencari tempat fotokopi, atas saran mbak panitia, katanya ada di sekitar Gang Poppies, jalan kaki deket aja. Tapi begitu saya telusuri, lumayan jauh dan mempegalkan kaki ditambah udara pantai yang panas membuat kerongkongan kering, mood foto hilang dan hati menjadi tak tenang (cuiiihhh). Tapi untungnya lalu lalang bule-bule dengan bikini membuat suasana panas siang itu berubah menjadi HOT, sehingga saya berjalan kaki dengan senang dan hati riang sambil bernyanyi dalam hati (kalau nyanyi keras ntar dikira ngamen).

Karena waktunya masih lama yaitu jam 3, saya putuskan untuk jalan-jalan aja ke Centro yang cukup deket juga jalan kaki dari Kuta. Lumayan juga mengembalikan mood karena banyak yang bening-bening lewat disana.

Di sebagian besar lomba foto, yang sering menjadi sorotan pasti teknik pengumpulan foto. Banyak orang yang akan protes ketika sebuah lomba foto diumumkan, dimana foto dikumpulkan ke panitia dan semua foto menjadi milik panitia. Yang kayak gini biasanya menuai kritik keras dari fotografer 'senior' yang udah sering ikutan lomba-lomba foto. Namun banyak juga yang memanfaatkan lomba-lombafoto bareng itu untuk sekedar mengumpulkan portofolio. Si fotografer datang dan ikutan foto-foto namun tak mengumpulkan foto untuk dinilai, mungkin takut dibajak karena fotonya bagus.

Yamaha lain, dengan juri kelas nasional dan sudah terkenal tak mungkin mengelabuhi peserta dengan menempatkan semua foto yang masuk sebagai "milik panitia dan berhak digunakan sebebas-bebasnya". Seorang teman, Dogler, yang ikut lomba berkomentar, "Ah bisa saja foto kita dari memori yang dikumpulkan dicopy semuanya, lalu diubah-ubah sedikit warnanya, dicrop lalu dipakai untuk promosi dan sebagainya. Bisa aja kan, ya namanya pengen dapat foto dengan biaya murah". Wah Dogler ini memang negatif thingking. Lah gimana mau dapat harga murah, coba hitung-hitung, berapa biaya yang dihabiskan Yamaha untuk membiayai lomba foto di 8 kota, membayar juri, memberi fee buat panitia di tiap kota plus team gradag-grudugnya. Trus total hadiahnya aja lebih dari 300juta rupiah, bahkan masuk rekor MURI sebagai lomba dengan hadiah terbesar. Si Dogler hanya bisa manggut-manggut saja.


***


Keesokan malamnya, juara lomba baru diumumkan. Masing-masing juara untuk tiap kategori pun diumumkan dan terakhir adalah pengumuman juara Umum dari semua kategori yang mendapat Yamaha Mio. Seorang teman yang saya ajak kesana yang awam fotografi berkomentar, "Wah kok bisa ya juara umum, lah fotonya biasa aja tuh, aku juga bisa bikin kayak gitu." Omelan teman awam itu didengar oleh teman saya disebelah yang udah begitu piawai dalam dunia fotografi, katanya, "Ya itulah fotografi, sudut pandang juri yang jago-jago sudah lain dengan orang awam. Jadi, keindahan itu tidak bisa diamati oleh mata awam. Hanya yang udah pengalaman aja yang bisa." Si teman awam nyahut, "Ah keindahan apa? Apa kata dunia?" ucapnya sambil berseloroh yang diakhiri dengan tepuk tangan penonton, tentunya tepuk tangan buat pemenang utama bukan untuk teman saya yang awam itu.

Hari Kemenangan

Hari ini tanggal 26 Agustus, hari ini juga aku berangkat ke Balikpapan. Seperti biasa via Makassar.

Beberapa hari yang lalu, Hari Raya Galungan telat berlalu. Hari itu diperingati sebagian besar penduduk Hindu Bali sebagai sebuah hari kemenangan, kemenangan antara Dharma melawan Adharma. Sujud syukur kehadirat Hyang Widhi Wasa dilakukan hari itu dengan mengunjungi pura di desa masing-masing. Disana mereka berterima kasih karena enam bulan berlalu telah dapat dilewati dengan mulus dan selamat serta memohon jalan terang untuk ke depan.

Apa sih sebenarnya yang dimaksud Dharma dalam hal ini? Apa pula yang termasuk tindakan Adharma yang selalu jadi pecundangnya. Apa yang dimenangkan dalam hari ini? Apakah tindakan kita selama 6 bulan di belakang sudah benar-benar Dharma, apakah tindakan kita sudah benar-benar suci sesuai dengan 'manual book' yang dinamakan kita suci Weda. Apakah kita sudah layak memperingati hari Galungan ini sebagai hari kemenangan Dharma.

Apakah sebenarnya kegiatan yang seharusnya kita lakukan dalam memperingati datangnya hari kemenangan ini? Apakah dengan hura-hura, foya-foya, atau makan-makan berlebihan? Ataukah dengan meceki atau dengan menggelar judi sembunyi-sembunyi di rumah-rumah. Atau malah dengan mengadakan bazzar yang dilakukan muda-mudi di masing-masing banjar yang ujung-ujungnya menciptakan kerusuhan-kerusuhan kecil akibat beberapa orang pemuda berkelahi sehabis menenggak miras yang (sejak dulu hingga sekarang) dijual bebas di kampung secara tak terorganisir.

Apakah kegiatan itu bisa disebut dengan Dharma. Atau apakah saya yang terlalu kolot menyikapi perkembangan jaman yang kian hari kian pesat itu. Atau bisa juga saya yang terlalu sok suci sehingga menganggap kegiatan sosial (kegiatan yang bersosialisasi) itu kegiatan Adharma.

Saya belum pernah melihat kegiatan selama Galungan diisi dengan kegiatan-kegiatan sosial. Atau yang lebih bersifat horisontal antara manusia dan manusia. Kebanyakan kegiatan hanya terfokus pada upacara yang bersifat vertikal antara manusia dengan yang Maha Kuasa. Tidak pernah saya lihat kegiatan amal, misalnya mengunjungi panti asuhan atau sekedar menyumbang anak-anak cacat/kurang mampu. Tidak pernah terlihat kegiatan dharma wacana ataupun sekedar diskusi membahas ajaran-ajaran agama kita, mana yang harus ditingkatkan atau mana yang harus diperdalam. Bukankah sebenarnya kegiatan terakhir yang sangat dinanti-nantikan masyarakat di kampung yang haus akan informasi seputar agama mereka sendiri. Mereka sangat butuh bimbingan yang lebih advance tentang tata cara beragama sesuai Weda. Tak hanya sekedar membuat aneka sarana upakara yang ketika ditanya apa artinya jawabannya selalu "nak mula keto".