Tuesday, December 23, 2014

Attaka Turn Around 2014

Setelah hampir setahun mempersiapkan akhirnya event ini terlaksana juga di akhir November ini, tepatnya 23-27 November 2014. Meskipun saya pas off tapi masih terbawa hingga ke rumah. Syukurlah project ini terlaksana dengan aman dan lancar. Meskipun ada insiden kecil tapi yang terpenting adalah tidak ada korban jiwa. Kegiatan ini cukup menguras energi dan awal-awal off kadang aku mimpi seputar suasana kerja di Attaka. Kadang mimpi meeting, mimpi kerja di office dll.

Kegiatan ini terakhir dilakukan sekitar tahun 2007. TA adalah aktivitas mematikan plant dan mengerjakan job-job yang perlu shutdown. Kali ini kegiatan utama dibagi 2 yaitu penggantian valve dan penggantian pipa-pipa yg sudah corroded. Sekitar 150 valve ukuran 1.5"-18". Valve kecil size 1/2", 3/4", 1" sekitar 300-ea. 29 WO untuk pekerjaan pipe replacement. Sebanyak 338 manpower dikerahkan sebagian besar dari Bukaka, Construction, Maintenance, Operator, FIQA hingga Exterran. Akomodasi menggunakan 186 bed di LQ, 20 di MTR2 dan 12 di MSI8. Sisanya tidur di Santan. Pp menggunakan 3 boat.

Sempat terjadi insiden saat preparation. Sekitar 3 hari sebelum TA ada supervisor construction yg kakinya tertimpa oil switch. Dan kejadian flash fire hari terakhir TA. Syukur tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Sunday, November 30, 2014

Memaknai Kenaikan Harga BBM 2014

Mencoba memaknai kenaikan harga BBM dari sudut sebelah sini:
1. Mengurangi bepergian dgn kendaraan biar lebih hemat juga mengurangi polusi.
2. Memperbanyak jalan kaki biar lebih sehat.
3. Mencoba mencari tambahan penghasilan karena harga barang bakal naik. Kenaikan 30% bensin musti ditanggulangi dgn menaikkan 30% penghasilan. Caranya?
4. Mengurangi 30% jatah anak/istri -》ini kayaknya gak mungkin :) karena "jatah" kita mungkin akan berkurang 100% wkwkwk...
5. Setidaknya mengurangi 30% anak2 SD-SMP yg doyan seliweran di jalan2 pake motor yg belum lunas cicilan.
6. Mencari alternatif kendaraan tanpa bbm, misalnya mobil/motor listrik, sepeda, kuda, kerbau, sapi hingga gajah.
7. Mencari alternatif lain selain bbm, misalnya whatsapp, line atau kakaotalk #LOL

Saturday, November 22, 2014

Ke Balikpapan Naik Gelatik

On kali ini adalah persiapan terakhir TA. Off kali ini mustinya lewat Lok Tuan, Bontang, estimasi tiba di Balikpapan jam 15:00, mungkin lebih jika di jalanan terjadi kemacetan. Aku memutuskan ikut Gelatik, boat crew change Tirta Rajawali yang mau pindah dari FS ke Lima. Aku dapat informasi ini dari Erick Marine, ya sudah ikut saja berhubung esok Rabu 19 Nov aku harus menghadap bos, biasa acara akhir tahunan. Malam itu jam 22:30 bersama Nelson, aku dijemput Kepodang lalu diantarkan menuju Tirta Rajawali yang sedang towing di antara LQ dan Hotel. Kemudian kami check in di Radio Room Tirta. Menunggu kami habiskan di ruang TV menonton ILK sambil mengamati kelakuan pegawai-pegawai rig yang mungkin sudah tak pulang sebulan.

Jam 00:00 teng Gelatik datang dan kami para penumpang Balikpapan langsung turun setelah semua penumpang dari Balikpapan selesai unload. Aku menempati kursi di pojok kiri belakang. Tidur sedikit gelisah karena udara begitu dingin, padahal aku pakai jaket dengan kudung kepala. Jam 6 aku terbangun, namun aku tak tahu sudah sampai mana. Aku nyalakan GPS, dan aku tahu kami sudah tiba persis di samping bandara sepinggan. Jam 06:30 kami tiba di Pilot Jety Chevron Balikpapan. Lalu bersama Nelson, naik taxi menuju Pasir Ridge, Nelson pulang menuju Balikpapan Baru.

Sambil menunggu boss datang aku menunggu dan menghampiri beberapa boss, Pak Michael Wiranta yg sedang fotokopi, aku pecahkan pagi itu dengan berbincang soal fotografi dan beliau begitu antusias. Ketemu Renold, Mas Ari, Andora juga ketemu Pak BDIP yg pagi itu juga berkunjung ke Pak Henry di Pasir Ridge. Jam 08:00 Mas Ubay datang dan tak terasa mengobrol aneka macam problema North Offshore, jam 9:30 selesai dan setelah mengisi TRIMS 2015, aku ijin untuk ke Bandara karena aku belum dapat tiket yang pas.

Naik taxi yang disopiri Pak Amir, orang yang mengantar kami tadi pagi bersama Nelson ke Pasir Ridge. Aku tiba di Bandara dan langsung mencari tiket Citilink jam 11:50 plus Garuda jam 16:25 menuju Bali. Akhirnya aku berangkat ke Surabaya jam 12:00, sedikit delay. Pindah ke terminal 2 Juanda dengan  naik shuttle bus selama 20 menit. Setelah menunggu bosan di antara penumpang necis, kami akhirnya berangkat dan jam 18:30 tiba dengan selamat di Denpasar. Istriku menunggu dengan manis di parkir motor dan kami berlalu menuju Pandak Gede sambil berpelukan mesra. :)

Thursday, October 23, 2014

Membuat Passport

Pada tanggal 29 September saya berangkat menuju kantor imigrasi  Denpasar, sendiri dengan membawa formulir yang sudah diisi dan semua syarat-syarat yg diperlukan untuk membuat passport. Kali itu saya sengaja sendiri dengan rencana, hari berikutnya saya bawa anak-anak dan istri. Hari itu hari Senin dan petugas sedang upacara di halaman. Jam 8 kurang 10 saya tiba dan masuk ke ruang tunggu antrian. Namun aneh, petugas tak mengijinkan mengambil nomor antrian. Padahal sudah ada sekitar 8 orang disana. Menurut petugas, akan buka tepat pukul 8. Disiplin pikir saya. Kemudian saya siasati dengan duduk di kursi dekat mesin cetak karcis antrian berada.

Jam 8 tepat, orang-orang berkerumun mengambil antrian. Ternyata karcis diambilkan petugas satu persatu, aneh. Saya hanya mengambil 1 nomor antrian, dan dapat nomor antrian 16. Ini tidak menghargai kita yang datang pagi-pagi kesana. Ketika saya mendapat giliran ke loket pemeriksaan kelengkapan, saya dinyatakan harus mengambil 4 nomor antrian sekaligus dan salah satu syarat saya kurang lengkap yaitu fotokopi KTP harus dalam lembar A4. Saya mengambil nomor antrian ulang dan memfotokopi ulang. Saya mendapat antrian 45-48, aneh kan? Disuruh antre dari awal lagi.

Lalu ketika giliran saya mendapat lagi, setelah menunggu 1 jam, saya serahkan semua syarat dan semuanya komplit saya diberikan nomor antrian untuk foto dan wawancara. saya mendapat nomor A10. Lalu sekitar jam 9:30, saya masuk menuju ruang foto dan diwawancarai dan membayar senilai 355rb. Kemudian diberikan bukti bayar dan struk pengambilan, passport bisa diambil 3 hari ke depan.

Esok hari, saya kembali ke kantor imigrasi dengan anak dan istri. Jam 7.30 kami sudah disana. Setelah berdesakan mengambil nomor antrian, kami mendapat antrian ke 24, padahal kami hanya tinggal ke ruang foto aja untuk foto anak dan istri saya. Lalu antrian A15 untuk masuk ke ruang foto. Giliran Citta yang difoto, ia bertingkah, tidak mau difoto dan membuat kami dan petugas kewalahan. Setelah ditenangkan di luar, Citta akhirnya "jinak" dan jam 11:30 semuanya beres. Yang parah tagihan tidak bisa dibayarkan sekaligus, jadi harus membayar biaya transfer 3x10rb untuk masing-masing passport. 

Tiga hari kemudian, yaitu hari jumat kami mengambil passport kembali. Berharap semuanya beres hari itu tapi ternyata untuk mengambil passport anak, harus menyerahkan fotokopi passport orang tua, saat itu langsung difotokopi dan kami serahkan langsung. Namun konon petugasnya, si atasan sedang keluar makan siang. Padahal saat itu baru jam 11:30. Dan kami "dipaksa" menunggu jam 13:30 selesai instirahat siang. Kami pikir ini buang-buang waktu dan saya putuskan mengambil kembali di hari Senin.

Hari Senin pagi selepas mengantar Nana sekolah, aku mengambil ke kantor imigrasi sendiri. Lagi-lagi disuruh foto kopi passport anak untuk bisa mengambilnya. Kalo bisa dibuat gampang, kenapa harus dipersulit?

Berikut masukan-masukan:
1. Pengambilan nomor antrian tidak usah menunggu jam 8 tepat, ini untuk menghargai customer yang datang lebih awal kesana. Toh sudah ada petugas yang stand by dari jam 7:30
2. Petugas tidak usah saklek, disiplin boleh tapi bukan kaku.
3. Salah sedikit mengenai syarat-syarat harusnya tidak perlu mengantri dari awal lagi, ini menyita waktu.
4. Perlu menambah jumlah petugas, agar customer bisa dilayani lebih efektif. Pengantri juga efisien waktu, tidak wasting time.
5. Kamera disarankan pakai flash, agar hasil foto lebih cling dan tidak blur saat memfoto anak2 yg tidak bisa "diam".
6. Untuk pembayaran lebih dari 1 passport harusnya bisa menggesek kartu sekali saja, manfaatkan teknologi untuk kemudahan, bukan memperibet birokrasi.
7. Petugas harusnya menjelaskan dgn jelas, tidak perlu kucing2an dengan aturan/SOP, biar tidak ada urusan bolak-balik customer.
8. Waktu pelayanan passport agar bisa diperpendek, 1 jam jadi lah dan esok hari atau sore passport sudah jadi.
9. Harusnya parkir kendaraan tidak usah bayar, kantor pemerintah kok parkirnya bayar?

Wednesday, October 08, 2014

10 Fakta Commuter Balikpapan

1. Suka jalan sendiri ataupun rame2 di mall.
2. Kalaupun rame2 paling sama cowok juga.
3. Suka bawa tas ransel besar dan berat jln ke mall.
4. Di dalam tas ransel berisi alat2 lengkap mulai dr handuk, sabun, sikat gigi, odol, hingga alat "kecantikan" lainnya.
5. Tiap malem suka ngecek harga tiket pesawat buat pulang.
6. Suka "ngebajak" taxi dari tempat menginap ke bandara.
7. Suka ngumpul di lounge bandara sebelum boarding, cari makan gratis.
8. Suka nginep di suraton, pak bambang, pak broto, atau hidayah.
9. Punya group whatsapp yg adminnya udah resign.
10. Paling sering menggunakan layanan video call, video chat, skype atau face time.

Friday, September 12, 2014

Berangkat Jam 5 Subuh

Jam 3.45 subuh aku sudah bangun dan langsung bersiap. Tinggal mandi, bikin teh dan memakai pakaian, tanpa sarapan. Jaman dulu, kalau berangkat pagi gini ibuku biasanya sudah menyiapkan nasi plus telor dadar kesukaanku. Jam 5 tepat aku dan istriku menembus kabut pagi menuju bandara Ngurah Rai.

Jalanan pagi itu masih sepi. Kecepatan rata-rata vario merahku 60-70 km/jam. Udara dingin puncak musim dingin menyusup hingga ke sumsum tulang, ke belahan dada, ketiak hingga ke sela-sela selangkangan. Istriku memeluk dengan erat. Di jalanan dekat Kerobokan ku lihat circle K masih buka. Ketika melewati ground zero tampak orang2 berkerumun, ada bule juga orang lokal. Tampaknya mereka mengerubuti dagang nasi jenggo. Di sebelahnya tampak perempuan bertampang PSK sedang dikerubutin laki-laki entah darimana, juga tampak security beberapa diskotik di sekitar sana ikut merayu perempuan binal itu. Kulewati sepeda motor berjalan oleng dgn 3 orang penumpang berwajah ngantuk. Bau arak memenuhi sepenggal jalan Legian pagi itu bercampur aroma nasi jenggo, parfum PSK juga asap tipis truk air minum bertuliskan diktator.

Jam 5.35 kami tiba di ujung bandara. Lalu satu kecupan mesra memisahkan kami pagi itu, aku berjalan menuju counter check in yg berjarak sekitar 500 meter dari drop zone sepeda motor. Pegawai-pegawai bandara mulai berjalan kaki dari tempat parkir yg jauh menuju kantor2 maskapai mereka. Tampak 2 bule membawa backpack besar sekali berjalan menyusuri tepi pagar bandara. Mungkin mereka menginap di hotel di sisi utara bandara.

Setelah check in dan membayar airport tax yg masih 40rb, aku langsung masuk ruang tunggu. Penumpang sudah mulai ramai. Di ujung pintu kamar mandi tampak seorang perempuan berusia sekitar 30-an memegang handphone bermuka masam. Sepertinya semalam tak dapat jatah dari sang suami. Atau gaji bulan ini belum terbayar secara lunas. Mungkin juga atasannya barusan mendamprat karena kerjaannya belum beres namun ia sudah bermain dgn telfon.

Lalu aku duduk di salah satu kursi di ruang tunggu 15. Sudah ada sekitar 30 orang menunggu. Ada yg bengong menahan kantuk, ada yg bermain handphone sambil menunduk, ada yg menelfon entah siapa di seberang sana sambil batuk2. Jam 6.30 panggilan boarding terdengar dengan nyaring. Jam 7 tepat pesawat terbang menuju Surabaya. Jam 6.40 pesawat landing dengan sempurna. Aku melapor ke meja transit lalu coba memajukan jadwal pesawat, namun tak dapat. Tetap mengambil penerbangan jam 8.30.

Aku sarapan di Blue Sky Lounge dan jam 8 tepat kami boarding menuju pesawat Boeing 737-900 NG. Jam 8.45 pesawat take off, 1 jam 20 menit kemudian pesawat landing di Balikpapan. Aku langsung menuju ke bandara lama ke counter Cipaganti untuk melanjutkan perjalanan dengan travel ke arah Bontang. Aku sudah buru-buru tapi ternyata masih menunggu penumpang lain yg belum datang. Jam 12 tepat travel berangkat. Kami sempat berhenti 2x. Pertama di pool Cipaganti di Samarinda. Yg kedua di rumah makan Nuansa lepas dari Samarinda. Jam 2.30 sore ku melahap habis bebek goreng dan es teh seharga 35.000.

Kami lalu lanjut perjalanan yg berliku itu. Gaya menyetir sopir yg kasar membuat aku sedikit mual. Jam 5.30 sore mobil travel menurunkan aku di portal. Lalu menyewa ojek menuju Tg Santan. Jam 6 pas aku tiba di Santan Terminal, menuju housing 7 kamar 4. Badanku remuk, hatiku rindu dan semangatku berkobar. Pekerjaan sudah menunggu dan hatiku mulai pilu. Demi sesuap nasi, demi sekarung beras, atas nama cinta kulakukan semua ini dengan ceria.

Monday, September 08, 2014

Get New Photography Clients

Tips on How to Get New Photography Clients
1. Get Involved
2. Network
3. Build Your Portfolio
4. Blog
5. Creative Projects
6. Maintain Relationships

Source: dps

Friday, September 05, 2014

Lupa Matikan HP di Pesawat (2)

Pernah lupa matikan HP saat naik pesawat? Saya pernah dua kali. Pertama sekitar November 2003 waktu itu naik pesawat Pelita Air Dash 7 dari Balikpapan ke Tanjung Santan (Kaltim). Pesawat berpenumpang sekitar 50 orang itu mempunyai seat menghadap belakang pada baris paling depan. Saya duduk pada salah satu seat itu, berharap dekat dengan pramugari. Sekitar 5 menit mengudara HP saya bunyi, ada sms masuk dan serta merta saya kelabakan ngeluarin HP dari tas butut. Waktu itu jaman HP Siemens C40 dgn bunyi SMS yg panjang. Sengaja pilih ring tone panjang biar ketahuan punya HP :) Tapi malunya bukan kepalang. Padahal SMS-nya juga bukan sms penting2 bgt, bukan juga sms mama minta pulsa. Juga bukan sms dari pacar, karena waktu itu saya masih jomblo.

Yang kedua sekitar November 2008. Saat itu naik Garuda dari Makassar ke Denpasar. Berhubung konsentrasi jadi pecah karena di sebelah duduk perempuan muda mirip Gemma Arterton (bintang film Clash of Titans), maka alasan lupa mematikan HP tepat sudah. Ketika itu duduk di seat 4A (row paling depan), dan perasaan HP sudah benar2 dimatikan. Begitu landing di Bali, maksud hati mau menyalakan HP eh kok HPnya masih nyala dgn ceria. Perasaan jadi tak menentu karena merasa bersalah. Syukurlah penerbangan ini aman dan selamat.

Saya juga sering melihat masalah mematikan hp di pesawat. Suatu ketika pada penerbangan dari Surabaya ke Balikpapan, seorang pramugara Lion Air meminta seorang bapak bertampang preman mematikan HP ketika sudah berada di pesawat. Namun si bapak marah-marah hebat, malah menantang si pramugara untuk "menyelesaikan" di luar. Saya yakin lain cerita jika yang meminta adalah pramugari. Kali aja si bapak belum sarapan, atau debt collector sedang menagih2 utangnya sehingga dia berubah jadi sangat sensi hari itu :)

Suatu ketika juga pernah mendapati ibu-ibu menyalakan HP ketika sudah di atas pesawat. Saat itu penerbangan malam dari Surabaya ke Balikpapan. Sekitar 1/2 jam sudah mengudara dan di sebelah kiri saya duduk ibu-ibu tua sekitar 57,5 tahun merogoh tas dan mengeluarkan HP. Serta merta memecet tombol power kemudian HP nyala. Saya panik, "Ibu, ngapain nyalain HP, tidak boleh nyalain di pesawat loh." "Nggah mas, saya cuman lihat jam," jawabnya ringan seraya mematikan kembali HP Nokia-nya yg butut. Gubrakkk.... Yah si ibu, kan bisa nanya saya. Gak liat apa jam swiss army segede gaban di tangan kiri saya :)

Yang paling aneh adalah saat baru saja take off dari Denpasar ke Surabaya, saat itu naik Garuda. Saya duduk di 18A (kiri pesawat). Roda belakang pesawat masih nempel di runway, tapi ada suara ring tone dari ujung 18F (ujung kanan pesawat). Eh ada bule jawab telfon dengan santainya. Mau ngasi tau tapi saya malu teriak-teriak. Akhirnya saya colek bapak di sebelah saya, lalu bapak sebelah saya colek bapak di sebelahnya, hingga akhirnya si bule di colek oleh bapak-bapak yg duduk persis di sebelahnya. Si bule (padahal bule loh), mematikan HP-nya dgn manis. Aneh kan ceritanya? Nggak ya? Ya sudah...

Dan ini cerita nyalain HP di atas pesawat pada penerbangan terakhir saya, Citilink dari Surabaya ke Denpasar. Saat itu pesawat berputar-putar selama 1/2 jam di atas pulau Bali karena ada pergerakan pesawat kepresidenan di Ngurah Ray. Kira-kira 2 menit sebelum pesawat menginjak runway, ada suara-suara ring tone pesan whatsapp masuk. Suaranya dari sekitar tempat duduk saya, cuman tidak tahu orangnya yang mana. Edan ini orang, udah tahu lagi proses landing eh malah nyalain HP. Kemudian dari speaker saya dengar pramugari berujar, "Mohon tidak mengaktifkan telepon genggam, hingga Anda berada di terminal kedatangan." Pesawat landing dengan sempurna, syukurlah dan diujung sana saya lihat pesawat kepresidenan Pak SBY yang baru-baru ini mau dijual ama Jokowi (atau ibu MW?).

Pramugari Berbagai Maskapai

Pramugari berbagai maskapai juga mempunyai ciri khas tersendiri. Garuda misalnya. Pramugarinya di atas rata2. Maxudnya usianya di atas rata2. Paling top memberikan pelayanan. Senyumnya tulus tapi tidak semua pramugari seperti di iklan majalahnya.
Pramugari Citilink pakaiannya serba hijau. Suka ngasi pantun saat memberikan pengarahan. Suatu ketika di dlm pesawat saya pernah memotret ke arah salah seorang pramugari. Dia langsung nyamperin saya dan bilang "Maaf mas nggak boleh motret saat kami lagi bekerja." "Jadi kalau di luar boleh dong kita foto2," kilah saya. Si mbak tersenyum kecut. Kacrut...

Pramugari Lion lain lagi. Tampangnya di atas rata2. Pakaiannya sopan hingga ke betis tapi belahannya hingga ke samping (maaf) paha, 10cm di bawah pinggang. Kalau jongkok belahan roknya terbuka dan terciptalah pemandangan yg mempesona. Saya suka pura2 menjatuhkan majalah saat pramugari hampir lewat di samping saya. Tahu kan maxud saya :)

Suatu hari pernah minta ijin mau motret cokpit. "Mbak, saya boleh motoin cokpit gak ya?". "Maaf mas tidak bisa". "Kalau motoin mbak aja boleh?" Si mbak pipinya merona. Seperti ada tulisan di pipinya: "Untuk Mas apa sih yg enggak," sambil ngedipin mata. Dalam waktu sepersekian detik dia berujar, "tolong catet pin BB saya." Saya pun menambahkan, "Sekalian PIN ATM-nya aja, Mbak."

Rata2 pramugari memberikan pelayanan sesuai SOP. Maxudnya ia hanya senyum karena diperintahkan dalam SOP saja, seperti kurang tulus dari hati yg paling dalam. Tapi gak masalah, yg penting dia senyum aja saya udah suka... :)

Peristiwa paling romantis dalam kisah pramugari ini adalah ketika saya duduk di kursi 31F di penerbangan Lion dgn pesawat Boeing 737-900ER. Pramugari duduk di depan persis menghadap saya. Tinggal taruh meja di antara kita jadilah candle light dinner yg absurd. Tapi sayang selama 1 jam terbang saya hanya bisa memandangi wajah cantiknya, sementara si mbak pramugari serba salah dan salah tingkah pura2 menghitung kancing baju (padahal bajunya gak pakai kancing).

Yang paling penting adalah dulu saya pernah ber-cita2 punya istri seorang pramugari. Sayangnya waktu itu saya masih TK.

Thursday, September 04, 2014

Tipe Penumpang Pesawat

Kelompok penumpang pesawat berbagai jurusan ada ciri khas tersendiri. Denpasar-Surabaya kebanyakan diisi penumpang berpenampilan rapi juga antrenya rapi, sepertinya para bisnisman. Penumpang DPS-Yogya diisi anak-anak usia 20-30 dgn kaos oblong, tak lupa selfie sblm naik pesawat, mungkin para mahasiswa yg pulang kampung atau habis liburan ke Bali. DPS-Ujungpandang dinominasi orang2 tua dgn tampang (maaf) agak ndeso dan lusuh dgn bawaan kardus bejibun ke kabin, kalo antre main serobot. Sepertinya transmigran asal Bali abis pulang kampung. DPS-Jakarta diisi penumpang dgn gaya santai, logat Jakarte, celana pendek dan kaos oblong plus tongsis. Kadang juga liat saling pegang tangan padahal dua2nya ada kumisnya. DPS-Balikpapan kebanyakan diisi ABG abis liburan ke Bali, rapi dan sering selfie dan kalo ngomong setiap kalimat diakhiri "kah" atau "pang". Surabaya-Balikpapan kebanyakan diisi rombongan keluarga plus bawa bayi dgn seabreg kardus masuk kabin, aromanya juga khas. Kalau take off si bayi biasanya nangis kenceng. Kalo duduk jg sering gak liat nomor kursi.
Hehe...ini bukan hasil survey tapi pengamatan iseng (yg subjektif) sembari nunggu naik pesawat. Maaf jika salah.

Kena Batunya (Tiket Hangus)

Saat itu hari Sabtu 2 Agustus 2014, saya pulang sehabis exten 3 hari karena teman berlebaran. Jumat malam saya ikut rombongan Bukaka menuju Balikpapan. Tiba di suraton sekitar jam 12 tengah malam.

Baru kali ini saya kena batunya. Padahal udah 4 kali saya coba dan selalu berhasil. Jika pulang pagi, saya biasanya memilih pesawat Lion Air paling pagi dari Balikpapan, kemudian lanjut dengan penerbangan Citilink jam 8 dari Surabaya menuju Denpasar. Biasanya, kalau normal, pesawat harusnya landing jam 07.20 di Juanda. Namun kali ini semesta seolah tak berpihak pada saya. Pagi itu cuaca cukup mendung di Balikpapan, pesawat berangkat sedikit tertunda. Namun 10 menit take off, cuaca cerah dan pesawat landing jam 07:40 di Surabaya. Masalah lagi, tangga turun susah sekali ditempelkan di pesawat. Akhirnya cari tangga lainnya yg bagus. Udah gitu hanya pintu depan yang dibuka. Padahal saya sudah pilih seat paling depan, biar keluarnya paling awal. Setelah turun, bis belum tiba. Mampus sudah. Jam 8 kurang 5 menit saya berlari kencang menuju pintu 9 sementara saya barusan keluar melalui pintu 1. Jam 8 pas saya tiba di gate ruang tunggu lalu masuk dan melapor ke petugas. Dengan lunglai saya melihat pesawat Citilink tujuan Denpasar sudah didorong menuju landasan pacu. Omaigozz...
Akhirnya saya pergi mencari tiket lain yang paling cepat. Dapat Lion Air jam 10 dan tiba sekitar jam 12:00 di Denpasar. Akhirnya saya memutuskan tak akan oportunis mecari tiket yg mepet-mepet.

Sent from Yahoo Mail on Android

Tuesday, July 29, 2014

Suasana Lebaran 2014

Lebaran kali ini dapat tugas jaga warung dan harus exten 3 hari untuk memback up teman yang ber Hari Raya. Masa-masa bulan puasa begitu sepi. Sarapan, makan siang dan makan malam hanya diisi oleh segelintir sahabat non muslim. Kami menikmati suasana sepi itu, lebih tenang dan irama kerja sedikit lebih slow. Sepi email dari kantor pusat dan pekerjaan juga berusaha untuk diminimalisir. Saat lebaran tiba dilakukan foto-foto di seputar jembatan menuju Production. Juga foto-foto di helipad Quarter, kali ini bersama crew NIB Maint. Suasana begitu bahagia meskipun sahabat-sahabat ini harus rela berlebaran jauh dari sanak keluarga dan juga anak istri. Mereka adalah orang-orang luar biasa! Suasana seperti ini akan menjadi kenangan tersendiri dan suatu saat nanti akan menjadi kenangan indah di tengah laut.

Sunday, July 27, 2014

Off di Awal Juli

On kali ini lebih banyak sendiri. Hanya 5 hari ditemani Mas Edi. Selebihnya berkutat sendiri, learning by doing. Tak sempat coba-mencoba. Sudah 3 kali naik aku menjadi single fighter. Sepertinya aku sedang dilatih menjadi cepat pintar. Semoga. Selalu saja ada pasang surut, susah senang menjadi satu. Kadang gembira kadang juga harus larut dalam jeritan batin. Kadang tertawa suka, kadang juga larut dalam problema, membuat wajah jadi cemberut, keriput.

Wednesday, July 16, 2014

Melaspas Sanggah dan Bale

Off ini berjalan normal via Makazzar naik Lion. Pulang ke Pandak naik ojek seperti yg sudah-sudah. Off awal July di tanggal 2 adalah awal dari cerita penuh kesibukan. Pasalnya dalam 10 hari ke depan kami di rumah mempersiapkan upacara melaspas sanggah dan bale. Tanggal 3 July menyempatkan diri kondangan ke upacara pernikahan Marbin di Penebel bersama Doddy dan Muri. Esoknya tanggal 4 aku survey batu alam di Kapal sekalian maunya mencari tukang tempel batu, tapi susah dapatnya. Pada hari Sabtu tanggal 5 July kami di rumah membuat sesalon. Dilanjutkan esoknya memasang batu sikat di sanggah. Nana Citta dan ibu aku antarkan ke Jero biar bebas bermain. Hari Senin tgl 7 beli kabel dan lampu gantung di Kediri. Patung Bung Karno dibuka kerubungnya oleh beberapa orang berbadan kekar. Hari Selasa 8 Juli mulai pasang wastra sanggah dan bale. Hari Rabu 9 July setelah nyoblos kami mepenangkilan ke tri kahyangan dan pura ciwa. Dimulai jam 8 dan selesai jam 3. Cukup cepat. Kamis 10 July dengan mengajak beberapa keluarga kami mebat caru sebanyak 40 tanding. Plus 55 ayam dan belasan bebek untuk banten. Ini yg menguras tenaga dan waktu. Buat pelajaran agar kerja lebih efektif. Jumat 11 July subuh aku dan Paktut juga Wanda dan Dek Uda beli be celeng di pasar Dauh Pala. Paginya mebat dengan tukang masak mbah Tut Narsi. Sore hari keluarga dan tetangga kondangan, di luar dugaan jumlahnya banyak. Kami sedikit kewalahan. Sabtu, 12 July, Purnamaning Kasa adalah puncak upacara. Dimulai dengan sembahyang di pura Ciwa sekalian nunas tirta hingga jam 11. Jam 12.30 mangku dijemput. Jam 13.30 acara dimulai dan berakhir sekitar jam 20.00 dengan lancar. Esoknya dilanjutkan bersih-bersih sehabis nyurud, lalu buang sampah di tegal. Karena kecapekan dan kehujanan, aku tepar. Tapi setelah dipijat dan bangun tidur aku kembali bugar. Sorenya cuci mobil di Munggu. Senin 14 July anter Nana hari pertama sekolah. Lanjut belanja bulanan ke Hardys dan bayar sisa uang banten ke mangku dan byang Tu. Tiga hari setelah melaspas dilakukan upacara Melayagin. Dimulai dengan upacara di pagi sebelum aku berangkat ke Balikpapan. Lalu para saudara melepas sesalon dan membereskan semua wastra juga sisa-sisa banten. Selesai sudah semuanya. Dengan badan pegal capek. Pak Tut dan Meadek istirahat full karena benar-benar capek. Pagi itu diantarkan istri berangkat ke Bandara Ngurah Rai untuk naik Citilink ke Surabaya dan Lion ke Balikpapan. Karena sehari sebelumnya mendapat SMS penerbangan Citilink SBY-BPN dimajukan, yg artinya penerbangan tidak connect. Hari ini Rabu 16 July menuju Attaka via Bontang. Jam 5 sore tiba di Attaka dengan gempor. What a worderful journey, entah sampai kapan.

Monday, June 30, 2014

Off Persiapan Sanggah

Off ini ada 5 kegiatan penting yaitu nginep di Ubud, Odalan di Seseh, Otonan Nana, tandatangan AJB serta pembangunan sanggah. Tanggal 8-10 setelah mengantar Nana ikut lomba mewarnai, kami sekeluarga nginep di Ubud dalam rangka mengikuti workshop photojournalist dari BEWF. Acaranya harusnya 2 hari tapi aku ikut hari pertama saja. Saat di Ubud juga sempat makan di Cafe Wayan, ke Monkey Forest, babgul Ibu Oka dan Tegalalang. Odalan di pura Seseh dilaksanakan pada hari Rabu 11 Juni 2014, kami sekeluarga besar nangkil dan ditutup dengan Nana Citta main di pasir. Esoknya hari Kamis, bertepatan dengan purnama, sehabis sembahyang ke pura, Nana natab otonan di rumah. Siangnya aku ke Tabanan untuk tandatangan AJB pembelian tanah kavling di Denbantas, sehabis itu transfer sisa 50% lewat bank Niaga. Pembangunan sanggah dimulai. Meskipun tukang kerjanya kembang kempis, tapi sudah ada progres. Sanggah juga ada sedikit masalah mulai dari terlambatnya pengiriman sanggah hingga tidak termasuknya biaya pemasangan sanggah pada perjanjian sebelumnya. Parah. Aku merasa ditipu. Selain itu kayu-kayu sudah dipesan di beraban. Keramik dan lis untuk bale sudah dibeli. Bale kantil sudah datang dan siap dirakit setelah bale dikeramik. Setelah survey sana-sini, akhirnya disimpulkan akan memasang batu sikat secara manual dibanding yg sudah jadi cetak. Harga paling murah adalah tukang dari jero. Sedangkan untuk batu tempel palimanan setelah survey ada 2 harga yaitu 400rb di Kediri dan 700rb/meter di Munggu. Mudah-mudahan semuanya lancar, berjalan sesuai rencana dan tepat waktu. Off ini via Makassar dan pulangnya naik ojek ke Pandak. Nangkil ke Tanah Lot bersama keluarga kecil Ranacitta. Perpisahan TK Immaculata diikuti juga oleh anak-anak playgroup dan Nana didaulat nyanyi solo ke atas panggung juga jadi lead vokal nyanyi bersama teman-teman playgroup-nya. Nana juga sempat ikut lomba mewarnai dan kegiatan sekolah Nana selesai sudah dengan pembagian raport dan buku-buku Nana. Nana lulus dengan baik. Akhirnya sempat juga mencetak photobook NanaCitta di Aspro Photo. Marbin minta tolong foto prewedding di salon Mahaswari Denpasar, Jales ikut meramaikan. Aku hanya sempat gowess sekali saja dan 2 hari menjelang berangkat kami ke pantai Kedungu untuk refreshing. Ambil uang di BRI untuk biaya sanggah. Dan hari ini Selasa 17 Juni aku ke Balikpapan dengan Citilink via Surabaya, karena Lion Air via Makazzar harganya mahal sekali hampir 2 juta. Malam ini seperti biasa mengisi sisa malam di Suraton untuk long trip esok hari. Terima kasih Hyang Widhi atas hari ini sudah berjalan lancar.

Sunday, June 01, 2014

Awal Juni Yang Bikin Merinding

Hari itu hari Minggu, ketika sedang mempersiapkan meeting 7Days Planning. Pagi itu agak dingin, angin cukup kencang dan langit tertutup awan, abu-abu. Aku menyambut bapak-bapak Bukaka yg hari itu kontrak mereka dimulai di Attaka. Ketika HES memberikan briefing MSW hujan turun dengan deras. Petir menyambar dan menggelegar. Beberapa saat kemudian petir menyambar tiba-tiba dengan kerasnya. Kami sepakat menengok ke arah CP. Benar, satu flare stack terbakar. Team ORT dipanggil berkumpul di radio room, mereka diutus menjadi fire fighter. Beberapa saat kemudian, api pun padam. Tak berselang lama, petir menyambar dengan suara lebih dahsyat. Flare stack di Alpha dan 2 di CP terbakar. Suasana makin mencekam. Hujan seperti tak habis-habisnya dicurahkan dari langit. Bapak kepala lapangan dgn tenang memutuskan menyiapkan boat jika terjadi hal yg tidak diinginkan. Akhirnya api di CP padam. Sementara api di Alpha disemprot dengan water canon dari boat. Seorang petugas mengarahkan fire water dalam suasana hujan sangat deras dan laut bergelombang dahsyat. Api lalu padam tapi pada saat yg sama petir menyambar dengan dahsyat. Sang petugas di atas kapal terkaget-kaget dan memilih tiarap di atas deck. Tapi syukur akhirnya api padam dengan sendirinya karena semprotan air masih mengarah ke flare. Suasana belum kondusif seiring hujan yg belum juga reda. Tapi petir tadi adalah petir terakhir yg terjadi. Hujan mulai mereda ketika pak kepala lapangan memutuskan untuk membubarkan team ORT. Hatur syukur atas kejadian yg aman ini.

Saturday, May 31, 2014

Today is Not My Day

Kamis 22 May 2014. Jam 2 subuh aku terbangun oleh bunyi SMS yg masuk. Ternyata dari Garuda yg menyatakan penerbangan jam 7 ke Surabaya dipindah menjadi jam 10. Omygod seruku dalam hati. Langsung tendang selimut dan menyalakan laptop yg sudah ku packing semalem. Aku sempat telfon Garuda dan juga bandara Ngurah Ray memastikan tidak ada apa-apa. Akhirnya aku putuskan Garuda ku cancel dan aku dapat Air Asia jam 8 pagi. Meskipun cuma selisih 1/2 jam dari penerbangan lanjutanku ke Balikpapan, aku nekat. Dengan harapan, travel Cipaganti jam 11.30 masih terkejar. Jam 5 subuh aku yg diantar istriku naik motor berangkat menuju Bandara. Setelah check in di AirAsia aku ngurus proses refund di Garuda, 100% kembali karena ini adalah kesalahan maskapai. Kemudian aku duduk menunggu di ruang tunggu. Pesawat pun berangkat on time dan tiba di Surabaya tepat jam 8 WIB. Ketegangan dimulai. Ternyata sejak 2 bulan lalu penerbangan AirAsia dipindah ke terminal 2. Sementara Lion di terminal 1. Cilaka! Jam 8:15 aku turun dari bis bandara dan sepakat diantar kenek bis yg ternyata merangkap tukang ojek. "Paling 5 menit, mas ke bandara sebelah," serunya menenangkan aku. Motor melaju dengan seru, tanpa helm menerobos 3 atau 4 lampu merah aku lupa. Ternyata jauh, dalam 15 menit aku tiba di counter check in. Menurut petugas aku tak bisa masuk lagi. Langsung saja aku menuju gate keberangkatan, setelah melewati x-ray terakhir. Dengan muka kasian petugas berujar pesawat baru saja berangkat sambil menunjuk moncong pesawat yg bergerak perlahan menuju run way. Omygos. Telat dikit tapi tiketku hangussss. Dengan kaki lemas aku berlalu menuju counter Lion Air. Menyerahkan tiket tadi dan mencari flight paling cepat. Nambah 270ribu tak jadi soal yang penting aku tiba cepat di Balikpapan. Jam 1 kurang aku landing dengan selamat. Langsung menuju counter Kangaroo dan 20 menit kemudian travel dengan 5 penumpang itu berlalu menuju Balikpapan. Jam 4 sore kurang kami tiba di pool travel dan langsung diantar menuju Lempake dengan mobil lain yg kecil. Karena tadi hujan jalanan jadi banjir parah. Mobil berjalan dalam kecepatan 5 km/jam. "Saya pernah kayak gini, jam 12 malam baru bisa lewat Pak," kata si sopir menakuti. Plan C tak bisa dielakkan lagi. Tak hilang akal aku memilih naik ojek ke Lempake. Pak tua tukang ojek dengan sigap menerobos banjir dan akhirnya tiba di depan terminal. Nego mobil ke Marangkayu bersama dua orang karyawan UT yg kerja di Bontang. Jam 8 tepat aku tiba di Santan dan langsung mandi, check email kemudian diskusi sedikit dengan Edi Triono. Malam itu aku tidur tak nyenyak setelah menerima whatsapp "Esok tengah malam MTR-2 move out from Satellite." Sekian.

Friday, May 30, 2014

Berangkat Hari Kamis

Off kali ini ada 2 peristiwa "besar" di rumah. Pertama adalah mempersiapkan membangun sanggah dengan diawali dengan ngeruwak/ngingsirang pada Purnama tanggal 13 Mei. Kemudian Galungan pada tanggal 21 Mei. Sebelum off kemaren aku melaksanakan MCU di Santan tgl 6/5/2014 bertepatan dengan ulang tahun pernikahan kami ke-5. Kemudian lanjut ke Balikpapan sorenya naik Innova bersama Asbak, Yandi dan Arifin. Perjalanan ditempuh sekitar 4,5 jam. Seperti biasa aku memilih pesawat paling pagi dari Balikpapan dilanjutkan Citilink ke Denpasar. Jam 11-an aku sudah tiba di rumah dijemput istriku tercinta. What a wonderful off day.
Hari kedua kami menuju Galeria membeli karpet rumput plus aksesoris untuk studio mini Ranacitta. Esoknya ke Mitra10 hendak mencari vinyl kayu, tapi tak dapat yg sesuai. Esoknya lagi tgl 10 kami ke jero. Sebelum ngingsirang sanggah tanggal 13 aku sempatkan survey sanggah di Kapal dan Jelijih. Juga bale di Kalanganyar dan Belayu. Akhirnya pilihan sanggah di Kapal dan bale kantil di Kalanganyar dengan harga 23 juta dan 7 juta. Sempat pula servis mobil sekalian ganti aki mobil karena mogok beberapa kali. Puncaknya ketika beli bensin menuju servis, mobil mogok lagi untungnya waktu itu ada ibu dan bapak-bapak disana yg dorong. Duuhhh...malu. Jalan-jalan ke sawah belakang rumah pada suatu pagi melihat bebek membawa suasana ceria pagi itu. Sebelum Galungan kami sempatkan lagi ke Galeria dan periksakan telinga Nana di THT Kasih Ibu Tabanan, dengan dokter Nurada. Foto-foto Leak Balinese Brand punya Karisma di studio rumah dan tanah kavling. Kami ke pura pada Selasa dan Rabu sembahyang Galungan. Juga ke Jero menengok Ninik dan Wayah sehabis sembahyang Galungan. Kemudian pulang ke Pandak dan mempekeling untuk berangkat subuh esok dengan Garuda. Esok subuhnya bersiap ke Bandara.

Wednesday, April 30, 2014

Reformasi Upacara Bali

"Acara-acara tradisional Bali ini harusnya dibuat lebih simpel dan praktis agar lebih hemat waktu, tenaga dan juga dana. #efekprtlibur5hari" Demikian kutulis di status FB ku. Ya karena PRT ku sedang melaspas dan meminta ijin libur 5 hari. Whattt? Sering kudengar di jalan juga di pom bensin keluh kesah para bapak dan juga ibu dengan padatnya kegiatan berbau adat di Bali. Suatu hari saat mengisi bensin di SPBU seorang bapak curhat sama petugas, "Aduh capek sekali abis ngayah, udah libur 3 hari, gak ada buat beli makan jadinya kalo gini. Uyak adat ini namanya." Pada kesempatan lain ibu dagang nasi be Landa di Pandak Bandung curhat karena hari itu dia harus libur karena harus mengantarkan jenasah tetangganya yg meninggal. Seminggu lalu iya sudah libur 3 hari karena tetangga yg lain mengadakan nikahan. Ada juga ibu-ibu, yg suaminya hanya buruh kasar, mengeluh tidak bisa ke pura karena tak bisa membeli eteh-eteh banten yg kian hari kian mahal. Mungkin masih banyak cerita keluh kesah lainnya yg intinya hampir sama, mengeluhkan betapa kegiatan adat budaya di Bali terlalu ribet dan menyita banyak waktu. Seorang teman berkomentar pada status FB saya di atas, "Kan justru kegiatan budaya itu yg menarik wisatawan ke Bali?" Apa iya kita berkegiatan adat jadi tidak jujur, hanya untuk jualan kepada bule? Bukankan kegiatan yadnya yg tidak iklas justru tidak ada gunanya. Teman yg lain berkomentar, saya disuruh jadi pelopor dengan harapan pasti banyak yg akan ikut. Tapi dengan kemampuan saya yg sekarang belumlah pantas dan cukup ilmu untuk jadi pendobrak. Kita lihat saja satu dua tahun ke depan. Apa yg bakal terjadi.

Liburan Panjang

30 Maret - 18 April Off kali ini cukup panjang karena aku reschedule dan ditambah 3 hari BO jadi total 21 hari alias 3 minggu. Kayak cuti. Off ini pula ada beberapa peristiwa penting: pertama adalah pernikahan adikku semata wayang, Kadek yang pada 4 April dijuwang dan mepragatan 16 April. Kedua adalah Nyepi pada 31 Maret. Aku pulang sehari sebelumnya naik pesawat Citilink direct dan menikmati new Sepinggan Airport untuk pertama kali. Tercengang melihatnya dengan desain yg wah. Nyepi ini pula adalah Nyepi terakhir bersama Kadek sebelum dia menikah dan "meninggalkan" keluarga Pandak untuk "bergabung" dengan keluarga baru di Jatiluwih. Yang ketiga adalah nyoblos untuk Pilcaleg pada 9 April. Setelah mejuang, Kadek dan Wayan kufotoin prewedding di sawah Nyitdah dan Pondok Nyoman. Sehari setelah Nyepi aku sempatkan hunting Omed-omedan di Sesetan Denpasar setelah berkunjung ke jero pagi harinya. Kemudian sore harinya motret Nana Citta di tanah kavling. Peristiwa penting lain adalah memeriksakan telinga Nana ke dokter THT di Kasih Ibu karena ia mengeluh budeg. Lalu mampir ke Denpasar Junction untuk makan siang di Solaria dan akhirnya ke Sakura DVD beliin Nana Citta film kesayangannya. Sehari sebelum Kadek dijuwang, kami persiapkan basa dan pada hari H pagi kami memasak di jumah bedauh dan sore hari kami bawa bedangin. Acara selesai sekitar jam 5 dan kami dalam 2 mobil mengantar Kadek ke Jatiluwih yg terletak di bongkol gunung, terpencil dan menantang. Sedikit down tapi kami harus rela. Esoknya Meman menangis dan merasa menyesal atas pilihan Kadek menikah jauh. Sorenya kami sepakat refreshing ke Pantai Batu Ngaus mengajak serta adik Dinda dan mbah juga ibunya. Happy to see them happy playing on the beach. Esoknya pada hari Minggu 6 April kami berempat ke Galeria. Tanggal 7 Nana Citta difoto-foto lagi di tanah kavling. Off ini pula mulai mempersiapkan pembangunan sanggah dengan survey pintu gebyog di seputar by pass Kediri. Suatu sore di malam minggu kami berempat makan malam di rumah makan ikan bakar di by pass Munggu. Dan akhirnya berbagai kegiatan tambahan pun melengkapi kesibukan off ini: gowess 2x, kundangan ke jero, beli saput di Tabanan, ke pasar pesiapan hingga ke kasih ibu lagi untuk control Nana hingga 3x. Akhirnya off ini ditutup dengan manis karena acara nikahan Kadek berjalan lancar. 6 mobil mengantarkan Kadek ke Jatiluwih dilengkapi dengan keluarga jero Bajera, jero Pengayehan, De Suta dan keluarga Pandak. Pulangnya kami lewat sawah indah Jatiluwih dengan foto bersama berlatar untaian sawah yg kini jadi cagar budaya UNESCO itu. Dan malam ini aku terdampar lagi di Balikpapan bersama Citilink direct. Tadi sore langsung ke Pasir Ridge untuk ngecek email diantar tukang ojek asli Banyuwangi. Esok aku kembali ON dengan waktu yg cukup panjang, 18 hari. Semoga diberi kemudahan dan kemurahan dalam setiap langkah. Astungkara.

Desain Rumah Orang Bali

Desain rumah tradisional Bali di kampung-kampung sedikit melupakan penempatan garasi di dalamnya. Mungkin karena jaman dulu belumlah ada mobil. Sehingga, ketika hari raya tiba, jalanan di kampung-kampung dipenuhi mobil yg parkir di depan rumah masing-masing. Bayangkan jika sebuah keluarga sudah beranak-pinak, cucu-cicit dan semuanya membawa mobil pulang kampung, jalanan akan menjadi areal parkir dadakan. Ini terjadi di kampung saya setiap 6 bulan sekali pada saat Galungan-Kuningan, plus hari-hari raya lainnya. Kebetulan 40% penduduk kampung kami adalah perantau sejati. Maklum, konon akhir-akhir ini keluarga menengah di Indonesia jumlahnya meningkat ditambah dengan semakin mudahnya memiliki mobil dengan berbagai fasilitas kredit, apalagi kini ada mobil murah, semakin banyaklah mobil beredar di Bali.

10 Tahun Saja

Selalu merasa berat setiap berangkat kerja meninggalkan orang-orang yg kusayangi. Pun sering terngiang dengan pertanyaan Bapak 10 tahun lalu, "Haruskah kamu berkelana sejauh itu mencari uang melebihi jarak ujung timur ke ujung barat Pulau Bali? Di rumah kamu tinggal melanjutkan yg sudah ada, tak perlu sesusah Bapak memulai dari nol dulu." Ketika itu aku hanya berjanji dalam hati, "10 tahun saja, Pak. Buat nyari pengalaman." Dan kini, sudah hampir sepuluh tahun aku belum juga menyiapkan apapun untuk memenuhi janji pada bathinku. Aku masih percaya, tidak ada kata terlambat utk memulai semua. Kampreeettt!!!

Saturday, March 29, 2014

Pulang Sehari Sebelum Nyepi

Hari ini hari Sabtu 29 Maret, aku di atas boat Peacock 1 menuju Santan. Dan akan melanjutkan perjalanan menuju Balikpapan bersama Oto, orang Aesseal. Hanya 11 hari aku kerja ON ini dan esok aku kan pulang ke Bali naik Citilink direct, tak perlu transit. Meskipun harga cukup mahal 1.087k namun jika untuk pulang tak jadi soal.

On ini aku seperti berada di ujung persimpangan jalan. Aku terjepit antara jalan terus atau harus kembali. Antara bekerja keras beradaptasi dengan posisi baru atau balik ke posisi dulu yg nyaman dan banyak waktu melakukan non related job activity. Aku seperti dicambuk dan dipaksa kerja bagai kuda. Jika dulu masih bisa telfonan sesuka hati, kini harus lebih fokus pada kerja.

Aku pun curhat pada sahabat. Tapi mereka terus memotivasi dan memberi semangat jangan menyerah. Aku juga kadang membaca cerita motivasi, agar semangatku selalu berkobar dan memotivasi diri agar kuat menghadapi tantangan. Konon, untuk naik kelas kita harus melewati serangkaian cobaan agar kita lebih kuat, lebih jago pun lebih sakti.

Ya, aku kadang sedih, letih juga hilang semangat. Tapi juga tak jarang gembira dan puas menikmati hasil kerja keras diapresiasi. Emosi naik turun bagai gelombang. Dan aku adalah nahkoda kapal yg harus sigap mengarungi gelombang emosi agar kapal berlabuh pada tempat yg dituju. Hyang Widhi, aku yakin Kau takkan memberi tantangan melebihi kemampuanku. Jadi aku mohon kuatkanlah aku. Astungkara.
---------------
Tadi malam aku tiba jam setenagh 1 malam di Suraton dan pagi ini aku akan menuju Bali dengan Citilink. Pagi-pagi sudah aku menuju bandara Sepinggan baru yg megah, mewah dan membuatku kaget. Karena tak menyangka akan semewah ini. Lalu aku masuk di Blue Sky lounge dekat Gate 10, sementara Citilink ke Denpasar di gate 4. Karena sangat besar, jarak antar gate, counter cek in dan pintu masuk cukup memakan waktu dan tenaga. Dan saat ini aku sudah di ruang tunggu, sebentar lagi aku kan menuju Bali, terbang untuk Nyepi bersama keluarga esok hari. Semoga selamat sampai tujuan. Astungkara.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Thursday, March 20, 2014

Kadek Akan Menikah

Rasanya masih belum rela, adikku akan dipinang sama calon suaminya dari Jatiluwih. Sebenarnya ada rasa sedih karena sekian tahun kami bersama ia akan "pergi" meninggalkan kami untuk bergabung dengan keluarga calon suaminya. Ada rasa menyesal, kenapa aku tak kerja keras dulu, mencarikan jodoh di dekat rumah agar bisa tinggal sekampung dan ada teman diajak berbagi kala suka maupun duka.

Penyesalan selalu datang di belakang. Yang perlu aku lakukan adalah menerima, menerima keadaan, dan kami percaya sudah ada yg mengatur dan memetakan jalan kami. The show must go on. Pada tanggal 16 Maret kemaren, sehari sebelum aku berangkat ke Balikpapan, Wayan bersama bapak ibunya datang ke rumah melakukan perkenalan keluarga. Kami di rumah diwakili Pakde, Paktut dan Meman-Meadek menyambut sederhana dan sepakat untuk "nyuwang" tanggal 4 April dan "mepragatang" tanggal 16 April. Namun masih ada ngeraos sekali lagi tanggal 23 Maret untuk membicarakan hari yang disepakati dengan membawa keluarga besar.

Dalam pesawat ke Balikpapan aku menangis, selalu ada rasa tak rela juga sedih karena akan terpisah dalam jarak dan waktu. Kadek yg biasa menemani istriku dikala aku tak di rumah juga kadang mengantarkan aku ketika aku berangkat kerja, nanti mungkin tak akan tinggal dekat kami lagi. Segalanya berubah, semuanya akan melalui saat-saat seperti ini dan kita harus siap dan bersiap. Aku pun berdoa, semoga istriku bisa lebih mandiri dengan ditinggal menikah oleh Kadek, semoga ia bisa belajar lebih baik untuk segala hal tentang rumah, keluarga dan upacara. Astungkara.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Reuni Dengan Patrick

Pada hari Minggu tanggal 9 Maret, kami mengadakan reuni kecil di SMU 2 Tabanan bersama Patrick Heysen, sahabat lama kami dari Darwin, Aussie. Ia datang sendiri ke Bali dalam rangka liburan dan menginap di hotel 3 Brothers di Legian.

Pada hari itu Krisna menjemput di hotel dan mengajaknya makan siang di Renon. Sorenya Krisna mengajak ke SMU 2 dan aku bersama istri langsung menuju kesana. Jales menyusul kemudian bersama istrinya. Kami hanya sempat mengobrol sebentar dan foto-foto di depan sekolah.

Patrick tampak tinggi dan lebih gemuk dibanding dulu sekitar tahun 1998 ketika ia datang ke Tabanan sebagai pertukaran pelajar. Salah satu kenangan kami adalah mengajaknya kemah semalem di Danau Buyan dengan suasana angin kencang dan kami menggigil kedinginan.

Ia berjanji tahun depan pada bulan yg sama akan mengajak lebih banyak temannya liburan ke Bali.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Laptop Rusak

Pada off kemaren kembali gadget-ku bermasalah. Setelah 2 hp ku di bulan Desember, kini laptopku rusak pada keyboard. Suatu hari ketika mangku Citta sambil nonton kartun di depan laptop, Citta batuk-batuk dan muntah muncrat mengenai sisi kanan keyboard. Langsung kumatikan dan dikeringkan. Esok harinya ketika kunyalakan keyboardnya banyak yg tak bekerja bagus. Juga tombol panah kanan seperti kepencet terus. Bencana!

Sempat kutinggal ON sekali dan ketika pulang, kondisi masih sama, rusak. Segera kuminta Jales dateng ke rumah memperbaikinya. Tak sampe setengah jam, 1 set keyboard diganti dengan yang baru, modalnya 200rb perak.

Cerita belum usai. Berselang seminggu, charger-nya berulah. Tak mau nge-charge dan akhirnya kubelikan di Rimo seharga 250rb. Yahhh..begitulah. Usianya sudah 5 tahun, kubeli sekitar July 2009 setelah kami menikah. Itu sebenarnya hadiah buat istriku untuk menemani di kos ketika aku tinggal ke Balikpapan. Juga sering dipakai nyetel musik klasik buat si calon bayi Kirana. Ketika Nana lahirpun laptop ini jadi media untuk menyimpan video dan foto-foto. Sejak Citta lahir sering dipakai nonton Youtube dan nyetel VCD melalui DVD ROM-nya. Laptop ini memang banyak kenangan dan menjadi saksi dan teman perjalanan keluarga kecil kami, Ranacitta Family. Sehingga sangat sayang untuk dijual meskipun battery-nya juga sudah jebol alias sama sekali tak mau menyimpan tegangan, jika beli harganya 500rb, sayang.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Sunday, February 23, 2014

CardRecovery 5.30

Kemaren aku salah delete lagi, foto-foto di memory card. Setelah coba berbagai software, akhirnya aku menemukan ini: CardRecovery 5.30.

Cukup bagus dan bisa mengcover semua foto yg ku delete.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Monday, February 03, 2014

Review 2013

FINANSIAL
- Hemat tiket pesawat pp Denpasar-Balikpapan karena ada Citilink direct, walau hanya 6 bulan (Jan-Jun 2013).
- Stop Prudential Ibu.
- Mencairkan Jamsostek selama FDT (in progress 50%).
- Olahraga 2x seminggu (gowes, treadmill, senam).
- Membuat laporan keuangan yg rapi dan dikelompokkan per kategori. Next akan dibuat lebih detail.

BISNIS
- Bikin account twitter Wisata Bali
- Ikut seminar bisnis SocMed Marketing dan ketemu owner Khrisna Bali.
- Bisnis kaos dan lumayan dapat 4 kali order.
- Bisnis Photobooth di Sanur Beach Hotel.
- Kontrakan rumah sukses dengan total dikontrak 1 tahun 4 bulan (end 15 Jan 2014).

FAMILY
- Liburan di Santika Premiere Kuta selama 2 hari (Januari).
- Liburan ke Jogja nginep di Melia Purosani, sambil training (Sept).
- Foto-foto Ranacitta tiap bulan.
- Melancong ke Bali Bird Park, Bebek Tepi Sawah, Bedugul, GWK, Museum Blanco.
- Nana sekolah dengan lancar di Immaculata Tabanan.
- Citta opname di Kasih Ibu Denpasar karena dehidrasi ringan.
- Beli Treadmill bersama Kadek.
- MCU Aji dan Ibu Indah (dengan hasil secara umum bagus).
- Beli picopad buat NanaCitta (Juli 2013).
- Bikin kamar bermain untuk Ranacitta. - Cetak foto selama 6 bulan sebanyak 215 lembar.
- Cetak kanvas beberapa foto dalam ukuran besar dan membuat bingkai di Denpasar.
- Bikin mug dan pin ulangtahun Ranacitta.
- Membiayai bulanan Pak Ming dan Tiwik sekolah mulai dari uang bangunan dan SPP.
- Servis mobil 35.000 km.

HOBBY
- Motret prewedding Jales, Muri, Agung dan Gantino.
- Bikin Japs Motor dengan bahan Tiger tahun 96.
- Hunting Parade Budaya Tabanan.
- Belajar motret model bersama SOC di Denpasar.
- Berhasil tidak membeli tambahan alat-alat fotografi dan memaksimalkan yg sudah ada.
- Beli Wacom dan mulai belajar digital painting.
- Belajar nulis novel dengan membeli video tutorial.
- Motret slow speed di Tanah Lot.
- Beli rindik dan mulai belajar megambel.

HOME
- Renovasi bikin kamar mandi di atas dan mindahin gentong air di top roof.
- Bayar pajak rumah Denpasar (Dispenda), masih lanjut menunggu jadi mutasi April 14.

SOCIAL LiFE
- Melayat bapak Koming, Mangku Pura Ciwa Kebon, Pak Merta, Istri Pak Kawi di Seririt dan Mbah Kerti.
- Kundangan 3-bulanan Dek Indra di Antosari, Agung II Bajera, Adik Lidya, Jojon Nganten, Jales, Mlaspas Blide Suta, Mepandes di Jero, Upacara bale banjar.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Thursday, January 23, 2014

Tongsis DIY

Karena kalau membeli mahal, akhirnya aku membuat tongsis (tongkat narsis) dengan bahan seadanya di rumah.
Bahan:
1. Holder HP.
2. Stick (aku pakai stik bekas cuci kaca karena bisa dipanjang-pendekin).
3. Tie-wrap atau tali/kawat.

Caranya simpel, ikat holder HP di ujung stik dengan tie-wrap. Siap digunakan deh.

Semoga berguna ya.
#tongsis
#diy
#murah
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Dalam Sebulan HP-ku Rusak Dua-duanya

18 Des 2013, saat itu hujan rintik aku naik Japs ke Kediri membelikan anakku kue. Ketika pulang HP sudah kumasukkan kresek kue, tapi karena hujannya cukup deras, hp ku basah. Aku bongkar dengan panduan di Youtube dan berhasil kering tapi jadi tak bisa membaca SIM Card. Esoknya kubawa ke service center Samsung, harus ganti mesin dan bayar 1,6 juta kata petugas. Busyet. Seorang teman menyarankan memperbaiki di Planet Cell Tabanan. Dia menawari ongkos 300rb recovery IMEI, aku langsung mengiyakan.

Seminggu kemudian menjelang akhir tahun berakhir ketika di Attaka, giliran BB ku yang hang. Awalnya aku install lagi whatsapp. Mungkin karena kepenuhan message, bb ku muncul jam pasir. Ketika restart dan cabut batere, tak mau booting, hanya muncul layar putih dengan tulisan "Blackberry".

Ketika off aku bawa ke Planet Cell lagi dan install ulang, bayar 75rb tapi datanya hilang semua terutama notes yg selama ini aku bikin. Tapi untung sebagian sudah aku back up termasuk bbm contact.

Pelajaran berharga dari kejadian ini:
- secara berkala kita harus melakukan back up hp kita mulai dari file penting hingga kontak.
- jangan terlalu bergantung dengan hp, usahakan aktivitas yg biasa dilakukan di hp bisa juga dilakukan di komputer.
- catatan-catatan ringan dibikin back up juga di PC.
- foto-foto harus diback up berkala.

Akhirnya aku mendaftar internet banking untuk Niaga dan Mandiri untuk jaga-jaga jika hp-ku rusak lagi.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, January 22, 2014

Nginep di Bedugul

Pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2014 pagi sekitar jam 9 pagi kami berangkat menuju Bedugul untuk menginap di sebuah Villa yaitu Villa Candikuning, sekitar 300 meter di utara pura Ulundanu. Lokasi villa-nya di tepi danau dan melihat gambar di Agoda, aku jadi ngiler ingin menikmati view danau di pagi hari. Sebelum check in kami mengunjungi Kebun Raya Bedugul, membawa tenda Nana dan menikmati cerahnya suasana padang rumput yg luas. Tak lupa kami membuka bekal dan makan siang ditemani tongsis DIY bikinanku.

Jam 12 kami cabut dari kebun raya dan check in di Villa. Antara pintu gerbang dan front office cukup jauh sekitar 50 meter dan mobil harus parkir di luar dan barang-barang dibawakan petugas ke kamar di bagian belakang berjarak 50 meter lagi. Suasana mendung mulai membuat agak kurang sreg ketika memasuki villa. Namun Nana dan Citta kelihatan happy aja. Aku dan istri mulai merasa kurang nyaman. Di bagian belakang villa masih ditumbuhi pohon-pohon tinggi besar. Pemandangan memang indah, danau kelihatan memukau dari halaman jendela belakang kamar.

Dengan agak ragu antara lanjut atau tidak, kami sepakat untuk lanjut nginep saja. Malam hari kami memesan makan malam dan makan malam di kamar saja. Benar saja, ketika malam kami tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun beruntung anak-anak tidur dengan tenang. Biasanya Citta suka bangun dan nangis tengah malam, malam itu aman sejahtera. Hanya jam 3 subuh bangun minta susu lalu tidur lagi dengan damai. Lalu aku bangun jam setengah 6 pagi dan langsung menyambar kamera dan tripod lari ke belakang villa. Mengabadikan pemandangan pagi yg elok. Jam 9 kami cek out dan mampir di wisata Petik Strawberry dan membeli sedikit oleh-oleh di pasar Candikuning. Sekitar jam 1 kami tiba di Pandak dengan perasaan lega.

Kami sepakat, lain kali lebih baik nginep di hotel daripada di villa yg sepi dan sunyi.

Sedikit cerita spooky: ketika sore hari istri sempat tanya ke CS dan mendapat cerita suatu hari ada acara wedding disana dan di foto ada penampakan. Malam harinya juga sekitar jam 1, tangan kananku seperti ada yg menggelitik, mungkin karena terbawa perasaan takut. Yah demikianlah sedikit intermeso. Pokoknya gak lagi deh :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®