Wednesday, May 31, 2017

Day 15 - Kursi Panjang di Tepian Mahakam

Aku mampir lagi ke kota tepian. Kali ini aku menginap di sebuah hotel kecil di tepian Mahakam. Sungai Mahakam adalah salah satu sungai terpanjang di Indonesia. Jembatannya saja panjangnya 400 meter, membentang dari Samarinda Kota ke Samarinda Seberang. Orang Samarinda menyebutnya Jembatan Mahkota, Mahakam Kota. Setiap hari lalu-lalang ketinting; yaitu perahu kecil bermesin tunggal berkapasitas empat hingga enam orang. Biasanya milik nelayan yang mencari ikan di hulu Mahakam. Di sungai ini pula lalu lalang kapal-kapal ponton pengangkut batubara, mengeruk kekayaan alam Kalimantan Timur. 

Aku duduk di sebuah kursi panjang di bawah deretan pohon ketapang. Peneduh alami sepanjang tepian Mahakam. Vita belum juga muncul. Kami janjian jam empat sore agar bisa menikmati suasana sore yang romantis. Mungkin juga agar bisa jalan-jalan sepanjang tepian sungai Mahakam. 

Sejurus kemudian nampak sesosok bayangan yang sangat kukenal berjalan di sela keramaian mendekatiku. Vita dengan rambut mengurai dan lenggak-lenggok pinggulnya bagai peragawati sedang berjalan di atas catwalk. Aku begitu bahagia. Sekian minggu perempuan bermata indah ini tak kulihat wajahnya, hanya ku dengar suaranya lewat telefon. Sore ini ia akan menemani ku di kursi panjang ini. Ia keluarkan sebatang coklat dan kita santap berdua. Oh sungguh romantis.

"Aku sudah belikan tiket untuk dua orang ya," cetus Vita.

"Sudah siap kita bergoyang nanti?"

"Untukmu sudah kusiapkan segalanya."

Kami lalu terlibat obrolan panjang, melepas kerinduan. Kami laksana sepasang kekasih yang memadu rindu, padahal kami tahu belum pernah mengikat janji. Kami seolah sepakat, semua dibiarkan berjalan apa adanya, mengalir seperti air. Aku juga tak tahu apakah ia memiliki perasaan yang sama denganku. Atau hanya aku saja yang ingin menyayangi dia. Entahlah. Aku belum mempunyai keberanian mengungkapkan, pun menanyakan kepadanya.

Kami terbius oleh aroma pohon ketapang. Aroma tanah basah sehabis gerimis tadi, menambah romantis dan puitis sore itu. Kami saling pandang. Matanya menatap tajam mataku, aku pun tak kuasa mengelak dari indah matanya. Tangan halusnya memegang erat tanganku. Kami berdiri dan wajah kami seperti medan magnet yang berlawanan, saling tarik menarik membuat kami makin mendekat. Siluet dua insan di bawah pohon ketapang, di belakang sebuah kursi panjang di tepi sungai Mahakam. Perahu ketinting lalu-lalang sebagai pemandangan latar menambah indahnya "picture of the day" ini.

"Permisi," dua orang pengamen datang membuyarkan romantisme. Mereka bernyanyi lagu "Kita" milik Sheila on 7 seolah paham apa yang kami rasakan sore itu. Dua insan muda sedang memadu kasih. Kami akhirnya terlarut dalam lagu ikut bernyanyi bersama-sama pengamen tadi. 

#30DWC #Jilid6 #Day15
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Lebar Karya, Saxophone dan Ubud

Off 17-30 Mei 2017.
Perjalanan dimulai dengan pesawat paling pagi ke Surabaya, setelah semalam menembus gelap dari Santan ke Balikpapan bersama Johan dan Yasin. Melanjutkan tidur yang terputus di Mushola Bandara. 

Istri menjemput ke Ngurah Rai Airport. Setiba di rumah langsung mencoba saxophone baru kiriman dari MG Store Jakarta. Esoknya aku selesaikan urusan klaim kesehatan Axa Mandiri. Kemudian melipir menuju BW. 

Pada hari Jumat mengantarkan Citta tamasya sekolah ke Bali Zoo, ditemani Nana, Ibu dan deba. Esok Sabtu istirahat di rumah. Pada hari Minggu 21 Mei adalah lebar karya Puseh-Baleagung. Rangkaian upacara yang dilaksanakan setiap 20 tahun ini, mulai dari mepeed hingga finish jam 22.00. Melelahkan pemedek yang semangat mengikuti setiap rangkaian upacara. 

Selama seminggu Nana ulangan dari 22-29 Mei. Full anter jemput anak-anak sembari jogging di lapangan dangin carik. Hari pertama ulangan Nana malah pup di kelas hingga 2x. Duh jadi malu. Apakah Nana stress atau nervous ya? Ambil madu ke rumah Agung Pasca di Wanasari. 

Rabu 24 Mei kontrol ke dokter Wawan sebulan pasca operasi, juga karena obat Levotiroksin sudah habis. Tes darah TSH dan FT3 dilakukan dengan hasil TSH dibawah normal, FT3 normal. FT3 sengaja dibuat high agar menurunkan TSH dengan harapan menghambat pertumbuhan sel-sel yang tidak diharapkan. Dokter menyatakan tak perlu obat tambahan dan tetap menyarankan USG tiap 6 bulan sekali. Sebelum ke dokter aku anter ibu beli Samsung A5 di Cellular World karena LCD hp nya pecah.

Kamis 25 Mei adalah tanggal merah sekaligus tilem. Kami sembahyang di pura Ciwa Kanginan. Siangnya aku ajak Nana Citta servis 10k Splash di Suzuki Kediri sekalian cuci mobil. Mereka senang sekali karena ada free wifi. 

Jumat 26 Mei Citta periksa gigi dan cabut bagian akar yang tumbuh menembus gusi. Ada juga gigi kanan tumbuh ke atas menembus gusi. Sabtu 27 Mei anter Citta ke Gedung Marya lomba mewarnai TK. Citta dapat juara harapan 2, lumayan buat start up. Citta senang bukan kepalang karena dapat hadiah pada malam hari Minggu saat acara penutupan PKB Tabanan di Gedung Marya. Malam minggu kami habiskan menginap di Grand Sunti Ubud. Hotel yang nyaman milik Balawan ini menawarkan ketenangan, kebersihan dan keramahan. Esoknya, sebelum pulang kami mampir di Bebek Bengil.

Senin 29 Mei Nana ulangan hari terakhir. Aku mampir ambil paket Ocarina di kantor pos. Sembari ubah password internet banking di Mandiri Tabanan. Ibu menunggu Nana Citta di sekolah.

Off ini pula aku mulai ikut 30 Days Writing Challenge mulai 17 Mei - 16 Juni 2017 dengan tema Kuli Minyak Lepas Pantai. Semoga bisa menelorkan sebuah novel tahun ini. 

Off ini mencoba sekaligus 4 hal baru: Saxophone, 30DWC, Ocarina dan menginap di Ubud. Oya satu lagi mulai bulan ini life with one thyroid gland without any additional medicine. Semoga tetap sehat dan bahagia. Semangat!!


Off 17-30 Mei 2017
Perjalanan dimulai dengan pesawat paling pagi ke Surabaya, setelah semalam menembus gelap dari Santan ke Balikpapan bersama Johan dan Yasin. Melanjutkan tidur yang terputus di Mushola Bandara. 

Istri menjemput ke Ngurah Rai Airport. Setiba di rumah langsung mencoba saxophone baru kiriman dari MG Store Jakarta. Esoknya aku selesaikan urusan klaim kesehatan Axa Mandiri. Kemudian melipir menuju BW. 

Pada hari Jumat mengantarkan Citta tamasya sekolah ke Bali Zoo, ditemani Nana, Ibu dan deba. Esok Sabtu istirahat di rumah. Pada hari Minggu 21 Mei adalah lebar karya Puseh-Baleagung. Rangkaian upacara yang dilaksanakan setiap 20 tahun ini, mulai dari mepeed hingga finish jam 22.00. Melelahkan pemedek yang semangat mengikuti setiap rangkaian upacara. 

Selama seminggu Nana ulangan dari 22-29 Mei. Full anter jemput anak-anak sembari jogging di lapangan dangin carik. Hari pertama ulangan Nana malah pup di kelas hingga 2x. Duh jadi malu. Apakah Nana stress atau nervous ya? Ambil madu ke rumah Agung Pasca di Wanasari. 

Rabu 24 Mei kontrol ke dokter Wawan sebulan pasca operasi, juga karena obat Levotiroksin sudah habis. Tes darah TSH dan FT3 dilakukan dengan hasil TSH dibawah normal, FT3 normal. FT3 sengaja dibuat high agar menurunkan TSH dengan harapan menghambat pertumbuhan sel-sel yang tidak diharapkan. Dokter menyatakan tak perlu obat tambahan dan tetap menyarankan USG tiap 6 bulan sekali. Sebelum ke dokter aku anter ibu beli Samsung A5 di Cellular World karena LCD hp nya pecah.

Kamis 25 Mei adalah tanggal merah sekaligus tilem. Kami sembahyang di pura Ciwa Kanginan. Siangnya aku ajak Nana Citta servis 10k Splash di Suzuki Kediri sekalian cuci mobil. Mereka senang sekali karena ada free wifi. 

Jumat 26 Mei Citta periksa gigi dan cabut bagian akar yang tumbuh menembus gusi. Ada juga gigi kanan tumbuh ke atas menembus gusi. Sabtu 27 Mei anter Citta ke Gedung Marya lomba mewarnai TK. Citta dapat juara harapan 2, lumayan buat start up. Citta senang bukan kepalang karena dapat hadiah pada malam hari Minggu saat acara penutupan PKB Tabanan di Gedung Marya. Malam minggu kami habiskan menginap di Grand Sunti Ubud. Hotel yang nyaman milik Balawan ini menawarkan ketenangan, kebersihan dan keramahan. Esoknya, sebelum pulang kami mampir di Bebek Bengil.

Senin 29 Mei Nana ulangan hari terakhir. Aku mampir ambil paket Ocarina di kantor pos. Sembari ubah password internet banking di Mandiri Tabanan. Ibu menunggu Nana Citta di sekolah.

Off ini pula aku mulai ikut 30 Days Writing Challenge mulai 17 Mei - 16 Juni 2017 dengan tema Kuli Minyak Lepas Pantai. Semoga bisa menelorkan sebuah novel tahun ini. 

Off ini mencoba sekaligus 4 hal baru: Saxophone, 30DWC, Ocarina dan menginap di Ubud. Oya satu lagi mulai bulan ini life with one thyroid gland without any additional medicine. Semoga tetap sehat dan bahagia. Semangat!!


Monday, May 29, 2017

Day 14 - Di Ujung Runway

Jatah menginap di hotel masih tersisa 14 hari. Kami harus mencari kos-kosan yang bisa dipakai ramai-ramai. Karena kami tentu akan menggunakan kamar kos saat off saja. Sisanya 2 minggu kami tinggalkan kosong. Seorang kenalan menawarkan kos di seputar jalan minyak, di area kilang, milik seorang pegawai Pertamina. Cukup nyaman dengan akses ke jalan sangat gampang.

Setelah mendapat calon rumah kos, esoknya kami sepakat hunting di ujung runway Bandara Sepinggan. Jam 7 pagi kami tlah bersiap di jembatan di ujung timur bandara. Kami menunggu pesawat yang sedang take off ataupun mendarat. Ketika pesawat mendarat, Jacky, Topan dan Nizar melompat tinggi-tinggi, akupun membidik dengan kameraku dari frog angle alias memotret sambil tidur di rerumputan. Kami jadi fotografer secara bergiliran. Tapi aku yang paling sering dapat bagian. 

Cuaca begitu indah, langit biru ekuator dihiasi awan-awan altokumulus yang mulai berkumpul membentuk awan hujan. Makin lama, siang makin panas. Sinar mentari makin terik. Kulit kami terbakar sempurna, membuat kami jadi makin penasaran. Tanpa rasa bersalah kami melompati pagar pembatas bandara, memasuki runway. Kami makin menggila. Di dalam runway ini pesawat persis berada di atas kepala kami. Sensasi luar biasa adalah saat kami melompat ketika pesawat akan mendarat. 

Tiba-tiba datang dua mobil double cabin hitam mendekati kami dari arah berlawanan. Kami membaca gelagat kurang enak. Security bandara mendekati. Kami hendak beranjak pergi namun suara sempritan terdengar keras dari salah seorang security, sambil melambaikan tangannya. 

Kami digiring masuk kendaraan lalu dibawa pergi ke sebuah ruangan di dalam bangunan yang bertuliskan "Pos Komando Security". Kami diinterogasi habis-habisan, dikira mata-mata atau penyusup yang ingin membuat keonaran. 

Dengan sedikit silat lidah akhirnya sang komandan security percaya dan melepaskan kami. Namun dengan syarat foto-foto dalam memori card harus dihapus. Aku mengaku dari Klub Foto Fobia alias Fotografer Balikpapan. Padahal di Balikpapan tak ada klub foto seperti itu. 

Kami pun bisa pulang dengan lega. Meskipun aku harus kehilangan foto-foto indah yang jarang dimiliki siapapun. 

"Nggak lagi deh masuk runway. Kapok aku," keluh Nizar sambil membayar ongkos angkot nomor 5 yang berwarna kuning. 

#30DWCJilid6 #Day14
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Sunday, May 28, 2017

Bulik Balikpapan Bosku

"Pesawat kepenuhan, hari ini kita pulang naik copper, cak," Topan mengguncang bahuku. 

"Yes! Akhirnya kesampaian juga naik copper," aku melompat kegirangan. 

"Ada mbak Mawar dan Melati juga ikut tuh," seru Nizar.

"Eh hati-hati loh, Melati tuh punya juragan. Jangan diganggu," Jacky menimpali sambil berbisik.

"Ah kamu jangan menggosip. Tidak baik menebar fitnah, bro," Nizar menasehati kayak pak ustadz. 

Copper berangkat dari Santan Terminal dengan mulus di sela udara agak mendung pagi itu, menuju Balikpapan. Setiap hari pesawat Dash-7 Pelita Air bolak-balik dari Sepinggan ke Santan Terminal membawa penumpang. Jika pesawat kelebihan penumpang maka akan ada copper khusus menjemput sisa penumpang. 

Sedari tadi Jacky diam seribu bahasa. Wajahnya tegang diantara earmuff warna biru yang menutupi kedua telinganya. Ia memang takut ketinggian dan merasa kurang nyaman jika disuruh naik copper. Namun ia memaksakan diri. Mendobrak rasa takutnya. Rasa takut harus dilawan bro, pikirnya. 

Kami berenam menyusuri jalur udara Santan-Balikpapan pagi itu. Di atas hamparan zamrud katulistiwa. Tampak sungai-sungai mengular di sepanjang blok Mahakam. Belasan rig yang mengebor minyak bumi di pedalaman Kalimantan terlihat mungil dari udara. Beberapa kawasan tampak hitam akibat hutan yang dibakar, penebangan kayu secara ilegal. Mendekati Balikpapan, kami melihat beberapa anjungan di ujung teluk Balikpapan. Itu adalah anjungan lain milik perusahaan tempat kami training, tapi di bagian selatan: Yakin dan Sepinggan Field. 

Copper mendarat mulus di Balikpapan. Kami menyusuri pintu kedatangan bandara dengan tiang kayu bangkirai berukir khas Dayak. Di ujung sana mobil penjemput kami telah menunggu. 

#30DWCJilid6 #Day13
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar

*bulik = pulang


Saturday, May 27, 2017

Day 12 - Cinta Bukan Sekedar Kata-kata

Sore itu adalah hari olahraga. Kami senam aerobik di ruang olahraga di bawah helipad. Dua instruktur senam berlenggak-lenggok di depan beberapa pekerja minyak di sore yang sedikit mendung. Para peserta senam mengikuti setiap gerakan dengan semangat. Teriakan-teriakan, yel-yel membuat makin semangat dan suasana kian meriah. Letih dan lelah bekerja seharian lepas bersama olahraga yang diadakan setiap 3 hari sekali. Pikiranku masih belum bisa lepas dari perempuan bermata indah. 

Topan, Jacky dan Nizar tak kalah semangat. Mereka berteriak hingga suara serak. Sehabis senam para peserta kembali ke bawah untuk mandi. Kami berempat mlipir ke ruang band, memain-mainkan alat musik, sembarangan tak beraturan. Tiba-tiba datang seorang bapak berkacamata dengan frame hitam tebal, matanya mendelik dan mulutnya komat-kamit seraya mendekat. Suara alat musik serta-merta berhenti.

"Siapa yang nyuruh main musik?" tanyanya dengan mata masih mendelik. "Kalian anak baru jangan macam-macam ya. Baru beberapa hari aja disini sudah belagu!" sambung bapak yang badannya kurus tapi berisi ini, sedikit atletis.

Kami diam seribu bahasa, saling pandang karena tidak tahu bapak ini siapa dan bagian apa. Kami masih diam dua ribu, tiga ribu hingga empat ribu bahasa tatkala si bapak menjauh. Nizar lalu memberi tanda untuk kembali ke kamar. 

"Tadi siapa?" Cetus Jacky tertawa-tawa. 

"Sok banget kayak dia yang punya perusahaan ini aja," ujar Topan tak terima.

"Barangkali dia yang jaga alat band, jadinya dia marah kalo alatnya kita mainkan tanpa ijin," pungkas Nizar dengan bijak. 

"Nanti kita tanya Pak Prayitno aja. Sapa orang tadi," cetusku sambil membuka laptop. Nizar mengambil gitar bolong dan memainkan sebuah musik klasik "Love Story". Lirik lagu "Lagu Cinta" Dewa 19 ku baca seperti membaca sebuah puisi. 

"Aku jatuh cinta
Tuk kesekian kali
Baru kali ini kurasakan
Cinta sesungguhnya
Tak seperti dulu
kali ini ada pengorbanan
Cinta bukan sekedar kata-kata indah
cinta bukan sekedar buaian belaian peraduan."

Sejurus kemudian aku ke luar kamar menuju ruang telfon umum di ujung lorong yang memisahkan kamar yang kami tempati di lantai 3 ini. Suara gadis bermata indah di ujung sana benar-benar meneduhkan jiwa. Suaranya tak hanya menjadi embun penyejuk di dada, tapi obat rindu setelah beberapa hari tak bertemu. Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit dan dua jam tak terasa. Telinga ini sudah seperti menempel dengan gagang telefon. 

Lalu di ujung sana tampak seorang senior kami marah-marah sambil menggebrak pintu kabin.  Tampaknya ia sedang mengantri hendak menelfon juga. Buru-buru kusudahi telfon ini lalu menyelinap ke kamar. 

Hari berganti hari. Malam berganti pagi. Puluhan purnama tlah kulalui, namun baru kali ini kurasakan denyut jantung tak seperti biasa. Kurasakan irama napas yang lain dari biasanya. Suhu tubuh kadang meriang entah karena apa. Kadang kudengar bisikan suara lirih dari suara-suara yang kurindukan.  

Sebelas hari t'lah kulalui. Sisa tiga hari lagi hari off tiba. Tiba-tiba ada SMS masuk "Aku kangen." 

#30DWCJilid6 #Day12
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Friday, May 26, 2017

Mampir di Kota Tepian

Aku bangun kesiangan. Di samping kasurku, di atas lantai keramik warna putih sudah menyambut secangkir kopi hitam dan beberapa sanggar, pisang goreng dalam bahasa banjar. Sebetulnya aku tak suka kopi hitam, tapi pagi ini terasa sangat spesial. Aromanya membuat aku terhanyut mengingatkan aku pada mimpi indah tadi malam.

Vita t'lah menunggu di ruang keluarga. Tampaknya ia sudah mandi dan berdandan rapi. Seragam kerja warna coklat terlihat pantas bersanding dengan kulit putihnya. Aroma tubuhnya membuat aku semakin terpesona. Rambut hitam lurusnya menjuntai di pundak laksana mayang mengurai. Mata bening indahnya masih menyimpan sejuta misteri buatku. 

Setelah mandi aku diantarkan menuju mall Lembu Swana tempat para pegawai di tempat kami dijemput, dengan bis menuju Santan Terminal. Sepanjang jalan Vita terus bercerita perihal bapaknya, seorang pengusaha batubara yang punya belasan kapal tongkang. Setahun lalu pernah kena tipu dan uang milyaran rupiah lenyap ditilep orang tak bertanggung jawab. Tapi kini usahanya sudah kembali ke jalurnya. Beliau sedang mencari ahli geologi yang bisa diajak kerjasama, ada satu lahan potensial di pelosok Kutai Kartanegara yang perlu penelitian lebih lanjut. Tadi pagi sudah kutitipkan nomor kontak teman kosku dulu yang lulusan teknik geologi.

"Vit, bulan depan ada konser Ada Band di Samarinda. Mau nonton gak?"

"Emang kamu pas libur kah?"

"Entar ku lihat dulu. Iya nih pas libur."

"Kita lihat nanti ya moga aku gak ada kesibukan di kantor."

"Ah masak malam minggu lembur?"

Aku diturunkan di depan mall yang tak terlalu besar. Bis kantorku sudah menunggu di belakang sana. Vita menghilang di antara antrian kendaraan yang akan ke luar mall. Selama dua minggu, barangkali aku kan merindu perempuan bermata indah itu. Syaraf-syaraf otakku tak hentinya mengukir citra wajah gadis berambut panjang itu. Ah apakah ini artinya aku sedang kasmaran? Mungkinkah ia juga memiliki perasaan yang sama. 

Bis berkapasitas 40 orang yang berwarna kuning emas itu mengantarkan kami menuju Tanjung Santan, Marangkayu. Perjalanan 3 jam itu membawa aku pada babak selanjutnya petualangan lepas pantai. Crew boat sudah menunggu di dermaga, siap mengantarkan kami menuju Attaka the Giant Field. Bersama Jacky, Topan dan Nizar, kami duduk di deck kapal. Menembus Santan Canal, memecah ombak Selat Makassar yang sedang menggila. 

#30DWCJilid6 #Day11
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Thursday, May 25, 2017

Pertemuan Tak Terduga


Aku duduk di lantai, di bawah layar informasi jadwal keberangkatan pesawat. Aku tak kebagian tempat duduk. Orang-orang menggunakan kursi seenaknya, satu kursi untuk duduk, satu kursi untuk menaruh barang-barang bawaannya. Beberapa penerbangan delay sehingga penumpang menumpuk di ruang tunggu keberangkatan Bandara Juanda ini. Penerbanganku ikut-ikutan. Seharusnya pesawat sudah lepas landas pukul 15.00 namun hingga jam lima sore ini belum ada tanda-tanda keberangkatan. Padahal pesawat dari Jogja tadi jam 1 siang sudah mendaratkan aku disini, transit sebentar tapi jadi lama. Keterlaluan.

Tak apalah pikirku. Aku jadi bisa banyak melamun. Memori kameraku akan terisi banyak foto karena sejak tadi aku bidik apapun yang ku lihat. Kuamati kelompok demi kelompok penumpang pesawat di Juanda ini.

Penumpang tujuan Jogja diisi anak-anak usia 20-30 dengan kaos oblong, tak lupa foto-foto sebelum naik pesawat, mungkin para mahasiswa yang pulang kampung. Penumpang tujuan Ujungpandang didominasi orang-orang tua dengan tampang (maaf) agak ndeso dan lusuh, bawaan kardus bejibun ke kabin, jika antre main serobot.  Penumpang tujuan Jakarta diisi penumpang dengan gaya santai, logat Jakarte, celana pendek dan kaos oblong casual. Kadang ku lihat saling berpegangan tangan padahal dua-duanya ada kumisnya. Penumpang tujuan Balikpapan kebanyakan diisi rombongan keluarga yang membawa bayi dengan seabreg kardus masuk kabin, aromanya juga khas. Di saat pesawat take off si bayi biasanya nangis kencang bukan kepalang. Jika duduk juga sering tak melihat nomor kursi. Sembarangan kayak naik bis.

Sampai pada satu titik aku melihat sekelebat mata indah mencuri pandang ke arahku. Diam-diam kutatapi wajah-wajah bersih mulus dengan rambut hitam lurus duduk membisu sambil membaca majalah. Ah mata itu benar-benar mencuri lamunanku sore ini. Aku hanya bisa berkhayal seandainya bisa sekedar berkenalan atau syukur-syukur bisa mengobrol sepanjang penerbangan ke Balikpapan nanti. Lamunanku melayang kemana-mana.

Di saat aku palingkan sekilas pandangku ke layar pengumuman keberangkatan pesawat, tiba-tiba ia hilang entah kemana. Belum sempat lensa  saktiku meng-candid wajah teduhnya. Dan panggilan boarding pun dikumandangkan melalui speaker-speaker bandara. Para penumpang tujuan Balikpapan yang sejak tadi t'lah menunggu berhamburan memenuhi pintu keberangkatan nomor dua. Aku menyingkir pada barisan paling belakang.

Sampailah aku pada kursi nomor 25C. Tak disangka tak diduga, perempuan bermata indah tadi duduk di kursi 25A, persis di sebelahku. Serta merta jantungku berdegup kencang. Rambutku serasa disambar petir di musim hujan bulan Desember. Pandangan kami bertemu menjadi satu. Ia menatap aku, mataku seperti terbius untuk menatap tajam matanya. Pesawat berkapasitas 128 penumpang ini berubah menjadi putih. Seluruh kursi dan penumpang lainnya tampak blur, yang fokus hanya wajah perempuan pujaan hatiku yang sedang menatap tajam tapi meneduhkan. Lagu-lagu cinta seperti didendangkan oleh orang-orang di sekitar kami. Sepersekian menit gerakan kami berdua seakan beku.

Otakku langsung berputar mencari cara bagaimana membuka percakapan. Kalimat apa yang harus dilontarkan pertama kali agar obrolan tidak kaku. Bagaimana caranya bersalaman agar ia tak menyadari jika tanganku sedikit gemetar. Dan belasan pikiran aneh berkecamuk dalam otakku yang beku. Ah aku jadi salah tingkah sendiri.

Belum usai demam panggungku, terdengar suara lembut persis di samping telingaku. "Mas permisi, mas," ujar orang di sampingku mau lewat.

Aku langsung duduk sembari mengucap basa-basi, "Tasnya bagus mbak," ucapku jadi benar-benar basi. Si perempuan dengan mata indah hanya tersenyum sambil membenarkan posisi tas di atas pangkuannya.

"Tujuan mana, mbak?" tanyaku melanjutkan.

"Samarinda, mas. Masnya mau kemana?" Sahut si perempuan bermata indah.

"Samarinda juga," sahutku sekenanya. Lah padahal tujuanku sampai Balikpapan saja. Samarinda ditempuh perjalanan darat 2 jam lagi dari Balikpapan. Kok jadi berubah.

"Wah kebetulan. Nanti naik apa mas? Kalau belum ada kendaraan, ikut saja bareng aku ya. Biar ada yang nemenin," ajaknya dengan penuh semangat sambil mengubah posisi duduknya mengarah ke aku.

Kami kemudian terlibat obrolan panjang. Aku akhirnya tahu namanya Vita, Novita Riani. Namamu seindah rambut lurusmu, cetusku dalam hati. Obrolan kami lepas seperti sahabat lama yang baru bertemu setelah sekian tahun berpisah. Suara lembutnya yang bersahabat membuat keteganganku sirna. Ia baru pulang dari Surabaya, sehabis menghadiri resepsi pernikahan teman kuliahnya.

Satu jam lewat dua puluh menit kami mendarat dengan mulus di bandar udara Sepinggan Balikpapan. Langit menggelap berwarna biru tua, lampu-lampu mulai benderang. Kota Balikpapan tampak indah dari jendela kursi nomor 25A. Kilang-kilang tampak tinggi menjulang, api obor menyala menjilat-jilat angkasa di ujung sana, di Kilang Pertamina. Teluk Balikpapan tak pernah sepi dari kapal berbagai ukuran. Mulai dari kapal kecil ketinting hingga kapal tanker raksasa membawa minyak bumi.

Malam itu kutemani perempuan bermata indah menembus malam yang gelap, melewati bukit Soeharto, menuju rumahnya di kota Tepian, Samarinda. Sepanjang perjalanan kami seperti dihipnosis untuk tak ngantuk dan terus berbagi cerita. Pak sopir setengah baya adalah saksi bisu perjalanan malam ini.

Setiba di rumahnya kami disambut orang tuanya dengan ramah dan malah ditawarkan menginap semalam di rumah mereka yang megah. Aku tak bisa mengelak. Di samping karena sudah larut malam, juga bisa hemat tak perlu menyewa hotel lagi. Haha..

Malam itu aku tidur di kamar adiknya yang laki-laki. Tak kuasa kupejamkan mata ini. Lamunanku terus melukis indah kisah-kisah romansa hingga terbawa ke alam mimpi.

#30DWCJilid6 #Day10
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar




Wednesday, May 24, 2017

Day 09 - Dari Candi ke Candi

Udara cerah dengan sedikit awan. Burung-burung berkicauan, berkejaran di atas pohon yang melambai ditiup angin basah bulan Desember. Padi-padi menguning di sekitar candi Plaosan pagi itu menambah suasana kian fotografis. Seorang penggembala lewat menggiring sapi-sapi berwarna putih dengan punuk di punggungnya. Petani tua yang memakai caping berwarna coklat memarkirkan sepeda ontel di bawah pohon flamboyan. Fotogenik sekali suasana sekitar candi. Pemandangan yang menciptakan gelombang alfa di otak setiap manusia yang melihatnya, menenangkan dan menyejukkan. 

Dua puluh satu orang tlah siap dengan senjata masing-masing. Sambil menunggu datangnya model, Bronto sang penggagas hunting ini menerangkan aturannya. 

"Kita akan memotret dari candi ke candi. Ada 7 candi yang akan kita taklukan hari ini. Siapkan stamina kalian karena cuaca akan panas sepanjang hari."

Semua peserta sepertinya paham dan tak ada komentar. Krisna Aditya tampak sibuk menyiapkan tripod. De Setiyana sedang mengelap lensa dan kameranya. Agung Puput sibuk membuka majalah, melihat contoh pose model agar tak mati gaya. Jeng Soes hanya duduk manis sambil sesekali memotret kawan-kawan yang sedang bersiap. Meneer asyik berdiskusi dengan Yogi Kusuma. Beberapa orang adalah wajah-wajah baru. Mereka ikut hunting dari "Candi ke Candi" setelah melihat posting ajakan huntingku di forum diskusi situs fotografer.net. 

Di ujung sana dua orang model turun dari mobil disambut hangat oleh Bronto. Setelah bersiap kami langsung membagi diri menjadi dua kelompok dan dua spot berbeda. Kelompok satu dipimpin Jeng Soes meng-explore sisi utara Candi Plaosan. Kelompok dua di sisi selatan dikomandani Meneer. Aku bergabung di sisi utara. 

Model duduk manis di bawah pohon randu raksasa. Akarnya menjalar mencengkram puing-puing batu candi yang berserakan memenuhi pelataran. Warna merah gaun sang model menjadi point of interest yang memukau. Sebelas orang lelaki jomblo mengarahkan lensa-lensa kameranya berusaha menciptakan gambar terbaik. 

"Mbak, tangan kirinya ditarik ke belakang, kaki kiri naik di atas batu, dagunya didongakkan sedikit ya," dengan ahli Jeng Soes mengarahkan sang model dari sisi kiri. Sementara dari sisi kanan Krisna Aditya memanggil, "Mbak nengok kesini dikit," yang disusul desingan bertubi-tubi suara shutter kamera seperti suara AK-47 di medan perang sana. 

Sementara di sisi selatan, Meneer memimpin kawan-kawan memotret model dengan konsep Srikandi. Model dengan pakaian Jawa ala pewayangan memegang panah berlatar candi Plaosan yang megah. Sinar mentari pagi menerobos dari sisi belakang model, menciptakan rim light yang tiada duanya. Busur dan anak panahnya berpendar layaknya panah api. 

"Bukaan diafragma dibuat selebar mungkin, agar backgroundnya jadi blur," seru Meneer sambil tetap terus memotret sembari mengarahkan gaya Sang Srikandi.

"Shutter speednya berapa mas?" tanya Agung yang masih bingung dengan setting kamera.

"Setting aja kamera pada mode aperture priority, shutter speed akan berubah secara otomatis. Atur bukaan di f dua koma delapan," imbuh Meneer sambil berjalan mendekati Agung yang tampak bingung. 

Setelah puas kami akhirnya meneruskan candi yang lain yaitu Candi Sambisari. Candi ini terletak di Kalasan, dekat Candi Prambanan. Sambisari unik, candi ini terletak di bawah permukaan tanah. Kita menuruni tangga untuk mencapainya. Setelah menyelesaikan aksi, kami pindah ke Candi Sewu kemudian Candi Barong yang terletak ke arah selatan dari Candi Prambanan. 

Ketika hari beranjak sore, setelah menyantap tongseng FN sebagai makan siang yang telat, kami menuju Candi Boko yang terletak di atas puncak bukit Boko. Area Candi Boko begitu luas. Disambut dengan pintu gerbang yang megah, kemudian di ujung kiri adalah tempat membakar jenazah orang yang meninggal. Di sebelah kanan berserakan batu-bantu candi yang belum dirakit ulang, menghias sela-sela beberapa pohon randu yang tumbuh bergerombol mesra berpadu. Di belakang sana terdapat pelataran yang konon katanya adalah tempat para petinggi kerajaan berkumpul. Di belakang bawah ada kolam tempat mandi permaisuri dengan hiasan batu yang berbentuk telapak tangan menghadap ke atas. 

Para model disiapkan di gerbang utama. Sang Srikandi berdiri anggun sambil menghunus busur panah. Sinar mentari sore menerobos dari balik batang dan daun pohon randu raksasa, menyinari Sang Srikandi dari samping kiri. Di belakang sana tampak Gunung Merapi berdiri angkuh seperti menantang Sang Srikandi dengan pongahnya.

Senja semakin senja, matahari hendak kembali ke peraduan. Kami makin keranjingan dengan kamera mengabadikan siluet "Sang Srikandi yang patah hati."  

"Ukurlah eksposur di langit, terus berikan fill in flash ke model," seru Jeng Soes mengingatkan pelajaran yang pernah ia ajarkan beberapa hari yang lalu. 

Sambil mengamati para fotografer menikmati senja yang kian temaram. Aku coba melihat-lihat hasil bidikanku. Kok gambarnya tidak ada yang fokus tanyaku dalam hati. Kemudian aku mendekati Meneer menanyakan apa yang terjadi. Sejenak Meneer memeriksa lalu berujar, "Fokus kamera kamu diset manual, dab. Pantes hasilnya tak ada yang fokus." 

Serta merta langit indah senja itu berubah menjadi mendung, gunung Merapi meraung-raung, kilat menyambar batang pohon randu. Kakiku lemas, tenggorokanku tercekat susah bernapas. 


#30DWCJilid6 #Day9
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Tuesday, May 23, 2017

Pulang ke Jogja

Tak terasa 2 minggu telah berlalu. Off kali ini aku berencana habiskan waktu libur di kota Jogja. Pesawat MD-80 milik Lion Air mengantarkan aku mendarat mulus di Jogja setelah transit sebentar di Surabaya. Sepanjang perjalanan udara tak hentinya ku abadikan awan-awan berbagai bentuk dengan kamera poketku, di atas deretan pegunungan yang membentang di sebagian Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Aku naik taxi menuju kos-kosan di ujung jalan Gejayan, Condong Catur, Sleman. Kos sederhana sejak pertama kali ke Jogja, masih setia kutempati. Sepanjang jalan masih indah kulihat becak-becak berseliweran mengantar penumpang. Bus kota dengan kenek bergelantungan berkejaran rebutan penumpang. Bapak kos menerima kedatanganku dengan ramah. Kubawakan dua kilogram bakso ikan tengiri, buatan koki Attaka. Ikan hasil pancingan di laut lepas. Off ini aku punya rencana besar. Rencana yang mungkin akan mengantarkan aku pada dunia baru. Membeli sebuah kamera DSLR, setelah menabung beberapa bulan. Meski kurangnya terpaksa harus pinjam dari teman. 

"Pilihlah merk kamera yang banyak temanmu pakai. Nanti gampang kalo mau pinjem-pinjem lensa," temanku seorang ahli fotografi menasehati. 

Akhirnya kujatuhkan pilihanku pada Nikon D70, semata-mata karena temanku banyak yang memakainya. Harapanku hanya satu, bisa pinjam lensa tele.

Petang itu, di Djendelo Cafe Gejayan, aku bertemu kawan online fotografer.net (FN). Setelah selama 3 bulanan kami berinteraksi di situs komunitas fotografer paling ramai se-Indonesia ini. Akhirnya aku bisa bersua dengan selebriti FN Jogja atau sering dikenal dengan FN 0274.

"Fotografi itu cukup tahu segitiga exposure saja, udah bisa motret. Atur bukaan diafragma, shutter speed dan ISO, wis ngono wae," ujar Jeng Soes alias Susilo Waluyo, guru fotografi saya yang asli Jogja. 

"Memotret itu harus memakai hati dan konsep bro," sela Yogi Kusuma, ia adalah salah satu asisten "jenderal" Kristupa Saragih, seorang fotografer beken pendiri fotografer.net. 

"Teknik foto itu simpel. Di jaman digital sekarang sapa aja bisa motret. Yang mahal adalah idenya," komentar Suryo Wibowo, seorang street photographer yang baru pulang dari kuliah di Jerman. Karya-karyanya banyak menginspirasiku. 

Tiga orang itu bergantian menjadi mentor dadakan kami yang masih hijau. Aku bersama De Setiyana, Krisna Aditya, Bronto, Agung Puput duduk manis menerima transfer ilmu dari suhu kami itu. Tak terasa waktu begitu cepat larut. Jarum panjang jam di tangan kiriku sudah menunjukkan angka 6, sementara jarum pendeknya di antara angka 1 dan 2. 

"Bro. Ada satu hal lagi yang paling penting dalam fotografi. Tahu gak, bro?" Bronto tiba-tiba bertanya retoris. Kami semua menganga. "Satu hal yang paling penting dan paling dasar adalah kita harus punya kamera, bro untuk memotret hahaha...," Bronto membanyol membuat kantuk kami sirna ditelan makin sepinya malam itu. 

Jam 4 subuh kami berdelapan dengan 4 motor tancap gas menuju utara ke arah Magelang. Hunting pertama ini mengambil tempat di Rawa Pening. Sebuah rawa alam dengan pemandangan eksotis ketika matahari terbit di ufuk timur. Setiba disana suasana masih gelap. Kami menunggu di dermaga sambil merebahkan badan karena sejak tadi kami tak memejamkan mata sedikitpun. Di atas sana bintang-bintang gemerlap. Cahaya bintang dari ratusan bahkan jutaan tahun cahaya itu kami nikmati ditemani suara jangkrik dan suara alam lainnya. Indah sekali malam itu. 

"Siap-siap!" seru Jeng Soes memecah lamunan kami. "Siapkan tripod kalian. Atur bukaan difragma di angka 11. ISO jaga di 200. Shutter speed 15 detik," serunya layaknya seorang guru fotografi dari sebuah School of Photography beken. Beberapa menit kemudian langit timur memerah. Semburat cahaya menerobos bukit-bukit di ujung sana. Pagar dermaga menjadi foreground membuat foto semakin istimewa. Langit pagi yang dramatis. Kami sibuk mencari spot terbaik dan mengatur komposisi dengan aturan "rule of third" seperti yang kupelajari tadi di Djendelo Cafe. Ketika kami lihat hasilnya, air danau halus seperti kapas memantulkan semburat merah langit pagi Rawa Pening. 

Tak lama kemudian lewat seorang nelayan dengan rakitnya memeriksa rumpon-rumpon perangkap ikan lalu lalang di depan kami. Tanpa berfikir panjang kami abadikan siluet nelayan dengan suguhan langit yang mempesona. Tiba-tiba sang nelayan mengeluarkan jaring. Sejurus kemudian kami berhasil membidik siluet nelayan saat melempar jaring. Dahan pohon randu raksasa yang menjorok masuk ke rawa menjadi framing yang indah. Matahari terbit di ujung timur. Siluet maha sempurna untuk pemula sepertiku. 

#30DWCJilid6 #Day8
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Abandon Platform

Para muster leader menghitung jumlah anggotanya. Lalu melaporkan jumlahnya kepada on scene commander. 

"On scene commander, muster station satu mau lapor."

"Go ahead muster station satu."

"Muster point satu, jumlah anggota empat puluh orang, lengkap. Laporan selesai," satu persatu para muster leader melaporkan jumlah anggotanya dengan sigap dan akurat.

Ada 4 muster station di anjungan ini. Masing-masing terdapat brucker capsule berwarna orange. Kapasitas masing-masing capsule 40 penumpang. Satu demi satu para personal mulai memasuki brucker capsule. Aku, Jacky, Nizar dan Topan memasuki brucker capsule nomor 2 bersama karyawan lainnya. Meskipun suasana emergency,  kami masuk antri dan tidak ada yang berdesakan. 

Setelah semua personal memasuki capsule, muster leader memerintahkan coxwain, sang nahkoda brucker capsule, segera menurunkan capsule ke laut. Para penumpang di dalam capsule diam membisu, perlahan kami meluncur dan melaut dengan selamat kemudian capsule kami bergerak menjauhi Alpha yang sedang terbakar. 

Api kian membesar. Tampak di kejauhan sana, kami intip dari jendela brucker capsule, para petugas rescue sepertinya sudah berhasil menyelamatkan korban dan membawanya ke tempat yang aman. Fire fighter tampak masih berjuang memadamkan api yang makin membesar. Nyali mereka diuji pagi itu. 

Brucker capsule kami semakin menjauh meninggalkan anjungan yang terbakar bersama 3 brucker capsule lainnya. Kami bergerak ke atas angin agar tidak terkena asap dari kebakaran. Pak Apris berdiri dengan gagah di tengah capsule. Ia adalah capten kami pagi itu. Ia adalah capten yang sudah bersertifikat setelah mengikuti training berhari-hari di pantai Anyer, Jawa Barat. Kami memanggilnya Komandan Apris. Capsule bergerak smooth meskipun cuaca pagi itu sedikit bergelombang. Ombak setinggi 1 meter tak menyurutkan langkah kami menyelamatkan diri. 

Capsule bergerak ke arah selatan. Melewati STS UA, UB, EB kemudian mengitari 2 anjungan kembar Foxtrot dan Foxtrot Satellite yang terhubung dengan jembatan kokoh. Anjungan berwarna kuning, langit dan air laut berwarna biru, brucker capsule orange membuat warna alam pagi itu begitu indah dan eye catching. 

Komandan Apris mendapat info dari on scene commander bahwa api sudah dapat dikuasai dan kami dipersilahkan kembali menuju anjungan pusat, Living Quarter. 

Selesai sudah latihan tanggap darurat pagi itu. Setiap bulan kami selalu latihan seperti ini dengan skenario tertentu, untuk membiasakan diri jika benar-benar terjadi kebakaran atau situasi darurat lainnya. Kami menyebut latihan ini Fire Drill. Komandan Apris mantap memang bosku. 

#30DWCJilid6 #Day7
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Sunday, May 21, 2017

Kebakaran di Anjungan Alpha

Jam setengah 6 pagi kami sudah di mess hall untuk sarapan pagi. Aku memilih sarapan mie gili dengan telor ceplok pagi itu. Mie gili adalah mie khas Attaka yang dimasak dengan cara spesial. Minumanku jahe hangat plus susu dan sedikit madu menghangatkan dinginnya pagi itu. Suasana sarapan yang akrab dan bersahabat. Sudah sejak jam 5 subuh para karyawan mulai sarapan, karena jam kerja kami dimulai pukul 6 pagi. 

Mess hall ini cukup luas menampung puluhan karyawan untuk menikmati mulai dari sarapan hingga makan malam. Di belakang sana adalah kitchen dengan koki-koki handal yang siap menyajikan makanan untuk kami para pekerja. Di bagian depan disajikan makanan lengkap mulai nasi goreng hingga makanan roti ala bule. Di pojok sana disediakan berbagai jenis minuman jus buah segar. Di dinding belakang sana terpasang foto presiden Megawati Soekarnoputri dan wakil presiden Hamzah Haz.

Belum habis kusantap mie giliku, tiba-tiba terdengar suara alarm tanda kebakaran. Suasana jadi gaduh dan wajah-wajah kami menegang. Jacky, Nizar dan Sapto yang satu meja makan denganku membisu. Beberapa orang menengok keluar berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Lalu terdengar pengumuman dari paging.

"Ada kebakaran di anjungan Alpha, ada satu korban yang harus segera diselamatkan." 

Kami berhamburan keluar. Orang-orang yang masih ada di kamar pun berhamburan keluar mengenakan life jacket. Bapak kepala lapangan memerintahkan petugas emergency response team untuk berkumpul dan menyiapkan team rescue untuk menyelamatkan korban di Alpha. Petugas fire fighting pun bergerak duluan berusaha memadamkan api yang kian membesar. Petugas rescue sebanyak 6 orang bergerak sigap membawa tandu menuju anjungan Alpha. Di ujung sana nampak seseorang tergeletak pingsan. Kapal-kapal mendekat dan menyalakan water canon mencoba atur strategi untuk memadamkan api.

Tak seberapa lama suara paging terdengar lagi, "Api tidak dapat dikuasai, semua harap berkumpul di muster station. Abandon platform abandon platform! Tinggalkan platform tinggalkan paltform!" 

Bapak kepala lapangan memerintahkan semua karyawan berkumpul dan bersiap-siap pergi. Situasi darurat. Suasana makin gaduh. Kita akan pergi meninggalkan platform dengan brucker capsule atau sekoci. Masing-masing dari kami mengambil T-card yaitu sebuah kartu berbentuk T dengan nama kami masing-masing. Kartu ini sebagai penanda bahwa kami sudah berkumpul di muster station. Jika masih ada T-card yang belum diambil dari T-card rack maka para muster leader harus segera mencari karyawan tersebut. Bisa jadi ia salah masuk barisan muster station atau bisa jadi juga ia masih tidur di kamar. Nah untuk yang kedua ini warden harus segera mencari dan membangunkannya ke kamar. Tak ada satu orang pun yang boleh tertinggal jika kita akan abandon platform. 

Suasana masih sangat crowded, wajah-wajah makin menegang. Kukit muka kami memutih karena pucat. Radio komunikasi bersahutan meramaikan suasana pagi yang tak mendung itu. Kebakaran adalah hal paling buruk terjadi di tengah laut terpencil ini. Bantuan tim SAR tak bisa segera datang. Maka dari itu kita harus bisa menyelamatkan diri sendiri. 

Jacky terlihat tegang, berkali-kali tangannya memutar-mutar pulpen di jari kanannya. Topan tampak setengah memejamkan mata berusaha berdoa. Sementara Nizar mencoba membantu menenangkan barisan. Aku jadi ingat dengan Bapak Ibuku di rumah. 

#30DWCJilid6 #Day6
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Eppa Madikkaneng Magello

Kami adalah trainee FDT (Field Development Training) angkatan kedua yang terdiri dari 60 orang dari berbagai kota dan lulusan bermacam kampus dari seluruh wilayah di Indonesia. Unity in Diversity. Sebanyak 15 orang ditempatkan di North Offshore Area dan aku berempat bersama Jacky, Topan dan Nizar menjadi satu team, satu schedule dan kadang satu kamar di hotel. 

Jacky adalah sahabat satu team saya yang pertama. Nama lengkapnya Jacky Wasito asli dari Mojokerto, suka makan soto dan bakso. Perawakannya tinggi, 173 cm. Ia adalah salah satu pemain bola handal team kami FDT jika bertanding antar perusahaan saat training di Cepu dulu. Ia biasanya menjadi stricker, sang eksekutor pencipta goal terbanyak sepanjang sejarah FDT 2. Jacky terkenal sebagai cowok setia, karena terbukti dari gaya rambutnya dari dulu tak pernah berubah, belah tengah gaya Tao Ming She. Ia mengaku belum pernah pacaran sejak TK hingga kuliahnya kelar di Surabaya. Meskipun anak orang berada, penampilannya begitu sederhana, tak pernah memamerkan kekayaaan orang tua, apalagi memamerkan kekayaan tetangga. Ia adalah Albert Einstein di team kami, ia selalu menjadi pemberi solusi tatkala ada masalah. Jacky adalah anak muda tipe pemikir dan pekerja keras. Ia suka dengan detail, saking detailnya ia bisa hapal sisa uang di dompet kami, tiga orang sahabatnya satu team. Luar biasa. Ia juga penggebuk drum di team kami, band kegemarannya adalah Padi dan Dewa 19.

Sahabat satu team ku yang kedua adalah Topan Baskoro asli dari Ngayogyakarto Hadiningrat. Ia adalah fans berat Bung Karno. Puluhan buku tentang Bung Karno tak terlewatkan ia koleksi, namun perkara sudah dibaca semua atau belum, saya tak terlalu paham. Ia sangat nasionalis, jika bicara soal membela tanah air ia maju pada barisan depan. Jika negaranya dihina ia bisa jadi pasukan berani mati. Ia sangat benci dengan negara adikuasa, saking bencinya ia tak mau membeli produk-produk dari negara adikuasa, paling mentok pinjem ke teman. Topan adalah provokator di group kami, ia bisa jadi seorang orator handal jika disuruh bercerita tentang kisah pasukan gerilya menggempur pasukan Belanda pada jaman perjuangan dulu. Ia satu-satunya group kami yang tak bisa main musik, jika latihan ia biasanya jadi penyanyi latar. Sementara kami ngejam session, kadang ia kami suruh untuk berpidato saja layaknya Bung Tomo di Surabaya saat jaman kemerdekaan atau membaca puisi Chairil Anwar "1942". Ia mengaku tak mau lagi pacaran, karena pernah sakit hati. Ketika itu dia nembak seorang gadis paling cantik di kelasnya tapi ditolak gara-gara ia kuliah hanya naik bus. Orang tuanya yang hidup pas-pasan tak mampu membelikannya sepeda motor apalagi sebuah mobil mewah. Kemudian hari ia akhirnya tahu, si gadis ternyata sudah punya suami. 

Nizar adalah motor penggerak di team kami, penggemar Elvis Presley si raja rock and roll. Ia biasanya paling sering berinisiatif mengambil keputusan krusial jika menyangkut masalah finansial di team kami. Apalagi untuk urusan cetak mencetak foto di studio cetak, ini harus diatur dengan matang. Ambisius, ia sering memaksakan keinginannya, namun ia selalu berhasil membujuk kami dengan berbagai rayuan gombal. Ia adalah pemain gitar sekaligus vokalis kami. Jika sudah asyik bernyanyi kadang ia suka lupa diri. Nizar berwajah paling bule diantara kami, karena ia memang keturunan timur tengah. Leluhurnya dulu konon berasal dari Yaman.

Aku adalah tukang foto yang gemar menabung di group ini. Aku sering kebagian menjadi tukang foto dan sudah nasib jadi jarang punya foto sendiri. Aku biasanya main bas dan group band favoritku adalah The Beatles. Obsesiku sederhana, ingin sekali foto di zebra cross di jalan Abbey Road, studio dimana The Beatles pertama kali rekaman. Aku ingin sekali menjadi fotografer terkenal. Saking kepinginnya aku rela menabung, menyisihkan sebagian uang saku selama training ini, agar nanti bisa membeli sebuah kamera profesional. Jika kawan-kawan sibuk membuka buku belajar tentang minyak bumi, aku lebih suka keliling kompleks membawa kamera poket kesayanganku, memotret apa yang bisa difoto. Jika ada kegiatan latihan band, dengan sigap aku menelfon berbagai studio dan menanyakan harga latihan per jam. Kemudian mengumpulkan uang patungan dari teman-teman untuk dibayarkan saat latihan selesai. 

Kami adalah team yang kompak. Jika menemui sebuah masalah, Jacky biasanya bagian menganalisa, kemudian Topan diberikan tugas untuk mencari tahu efek domino ke depan, aku biasanya bagian logistik menyiapkan segala sumber daya lalu Nizar yang memimpin mengambil keputusan di ujung diskusi.

#30DWCJilid6 #Day5
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar

Eppa Madikkaneng Magello = empat sahabat karib


Saturday, May 20, 2017

Pak Samad The Last Tubing Bender

Langit pagi itu sedikit mendung, awan-awan stratokumulus ramai memenuhi langit sehingga sinar mentari meredup, cuaca jadi tidak terlalu panas. Lautan begitu tenang seperti danau. Fenomena alam seperti ini sering terjadi, sehabis diguyur hujan deras, lautan bisa berubah jadi tenang, permukaannya biru tanpa ombak seperti kaca. 

Jam 7 pagi Pak Samad sudah bersiap di well area anjungan Alpha. Satu toolbox lengkap selalu menemani kemanapun ia bekerja. Tangan-tangan kekarnya sudah mencengkeram tubing bender 1/2 inci. Meteran ada di saku celana kiri. Di saku celana kanannya ia kantongi sebuah tubing cutter dengan cat mengelupas, saking lama dan seringnya dipakai. Di saku bajunya menyelip nut dan ferrull berbagai ukuran. Pensil 4B menyelip di telinga kanannya, layaknya tukang bangunan. Pak Samad dikenal sebagai seorang ahli bengkok tubing kawakan. Di masa kerjanya yang sudah 25 tahun ini, ribuan batang tubing telah ia bengkokkan, mulai dari ukuran 1/4, 3/8, 1/2 hingga 3/4 inci. Tubing-tubing stainles steel kelas oil company lepas pantai semua takluk di tangan-tangan kekarnya yang cekatan. Jika dikumpulkan, mungkin Pak Samad sudah membengkokkan tubing hingga ke bulan. 

Ia menyeka keringat di pipinya yang mulai keriput. Hari itu Pak Samad sedang membuat jalur tubing untuk sebuah alat pendeteksi tekanan. Sumur minyak Alpha-5 sudah lama mati suri. Para petroleum engineer di kantor pusat di darat sana memerintahkan lapangan untuk menghidupkan kembali agar produksi minyak bertambah. Maka dari itu, agar aman, sebuah sumur harus dilengkapi dengan berbagai macam safety device, salah satunya adalah alat pendeteksi tekanan alias pressure switch. Pressure switch ini bekerja jika tekanan di pipa sumur ini melebihi atau kurang dari setting yang diinginkan. Sebuah keran yang bisa menutup otomatis akan menutup jika tekanan pada pipa melebihi atau kurang dari setting. Semuanya serba otomatis. 

Aku dan Nizar mendapat tugas berguru pada Pak Samad hari itu. Pak Samad dikenal sedikit bicara. Jika ia sedang bad mood ia bisa jadi orang bisu atau patung yang bisa bergerak. Tapi dengan sedikit trik, aku dan Nizar telah menemukan cara mendekatinya. Nizar yang jago menggombal, berusaha pedekate ke Pak Samad sang Tubing Bender. 

"Halo, lagi apa nih Pak Samad?" tanya Nizar dengan nada sangat bersahabat. Pak Samad diam seribu bahasa, matanya masih tajam menatap tubing-tubing yang ia bengkokkan. Jari-jarinya masih sibuk memasang nut dan ferrull di ujung tubing setelah ia potong dengan cutter. Tampaknya basa-basi Nizar jadi basi pagi itu. Nizar tak kehabisan akal, ia gunakan jurus nomor dua. 

"Pak Samad, bagaimana hasil pancingan hari ini?" cobanya lagi berusaha memecah es batu yang belum mencair pada pagi yang tak terlalu terik itu. Serta merta wajah Pak Samad menjadi sedikit rileks. Mulutnya agak bergetar seakan hendak mengucap kata. 

"Sini Pak saya bantu," ucapku karena sepertinya Pak Samad butuh bantuan walaupun hanya bantu memegang saja. Tiba-tiba terdengar kata pelan dari mulut dengan gigi yang sudah mulai ompong. 

"Kalo bengkok tubing itu dari awal tak boleh salah," kami mendengar dengan seksama, "Sedikit saja awalnya salah maka di ujung sana akan banyak melencengnya," tambahnya pelan. 

Kemudian dengan sekali sentuhan, pekerjaanya selesai. Ia lalu menyuruh kami mengetes sistem shutdown sumur Alpha-5 yang sudah ia pasang sejak tadi. Aku tarik sigma valve yang menempel di body sumur, lalu tekanan angin memenuhi pressure switch dan wing valve membuka. Selesai sudah tugas Pak Samad hari itu. Sumur Alpha-5 mengeluarkan suara berdesing, minyak mengalir dengan garang. Produksi hari itu bakal bertambah, para juragan di kantor pusat sana pasti senang bukan kepalang. Harusnya Pak Samad mendapat penghargaan karena ikut membantu bertambahnya produksi. 

Disamping sebagai the best Tubing Bender di Attaka, ia juga terkenal jago mancing. Ia lebih senang bercerita soal mancing daripada masalah produksi minyak. Karena mancing adalah hiburan satu-satunya tatkala ia sedang on duty di laut. Ia tak terlalu suka nonton TV, menurut dia TV hanya menyiarkan tipuan, semuanya tipu-tipu belaka. Apalagi yang punya TV adalah penguasa, maka semua siaran hanya tipuan belaka, demikian menurutnya. Jam makan siang pun tiba.

"Gak makan siang kah?" tanya dia dengan logat khas orang Banjar.

Kami memilih menemani Pak Samad siang itu mancing sebelum kembali ke Living Quarter untuk makan siang. Pak Samad mengeluarkan peralatan mancingnya, ia hanya pakai gulungan dan tali tanpa batang pancing. Umpannya ia gunakan ayam mentah yang dikaitkan kuat pada ujung kail. Ia amati arah arus air laut. Arus atas bisa tidak sama. Sebelum melempar kail ia mengucap mantra sakti andalannya "Tuk tuk kirawas, kalo matuk jangan lawas..."

30DWCJilid6 #Day4
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Friday, May 19, 2017

Negara Kita Sebenarnya Kaya

Langit pagi ini cerah biru tanpa awan sedikit pun. Angin bertiup dengan kecepatan 7 knot dari utara menuju selatan. Suara turbine compressor 150 dB berdesingan mengkompres gas alam dengan kapasitas 35 ribu kaki kubik per hari, menuju Santan Terminal. Suara shipping pump menggetarkan anjungan memompa minyak mentah 13 ribu barel per hari ke daratan sana. Tak ada kicau burung di atas pepohonan yang menghias pagi di lautan. Tak ada nyiur melambai. 

Pagi itu kami berempat ditemani mas Ricky Samuel, senior production operator yang akan mengajak kami keliling Production Platform dan Compressor Platform. Pagi itu kami akan belajar bagaimana minyak bumi diproses. Production adalah anjungan pusat yang menerima minyak dan gas dari anjungan remote yang terletak di kejauhan sana. 

Anjungan remote adalah tempat dimana sumur-sumur minyak mengeluarkan minyak atau gas. Kemudian pipa-pipa 16 inci mengalirkan minyak dan gas dari anjungan remote, diterima oleh sebuah separator di anjungan pusat. Minyak tersebut secara alami dipisahkan menjadi 2 fase yaitu menjadi minyak dan air. Minyaknya langsung dikirim ke darat untuk dijual. Sedangkan airnya diolah dahulu sebelum dibuang ke laut lepas. 

"Negara kita sebenarnya kaya banget, coy!" kata mas Ricky dengan semangat ampatlima. 

"Coba bayangin tiap hari kita memproduksi 13 ribu barel minyak untuk dijual.  Itu setara dengan 16 milyar perhari. Belum lagi gasnya sebanyak 35 ribu kaki kubik per hari. Itu setara dengan 7 milyar, coy!" sambungnya panjang sembari membenarkan posisi safety helmetnya. 

"Tapi kenapa masih banyak orang miskin di negeri ini, coy?" cetusnya tak terima. 

Topan tampak mulai sumringah. Ia sangat tertarik dengan cerita semacam ini. Ia sangat peduli dengan berita-berita bagaimana rakyat bisa miskin di negeri yang katanya kaya ini. Ia sangat antipati dengan negara adidaya yang mengeruk rakus kekayaan negaranya. 

"Apa yang bisa kita lakukan, mas Ricky?" Topan memotong berapi-api. 

"Ah kalian pikir sendirilah. Kalian belajar dulu yang banyak. Baru juga sehari di laut," seru mas Ricky meremehkan. Muka Topan jadi masam. 

Kemudian kami berpindah ke Compressor Platform yang terletak di anjungan sebelah. Jembatan menghubungkan keduanya. Sepanjang jalan kami melalui pipa-pipa dengan diameter beragam. Di ujung sana ada beberapa pekerja yang sedang membangun scafolding untuk orang yang akan bekerja di ketinggian. Begitulah di perusahaan minyak, safety adalah segalanya. Keselamatan pekerja adalah prioritas utama. 

Diujung sana ada pekerja lain yang sedang membuka-buka baut di sebuah pipa berdiameter 8 inci. Diameter bautnya saja 7/8 inci. Baut yang sudah karatan harus dibuka dengan cara dipukul. Keringat mereka bercucuran. Seorang pekerja berpakaian merah memeriksa dengan gas detector. Memastikan tak ada setitik pun gas bocor keluar dari pipa. 

Tak terasa siang pun berlalu. Kami kembali ke Living Quarter untuk makan siang. Topan masih tampak gusar. Sepanjang siang hingga sore ia masih sering melamun. Mungkin masih belum bisa lepas dari pikirannya, seandainya ladang-ladang minyak seperti ini bisa dikuasai oleh perusahaan anak negeri, betapa kita akan menjadi negara super kaya. Dan yang paling penting tak akan ada rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. 

30DWCJilid6 #Day3
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Thursday, May 18, 2017

Attaka The Giant Field

"Zar! De! Coba lihat!" seru Jacky sambil menunjuk alat band lengkap di bawah helipad yg kami naiki tadi. Di bawah helipad ternyata ada semacam hall yg berisi panggung di bagian belakang. Disana ada alat band lengkap mulai dari gitar, bas, keyboard dan drum. Mixer dan lighting melengkapi dengan mewahnya. 

"Ini sih alatnya kelas konser semua bro. Kita bisa main sepuasnya," sergah Topan.

"Gak kayak di Cepu dulu, susahnya setengah mati cari studio yang bisa disewa. Sekalinya ada muahaaall abis," kenang Nizar berapi-api.

"Oke. Sekarang kita tes yuk," seruku seru. Yang lain langsung bergerak tanpa menjawab. 

Joko langsung memainkan drum di belakang sana. Nizar menyetel gitar sambil sesekali memainkan rhythm rock n roll. Aku siapkan bass sembari meminta Topan mengambil mikrofon. Akhirnya Blue Suede Shoes membuka siang yang cerah itu. Kami konser tanpa penonton dengan alat musik gratis dan bisa dipakai sesuka hati. 

Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari paging system, dari speaker TOA yang terpasang di beberapa sudut anjungan.

"Anak-anak FDT ditunggu kehadirannya di meeting room sekarang juga! Sekali lagi anak-anak FDT ditunggu kehadirannya di meeting room sekarang untuk briefing!" Entah siap yang memanggil di bawah sana.

Kami meluncur ke bawah menuju meeting room. Disana sudah berkumpul semua. Pak Slamet Hartono kepala bagian produksi akan sharing seputar lapangan yang akan kami jelajahi selama 9 bulan ini. 

"Lapangan Attaka adalah salah satu lapangan dengan cadangan minyak terbesar di Indonesia. Sesuai namanya yaitu Attaka dalam bahasa Jepang artinya besar, karena itu Attaka juga dijuluki the Giant Field," seru pak Slamet Hartono bersemangat membuka sharing session sore itu.

Attaka terletak di sebelah timur Kalimantan Timur, tepatnya sekitar 50 km ke arah tenggara dari kota Bontang, dekat sekali dengan garis katulistiwa. Attaka bisa dicapai dari Balikpapan dengan perjalanan helikopter selama 50 menit atau dengan boat selama 6 jam. Namun biasanya kami crew change dengan pesawat dari Balikpapan menuju Santan Terminal selama 50 menit. Lalu dilanjutkan dengan crew boat selama 1 jam. Anjungan-anjungan di Attaka adalah tipe fixed platform atau terpancang ke dasar laut yang kedalamannya sekitar 60 meter dan termasuk kategori laut dangkal. Anjungan sentral Attaka terdiri dari 4 anjungan yaitu Living Quarter yg berisi kantor dan tempat tidur, Production Platform tempat mengolah minyak dan gas, Compressor Platform tempat turbine compressor yang bertugas mengirim gas ke darat dan Alpha Platform tempat 15 sumur minyak dan gas berproduksi. Keempat anjungan itu dihubungkan dengan jembatan selebar 1 meter. 

Schedule on the job training kami adalah 2-1 dengan 2 minggu on duty dan 1 minggu off duty. Selama off duty adalah saat benar-benar libur dari pekerjaan dan kami boleh kemana saja termasuk pulang kampung. Banyak diantara karyawan disini yang commuting yakni pulang ke kampung halaman ketika off.  

Team di Attaka Field ini terdiri dari multi fungsi. Mulai dari team operation, maintenance, engineering, drilling, catering hingga akomodasi dan logistik. Karyawan dari berbagai suku dan agama bergabung menjadi satu bekerja dengan rukun dan damai. Jam kerja kami adalah six to six alias jam 6 pagi hingga jam 6 sore. 

Sehabis sharing pembuka yang panjang lebar, kami dipersilahkan istirahat. Aku, Jacky, Nizar dan Topan memilih pergi ke helipad. Mumpung cuaca cerah dan langit berwarna biru bertaburan awan putih. Di sebelah utara cumulonimbus mini bergumpal tebal di atas anjungan Hotel dan Juliet. Di sebelah timur awan stratokumulus menghias langit biru di atas anjungan Charlie, Delta dan Bravo. Di sebelah selatan Cirrocumulus menghias bisu anjungan Foxtrot, Golf, November hingga Oscar. Dan di bagian barat awan altokumulus memenuhi langit seperti sisik ikan raksasa di langit sana. 

Akhirnya matahari terbenam, awan altokumulus memerah dan langit senja itu menjadi fotogenik, begitu dramatis. Soundtrack sore itu adalah desingan turbine compressor, debur ombak Selat Makassar dan angin laut dari balik anjungan. Siluet kami berempat adalah "best photo of the day." 

30DWCJilid6 #Day2
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


Wednesday, May 17, 2017

Platform First Date

Angin bertiup sepoi, ombak pecah di buritan kapal. Crew boat Perkutut mengantarkan aku menembus malam gulita, ke arah barat mengejar matahari terbenam, ke daratan Santan Terminal. Perjalanan 1 jam ini tak terlalu melelahkan karena esok aku kan bertemu denganmu, pujaan hatiku. Dua minggu aku bergumul dengan karat, bersetubuh dengan angin laut lalu diselingkuhi suara turbine compressor. Senja sempat berkhianat padaku, karena ia sirna di ujung barat sana, tanpa memunculkan pesona indah langit berwarna merah yang biasa aku abadikan dengan kamera dari hape butut kesayangan, hadiah ulang tahunku, 3 tahun lalu.

Lamunanku berkelana ke 14 tahun lalu, tepatnya 13 September 2003 pertama kali aku menginjakkan kakiku di anjungan besi ini, anjungan lepas pantai yang diberi julukan The Giant Field. Kami berjumlah 15 orang naik pesawat Dash-7 berkapasitas 50 orang terbang dari Balikpapan menuju Santan Terminal selama 50 menit. Lalu dua boat kembar Sarah dan Indriani menjemput kami dengan elegan. Mengantarkan kami yang masih culun, ke lapangan minyak lepas pantai terbesar di Indonesia ini. Kala itu ombak begitu tenang, boat menembus Santan kanal tanpa halangan, lalu mengarungi lautan Selat Makassar 50 km ke arah timur. Pagi itu sekitar jam 10 kami tiba di Giant Field, ketika kepala kami menengok keluar jendela boat, kami melihat bangunan raksasa, alangkah besarnya. Besi-besi kuning terpancang kokoh membelah samudera, di atasnya bergelantungan belasan manusia yang kelak akan menjadi guru-guru kami selama 9 bulan ke depan. Suara-suara 9 unit turbin kompresor bergemuruh seperti suara mesin pesawat yang akan take off. Kami meloncat dengan susah payah ke landing boat, lalu menaiki puluhan anak tangga menuju Radio Room. Kemudian berkumpul di sebuah ruangan kabin yang bertuliskan "Rec Hall". Disini kami diberikan pengarahan mengenai rute keselamatan jika terjadi bahaya. Alarm akan berbunyi jika ada kejadian emergency. Tak lama kemudian kami makan siang di ruangan sebelah yang bertuliskan "Mess Hall". Menunya lengkap seperti di hotel bintang lima tempat kami menginap selama 3 hari kemaren di Balikpapan.

Kemudian kami diantarkan ke kamar kami masing-masing. Kami menempati sebuah kamar dengan kapasitas 4 orang per kamar. Satu kamar terdiri dari 4 bed yang bertingkat dua. Meskipun sempit namun kami merasa lapang karena pengaturannya begitu rapi. Aku sekamar dengan Nizar, Jacky dan Topan. Kami istirahat sejenak menikmati empuknya kasur dan alunan suara turbine compressor di luar sana terdengar sayup-sayup saja karena kamar ini dirancang kedap suara. Aku keluarkan laptop lalu menyalakan lagu Manusia Bodoh milik Ada Band. Kamar kami terletak di lantai 3, sedangkan Rec Hall dan Mess Hall ada di lantai 1. Tepat di atas kami ada tempat berkumpul di lantai 4 dan di atasnya ada helipad tempat helicopter mendarat jika ada penerbangan ke lepas pantai ini.

Aku dan Nizar keluar kamar lalu menuju helipad. Menatap sekeliling kagum. Belasan anjungan kecil-kecil tersebar seolah mengelilingi anjungan pusat yang kami tempati ini, Living Quarter. Anjungan itu diberi nama sesuai dengan abjad mulai dari Alpha, Bravo, Charlie, Delta, Echo Baru, Foxtrot, Golf, Hotel, India, Juliet, Lima, Oscar, UA, UB dan November. Sepanjang cakrawala terhampar lautan lepas. Tak terlihat daratan sedikitpun di arah barat sana. Tiba-tiba dari bawah sana terdengar suara Jacky memanggil tergesa. Entah apa yang terjadi, aku dan Nizar segera turun ke bawah helipad.

#30DWCJilid6 #Day1
#kisahcinta
#kuliminyaklepaspantai
#selatmakazzar


30 Days Writing Challenge Jilid 6

"Great things are done by a series of small things brought together."

Mulai hari ini 17 Mei 2017 saya mencoba mengikuti 30 Days Writing Challenge Jilid 6. Saya tergabung ke Squad 2 yg terdiri dari 10 Fighters. Ada 100 peserta yg dibagi menjadi 10 Squad. Masing-masing peserta (Fighter) diwajibkan mengirim tulisan setiap hari. Doakan saya berhasil mengikuti tantangan ini ya. 

#30dwc #30dwcdeclaration #jilid6 #squad2 #selatmakazzar #kisahcintakuliminyaklepaspantai

Attaka Trip 2 - After FFD

03 - 16 Mei 2017
"Dont try to be perfect. Try to be yourself"

On ini dimulai dengan FFD dan FCE di Pasir Ridge Clinic. Esoknya aku disuruh ikutan meeting IPSO yang membahas project on going dan peluang lean sigma. Berangkat ke Attaka pada hari Sabtu bersama Widodo dan Puguh. Hari itu ada fire di CP 301B. Esoknya hari Minggu ada standown meeting, bikin reimbursement operasi dan juga transfer beli saxophone. Learn new thing bro. PM Production. PM and function test C dan D. Sosialisasi Chevron Way dan relearning telemetri Attaka L. D deluge rusak. LQ MSW refreshment. Prepare inteligent pig Oscar. Selasa sore aku ke Santan bersama Cak Yasin dan Johansyah. Bisa tiba di Bali jam 2 sore dijemput istri.

Thursday, May 11, 2017

Situs Telkomsel Kena Hacked

Beberapa waktu lalu website Telkomsel kena hacked. Si hacker mengeluarkan kata2 kotor mencaci harga mahal paket data Telkomsel. 

Telkomsel raih pendapatan Rp 86,72 T di tahun 2016 dengan 173 juta pelanggan. Hampir 14x lipat APBD Bali 2017 (Rp 6,2 T), atau setara 22x lipat kekayaan Sandiaga Uno (Rp 3,8T). 

Turunin dikitlah keuntunganmu bosku. Biar rakyat kecil tak terlalu berat dengan tarif langitanmu. Biar anak2 ABG bisa punya jatah internet lebih lama. 

Perlunya Second Opinion

Pada tanggal 3 April kemaren saya melakukan MCU tahunan di Prodia Denpasar. Ada beberapa finding yang perlu menjadi perhatian:

1. Berat badan yang berlebih. Berat di Prodia ditimbang 88. Naik 13 kg selama saya bekerja 1.5 tahun di WSN. Dengan berat segini BMI saya 33 termasuk obesitas. Untuk mencapai BMI ideal 25 saya perlu menurunkan 22 kg menjadi 66 kg. Namun agar status menurun menjadi overweight, minimal diturunkan 79 kg agar BMI 30. Tanggal 7 Mei kemaren saya konsultasi dengan Nutritionist dan mendapat beberapa rekomendasi. Doakan semoga berhasil. 

2. Ada kristal pada air kencing dan terdapat kandungan kristal. Diduga karena sering mengkonsumsi imunos atau permen kopiko. Harus banyak minum air putih 2 liter per hari. 

3. LDL di atas normal, meskipun kolesterol total masih di bawah 200. 196 adalah angka waspada. Kurangi makan enak dan hindari makanan dengan kolesterol tinggi, termasuk gorengan, seafood hingga jeroan. 

4. Thyroid nodul. Pembengkakan tiroid mendesak trakea dari hasil rontgen. Akhirnya saya operasi tanggal 21 April kemaren, khawatir akan membuat sesak nafas.

5. LVH
Hipertrofi ventrikel kiri atau dalam bahasa inggrisnya Left Ventricular Hyperthropy (LVH) singkatnya merupakan penebalan atau penambahan massa otot atau miokardium dari ventrikel kiri sebuah jantung. Gejala lainnya tidak mendukung karena saya tidak darah tinggi dan tidak ada gejala sesak napas atau nyeri dada. Akhirnya melakukan EKG ulang sekaligus echocardiography (USG) jantung dengan hasil normal. Syukur banget tidak ada apa-apa. Inilah mengapa perlunya 2nd opinion. Karena bisa jadi ada alat yang rusak atau kondisi pemeriksaan yang tidak benar sehingga hasil yg didapat tidak aktual. 

Namun jika kita sering menyalahkan alat ketika hasilnya buruk. Apakah kita tidak perlu waspada jika hasil MCU kita baik-baik saja? Jangan-jangan sebenarnya ada penyakit namun karena alatnya sedang rusak maka hasil tes menyatakan baik-baik saja. Yang lebih penting adalah mewaspadai setiap gejala yang kita rasakan. Kita yang paling tahu setiap perubahan atau sesuatu yang tak enak terjadi pada tubuh kita. Mudah2an kita semua selalu diberikan kesehatan lahir bathin.

Wednesday, May 03, 2017

Operasi Nodul Thyroid 21 April 2017

Salah satu bagian tubuh yang memiliki peran vital dalam menopang kehidupan kita adalah kelenjar tiroid. Kelenjar ini merupakan produsen sekaligus tempat penyimpanan hormon yang membantu mengatur detak jantung kita.

Selain detak jantung, kehadiran hormon tiroid juga penting dalam membantu mengatur tekanan darah, suhu badan, dan proses mengubah makanan menjadi energi. Dengan kata lain, kehadiran kelenjar tiroid penting sekali karena hormon yang dihasilkannya berdampak kepada fungsi tiap sel dalam tubuh. Bila hormon dari kelenjar ini kurang, manusia akan mengalami pertumbuhan dan metabolisme tubuh yang tidak normal.

Salah satu penyebab pembengkakan kelenjar tiroid adalah kekurangan yodium. Seseorang juga lebih berisiko mengalami pembengkakan kelenjar tiroid jika keluarga mereka pernah mengalaminya, memakai obat tertentu, terpapar radiasi, atau sedang hamil.

Saat mengalami gondongan yang tidak parah, mungkin tidak ada gejala apa pun yang dirasakan tubuh. Namun pada kondisi di mana pembengkakan yang terjadi cukup besar, dapat timbul gejala sesak napas, sulit menelan, batuk, atau suara serak.

Terdapat beberapa alasan perlu dilakukannya prosedur operasi pengangkatan kelenjar tiroid (tiroidektomi) yaitu :
1. Terjadi pembengkakan kelenjar tiroid yang cukup besar sehingga membuat kesulitan menelan atau bernapas
2. Untuk memastikan diagnosis kecurigaan kanker tiroid dan penanganan kanker tiroid

Beberapa komplikasi atau resiko yang dapat muncul dikarenakan prosedur tiroidektomi seperti :
- Perdarahan paska operasi
- Infeksi
- Penyumbatan jalan nafas disebabkan oleh perdarahan
- Gangguan pada saraf disekitar kelenjar tiroid
- Gangguan pada kelenjar dibelakang kelenjar tiroid yaitu kelenjar paratiroid dan dapat menyebabkan kondisi hipoparatiroid
- Hipotiroid

Histori kelenjar tiroid saya.
14 Okt 2016 : pertama kali sadar ada benjolan
15 Nov 2016 : pertama periksa ke dokter penyakit dalam, cek lab dan USG (Kasih Ibu Tbn dr. Daru Dama)
17 Nov 2016 : dr Daru merujuk ke dr.bedah
9 Des 2016 : ke dokter Sp.Onkologi (Wawan Tirta RSKI Dps) -- cek lab, xray, FNAB
28 Jan 2017 kembali kontrol dr. Wawan menyarankan operasi. 
3 Apr 2017 : Annual MCU Prodia Dps dan hasil x-ray trakea sudah didesak nodul tiroid. 
13 Apr 2017 : status unfit dr dokter perusahaan. Rekomended segera operasi
17 Apr 2017: 2nd opinion ke dokter Surya Wisesa di Prima Medika. Sama menyatakan operasi
19 April 2017 konsultasi pra-operasi dr. Wawan Tirtayasa.
21-24 April 2017 operasi dan rawat inap RSKI Dps.
26 Apr 2017 konsultasi pasca operasi. Hasil PA menyatakan papillary carcinoma dgn level well differensiated. 
28 Apr 2017 buka kahitan dan pemeriksaan IHK di Prima Medika.
2/3 Mei 2017 FFD dan FCE for return to work di Pasir Ridge Clinic.

Berikut hasil konsultasi sore ini 26 April dgn dr. Onkologi. Beberapa alasan kenapa tidak diangkat thyroid satunya dan tidak ada pengobatan/terapi lanjutan:
-Usia pasien masih muda (37thn) resikonya sangat kecil.
-Ukuran CA kecil penampang 5x3,5 cm dari ukuran total lobus thyroid dextra 7x5.5x5 cm disertai jaringan isthmus ukuran 4x0.8x0.5 cm. 
-Kategori CA papillary carcinoma tergolong paling jinak dgn level well differensiated. Tingkat kesembuhannya cukup tinggi. 
-Karena level jinaknya, monitoring (USG) cukup dilakukan 6 bulan ke depan.
-Sudah diambil thyroid kanan yg mengandung sel CA dan sudah diperiksa thyroid kiri saat operasi dan dinyatakan "bersih". Perlu ditanya apakah dr. melakukan FNAB untuk ini?
-tidak perlu minum obat seumur hidup.
-obat diberikan pasca operasi Euthyrox dgn dosis 1 x 100mg yg diminum sebelum makan selama 10 hari ke depan. Perlu cek TSH darah setelah sebulan konsumsi obat ini.

Pemeriksaan IHK dan molekular tes akan dilakukan kemudian. 

Obat pasca operasi: 23 Apr
- Claneksi 500mg FC Tab 3x1 antibiotik
- Celebrex 200mg 2x1 anti radang
- Sanmol forte 650mg 4x1
- Obat batuk Ambroxol HCl 3x15ml sd mkn

Pasca operasi/cabut jahitan 26/28 Apr
- Methyl pred 4mg 2x1 anti radang
- Euthyrox 100mg 1x1 sblm sarapan ganti thyroid

Hasil konsultasi dan FFD dgn dokter Agus 2 Mei 2017 : 
- belum bisa dipastikan penyebab utama kanker
- belum bisa dipastikan juga makanan  pembunuh kanker namun terapkan gaya hidup sehat untuk memperkecil peluangnya
- lanjutkan pemeriksaan IHK.
- lakukan USG (atau yg lebih advance adlh tiroscanning) setelah 6 bulan atau sebelumnya jika ada keluhan.
- type CA adalah paling ringan dgn level yang memiliki tingkat kesembuhan tinggi.
- dokter menyimpulkan saat ini sudah bersih
- dokter menyarankan utk menanyakan status "bersih" thyroid kiri apakah sudah dilakukan FNAB dll?
- Papillary Carcinoma adalah paling umum dalam nodul tiroid (80% kasus).
- Efek samping konsumsi obat pengganti hormon thyroid adalah tremor, sesak napas atau jantung berdebar. Sejauh 7 hari ini tidak ada gejala tersebut dan bisa dilanjutkan. 
- semakin awal diketahui penyakit semakin bagus. Penanganan lebih gampang dan tingkat kesembuhan lebih tinggi. 
__________________________________________

Daftar pertanyaan

PASCA OPERASI:
- Apakah rootcause utama agar bs dihindari
- Apa penyebab membengkak apa kurang yodium
- Apakah mungkin tyroid satunya akan membesar
- Apa yg perlu di treatment ketika hanya pny 1 tyroid
- Apa perlu cek fungsi tiroid berkala? Berapa bulan sekali cek darah?
- Brp hr bs olahraga

PRA OPERASI
- Bisa selain operasi?
- Efek samping operasi
- Ada konsumsi obat pasca operasi?
- apakah hidup normal pasca operasi?
- Apakah perlu cek lab lg saat operasi
- Jika ada sel kanker apakah langsung operasi kedua?
- Brp hari pemulihan?
- Brp hari bisa pulang?
- Prosedur operasi
- Bius total?
- Brp lama bius?
- Apakah ada kejadian ternyata kanker?
- Apa perlu tes TSH lagi?

http://www.alodokter.com/risiko-penyakit-yang-mengintai-kelenjar-tiroid
http://m.liputan6.com/health/read/685666/nodul-tiroid-benjolan-padat-atau-cairan-dalam-tiroid

Obat minum seumur hidup levothyroxine

Tetap berdoa dan berusaha, ikhlas dan bersyukur setiap saat. Semoga kesehatan menyertai kita semua.