Thursday, October 31, 2013

MCU Mertua

Pada hari Selasa lalu aku dan istri menjenguk seorang kerabat yg opname di RS Tabanan. Sakitnya belum ketahuan meskipun sudah 3 hari opname, hanya diberi infus dan sudah transfusi darah 3 kantong. Kata dokter besok baru dirontgen.

Melihat keadaan ini, aku dan istri sepakat untuk memeriksakan Aji ke dokter di kota. Beberapa hari lalu Aji ke dokter karena keluhan susah buang air kecil dan dokter di kampung memberikan penghancur batu. Esoknya kami antar Aji ke RS Kasih Ibu Tabanan untuk memeriksa darah dan urine. Ditemukan sel darah merah dalam urine. Juga ada sedikit lebih di kolesterol. Namun secara umum bagus dan sehat.

Syukurlah keadaan Aji tidak terlalu mengkhawatirkan. Setidaknya kami sudah tahu keadaan kesehatan orang tua kami secara medis. Semoga kami senantiasa diberi kesehatan untuk menjalankan setiap kewajiban kami.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Tuesday, October 22, 2013

Terjebak Macet di Kilo 23

Hari ini, Senin 21 Oktober, aku pulang ke Bali dalam rangka Galungan esok lusa. Sekitar jam setengah satu, bus berhenti di sekitar kilometer 23 sebelum Balikpapan. Tak ada yg tahu ada apa di depan, lalu kenek turun dan jalan ke ujung sana, hingga tubunya lenyap ditelan antrian kendaraan panjang. Agar agak tenang, aku bbm temanku yg kerja di Bandara, minta tolong cek in kan agar nanti jika benar-benar telat, aku hanya tinggal masuk ke pesawat.

Bis hanya jalan sedikit-sedikit. Hati jadi was-was. Aku tanya sopir, tak tahu. Tapi menurutnya, kalau lancar hanya sisa 1/2 jam saja menjelang bandara Sepinggan. Waktu terus berputar. Akhirnya tepat jam 1 aku putuskan turun dan nyari ojek di ujung sana. Tak jua ketemu, akhirnya aku cegat setiap mobil pribadi yg lewat. Sebuah Avanza hitam menghampiri aku. Katanya, ia akan menjemput tamu dari Singapura di Bandara. Pas!

Kami berlalu lancar menuju sisa perjalanan ke Balikpapan. Sembari ngobrol akhirnya kutahu si sopir berasal dari Yogyakarta, rumahnya di belakang Ambarukmo. Sejak tahun 2000 ia sudah ke Kaltim dan menetap di Tenggarong. Ia bekerja sebagai ahli reparasi aki mobil dan motor.

Jam 2 tepat aku tiba di Sepinggan. Setelah memberi tips kepada si sopir, aku berlalu menuju ruang tunggu. Karena waktunya agak mepet, aku makan di Solaria saja. Jam 3 kurang panggilan boading pun terdengar. Aku masuk dan aku baru sadar kalau aku lupa nitip expense report di kantor bandara.

Pesawat mendarat di Makazzar dan aku menunggu di ruang tunggu 5. Beberapa bule tampak menunggu di deretan kursi di depanku. Terdengar pengumuman pesawat Lion ke Bali ditunda hingga pukul 17.15, terlambat 45 menit dari seharusnya. Ah parah.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Sunday, October 20, 2013

Sembilan Tahun Lebih

Ya mungkinkah sejarah akan berubah? Aku akan move on ke kantor baru. Its not a big deal for someone maybe, tapi buatku ini sangat istimewa. Sejak mulai hire 8 Juni 2004 dan hari ini adalah 20 Oktober 2013, berarti 9 tahun lebih aku bergumul dengan karat, berteman suara turbine compressor, berkelana ke sela-sela tubing STS.

Jika ini benar, maka irama kerjaku akan bertransformasi dari berkeliaran ke lapangan menjadi mendekam dalam ruangan 3x4 meter persegi, tak beda dengan bui.

Masa on minggu ini terasa lama sekali, 2 minggu serasa sebulan. Dimulai dengan berangkat 1 hari lebih awal ke Balikpapan dalam rangka mengikuti training HMI di Pasir Ridge selama 4 hari hingga Kamis 10 Oktober. Jumat naik ke Attaka, kerja full time pada hari Sabtu, Minggu dan Senin. Karena Selasa harus ke Jakarta mengikuti aptitude test. Rabu sore balik ke Balikpapan dan Kamis ke Attaka lagi.

Jumat, Sabtu, Minggu dikasi kerjaan padat merayap. Kerjaan berisiko shutdown dan LPO seperti diberikan untuk menguji diriku. Apakah ini semacam ujian terakhir? Apakah ini benar-benar yg terakhir. Jawabannya pada minggu-minggu ini dan semoga setiap langkah yg ku lalui adalah petunjuk terang dariNya.

Dan hari ini adalah hari Senin, aku dalam Peacock 3 menembus pagi yg belum lengkap, menerjang ombak yg sedikit berontak, menuju Santan lalu pulang ke Bali. Aku pulang 2 hari lebih awal karena hari Rabu adalah Galungan.

Jika berita itu benar maka 20 Oktober 2013 kudeklarasikan sebagai hari terakhir menjadi tukang kontrol sistem. Jika berita itu bisa dipertanggungjawabkan, maka sudah 9 tahun-4 bulan-12 hari aku menjadi kuli minyak lepas pantai. Memasuki era dan semangat baru. Semoga aku bisa menjalankan setiap tugas yg diamanatkan kepadaku.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Puisi Orang Instrument

Darahku adalah hydraulic oil bertekanan 1000 psi
Nafasku adalah hembusan air supply bertekanan 150 psi
Degup jantungku adalah haskel pump AW60 dengan perbandingan satu per enampuluh
Mataku adalah level gauge yg siap mengamati ketinggian level liquid di gross separator
Hidungku adalah gas detector mendeteksi lebih cepat daripada apapun
Tanganku adalah pressure gauge yg mampu meraba dan merasakan tekanan dalam flow line
Telingaku adalah flow meter yg hanya dengan mendengar bisa merasakan aliran di OGOL atau OGGL

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Thursday, October 17, 2013

24 Jam di Jakarta

Jam 04.30 subuh kapal mengantarkan kami menuju Santan, hari Selasa 15 Oktober 2013. Hari itu aku akan menuju Jakarta pada penerbangan Garuda jam 15.30 untuk mengikuti aptitude test di Ciputat, Jakarta. Tapi ternyata hari itu adalah Idul Adha, menurut security di dock side, bus akan berangkat sekitar jam 8 atau kurang, tergantung selesainya sholat ied. Menurutnya sholat ied dimulai lebih pagi yakni jam 06.30. Aku agak lega, tapi tetap saja merasa was-was karena bisa saja di jalanan macet karena hari raya.

Jam 7.45 tepat kami berangkat dan perjalanan lancar menuju Balikpapan, dengan hanya 1/2 jam istirahat di Samarinda. Sebagian besar tidak makan di tempat termasuk aku. Jam 13.30 kami tiba di Balikpapan dengan selamat. Lega sudah.

Setelah menggesek kartu di Blue Sky Lounge dan meminta tolong petugas untuk melakukan check in, aku menyantap burger yg tadi aku pesan di Texas Chicken, ditemani secangkir teh dan segelas air mineral. Jam 15.30 kami take off menuju Jakarta. Ternyata susunan nomor seat pesawat sedikit berubah. Nomor seat dimulai dari 20 di belakang business class. Kursi di sebelah kiri bukan DEF tapi HJK. Terlihat beda antara penumpang Garuda dengan maskapai lain, lebih rapi dan berkelas, sementara aku terlihat masih kucel dengan kaos dan sweater casual.

Jam 17.05 WIB kami landing dengan selamat, lalu menuju pintu kedatangan 2F. Aku berada di posisi 25 di antrian taxi Blue Bird. Tampaknya taxi ini tak ada saingan di Jakarta. Aku ditawari seorang petugas untuk mencari taxi Blue Bird di atas, naik lift, katanya. Awalnya aku ragu, tapi beberapa orang setuju dan akupun jadi tak ragu, itung-itung biar lebih cepat. Ternyata kami dicegatkan taxi di drop zone di pintu keberangkatan. Sopir taxi memberi 10 ribuan ke petugas yg mengantarku tadi setelah memasukkan aku ke taxinya.

Kami memasuki tol dengan plang "Angke-Grogol-Cawang". Kemudian masuk ke lajur "Slipi-Senayan-Kebayoran". Di sebelah kiri kulihat Season City, Untar dan FM1 Boutique Hotel. Taxi tetap melaju lancar, konon karena sedang hari libur. Di sebelah kanan kulihat Podomoro City. Setelah memasuki lajur "Semanggi-Kuningan-Mampang", ku melewati jembatan Semanggi dengan Plaza Semangginya.
Sekitar satu jam aku tiba di Plaza Ciputat Mas, survey dulu agar besok siap tempur. Kemudian taxi menurunkan aku di Mercure Simatupang. Check in sekitar jam 19.00 lalu aku langsung menuju kamar 301 Superior Class dan memesan bebek goreng karena perut sudah keroncongan. Hotelnya asik bergaya kontemporer dan berhiaskan kartun Jakarta di dinding di atas kepala. Jendela kamarku menghadap ke timur.

Badan terasa pegal, kemudian aku memutuskan untuk massage yg disediakan hotel. Cukup 1 jam badan terasa segar dan aku lanjutkan baca-baca contoh soal psikotes yg kubeli beberapa hari lalu di Gramedia BC, Balikpapan. Jam 23.00 WIB aku terlelap.

Keesokan paginya, setelah sarapan, aku memesan taxi menuju Plaza Ciputat Mas. Ketika tiba di blok B/B di depan kantor PT. SDM-SR, aku bertemu peserta tes lainnya dan juga mas Agung yg melamar posisi sama. Kantor masih tutup dan baru buka jam 07.45.
Jam 8 test dimulai dengan test hitung, lalu test pengetahuan umum, test intelegensi umum, test melihat bentuk, test hitung deret, test papi kostick dan ditutup dengan test Pauli yg menjumlahkan ratusan deretan angka. Tangan pegal dan mata berkunang-kunang.

Jam 11.30 test komplit dengan muka masih tegang dan tangan pegal, kutelfon sopir taxi yg tadi pagi mengantar aku. Ia sudah siap di parkir blok dan kami pun berlalu menuju bandara lewat Slipi, jarak paling cepat menurut sang sopir taxi. Kali itu aku bersama mas Agung Sunarto karena kami mempunyai flight number yg sama, GA572 menuju Balikpapan jam 15.30 WIB. Ia akan mengikuti FFD test di Pasir Ridge. Tak disangka perjalanan lancar, taxi melesat dengan cepat. Estimasi awal adalah 2 jam, bahkan ada teman yg ngasi ancer-ancer 3 jam. Jakarta gak bisa ditebak, katanya serius. Hanya 1 jam kami sudah tiba lalu langsung check in dan masuk Mandiri Lounge yg terletak sebelum ruang tunggu 2F. Kamipun menghabiskan waktu 3 jam untuk makan siang, membaca, membaca dan membaca di lounge yg ramai itu.

Jam 16.30 kami baru boarding, bahkan jam 17.30 akhirnya baru bisa take off. Seperti sudah biasa, tak ada penjelasan kenapa delay dan sebagainya, bahkan untuk maskapai plat merah sekelas Garuda yg mendapat the Best Regional Airlines dari badan penerbangan Eropah. Aneh.
Jam 20.30 WITA kami landing dgn selamat di Sepinggan, Balikpapan. Satu taxi dengan mas Agung, aku menuju Suraton dan mas Agung menuju Novotel.

Antara landing dan take off total butuh waktu 24,5 jam. Hanya sehari aku di Jakarta kali ini. Semoga setiap langkah mendapat petunjukNya dan semoga apa yg aku lalui mendapat jalan yg terang begitu pula jalan selanjutnya.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Sunday, October 13, 2013

Penulis Favorit

Diantara beberapa penulis yg pernah saya baca bukunya, di bawah ini adalah yg diantaranya saya sukai. Blog-nya, khususnya menjadi santapan bacaan rutin. Meskipun tidak update tiap hari dan ada juga blog yg tidak resmi yg dibuat oleh penggemarnya, tapi ketika ada waktu luang membaca, saya selalu membuka salah satu blog/website di bawah.

1. Jamil Azzaini (jamilazzaini.com)
2. Roni Yuzirman (roniyuzirman.wordpress.com)
3. Rhenald Kasali (http://rhenald-kasali.blogspot.com)
4. Putu Setia (mpujayaprema.com)
5. Dahlan Iskan (dahlaniskan.wordpress.com)
6. Adjie Silarus (adjiesilarus.com)
7. Adi W Gunawan (www.adiwgunawan.com)
8. www.sekolahorangtua.com

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

(Buku) Wartawan Jadi Pendeta

Putu Setia adalah salah satu penulis idola saya kini berubah nama jadi Mpu Jaya Prema Ananda setelah melewati upacara penobatan menjadi pendeta Hindu Bali.

Dalam buku ini Mpu mengisahkan kisah hidupnya mulai kecil, pernah sekolah SMP di Bajera dan pernah hampir putus sekolah. Kemudian melanjutkan sekolah STM di Denpasar meskipun akhirnya putus di tengah jalan dan terpaksa bekerja jadi tukang gambar listrik.

Pernah pula kuliah di Akademi dan juga tidak lulus. Sejak SMP ia sudah aktif menulis dan mengirimkannya ke majalah terkenal pada masa itu mulai dari Suluh Marhaen hingga koran Bali Post. Kegiatan itu pula mengantarkannya menjadi wartawan Bali Post.

Akhirnya melamar menjadi wartawan Tempo dan ditunjuk menjadi kepala cabang di Jogja. Kemudian ditugaskan menjadi redaktur senior di Tempo Jakarta.

Istrinya yg berasal dari Pupuan Sawah, di sebelah utara Bajera adalah nama daerah yg begitu familiar karena masa kecil saya di Bajera. Nama-nama tempat dalam kisah yg beliau ceritakan begitu dekat dan akrab di telinga sehingga membuat saya tak henti membaca hingga larut malam. Dalam 11 hari saya menyelesaikan buku ini.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Friday, October 11, 2013

Empat Hari di Balikpapan

Sore itu aku tiba di Balikpapan sekitar jam 6 kurang sedikit. Pesawat Lion yg mengantarkan kami sedikit telat dari Makazzar. Langsung menuju Suraton di kamar 209. Hari itu aku absen training hari pertama karena APEC membuat semuanya kacau. Malam hari aku makan di sekitar depan Suraton.

Esoknya adalah training hari kedua. Di kelas kami praktek Wonderware dan connect ke PLC Twido. Namun gagal. Siang hari dilanjutkan oleh asisten dosen Endra yakni mas Denny, belajar Wonderware tapi pakai simulasi RS Logix 5000 Emulator. Kami di kelas hanya berempat: aku, om Jack, Slamet dan Hadi orang Sepinggan. Sore hari aku jalan ke Matahari untuk sekedar beli celana panjang coklat ditambah dengan 3 kaos buat di rumah. Di Gramedia aku mencari buku Saman karangan Ayu Utami dan buku Cerpengram, buku panduan mengarang cerpen. Sebelum pulang aku makan malam di warung babi di samping BC.

Pada hari ketiga yg ngajar mas Denny, melanjutkan latihan Wonderware mulai dari input/output digital dan analog. Sore hari aku diajak om Jack hunting model di Banua Patra. 2 orang teman om Jack dan satu model berpostur tinggi melengkapi sore itu. Tapi si fotografer menolak ketika kutawari memanfaatkan back light. Auuww... Aku hanya bertindak sebagai juru pegang lampu flash.

Hari terakhir kami training hingga jam 3 sore. Setengah hari pertama kami diajar mas Denny. Bos Sigit mengirim whatsapp bahwa mas Ubay, calon bos baruku, ingin ketemu. After lunch ditutup pak Endro yg akhirnya berhasil meng-connect PC ke PLC Twido. Training diakhiri dengan menyerahkan sertifikat tanda kelulusan. Hingga akhir kelas, mas Ubay belum menelfon. Aku menghabiskan waktu cek email di area komputer team training.

"Bos, belum dikontak sama Ubay, nih. Aku udah selesai training" keluhku via Whatsapp.

Tak lama mas Ubay menelfon, "Mas Gede, bisa ke kantor saya sebentar?" tanyanya sopan.

Aku mengiyakan. Setiba di kantornya di MOB, aku mengetuk pintu dan masuk perlahan. Mas Ubay menyalami pelan dan berkata ramah, "Apa kabar, Mas Gede?"

"Baik, mas Ubay, lama juga kita gak ketemu ya, " seruku mencoba memecah es balok.

Kemudian aku dischedulkan mengikuti test aptitude di Jakarta pada tanggal 21 Oktober nanti. Sore hari selepas massage ke Blue Sky, aku meluncur ke Gramedia mencari buku psikotes. 2 buku kubungkus buat latihan.

Makan malam nasi goreng spesial dan jus mangga menemaniku malam itu di Solaria. Setiba di Suraton, aku ketiduran lemas dan jam 4 subuh terbangun lalu melanjutkan kisah Kuli Minyak yg baru "tiba" di Cepu. Semoga sukses untuk tes-ku dan juga lancar penulisan buku "novelku".

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Monday, October 07, 2013

Ke Jogja Lagi

Setelah berkejaran dengan waktu yg mepet akhirnya Travel Clearance itu diapprove juga oleh VP yg saat itu dijabat Manager kami. Proses pengurusan training ini sebenarnya mudah, namun pihak-pihak tertentu membuatnya tersendat.

Pertama kami calon trainee ditawarin class yg sesuai, jika cocok kirim ke bagian Training dan minta persetujuan leader level 1. Kemudian disuruh mengisi OLTRIS yaitu sistem online perjalanan. Dalam OLTRIS kami mengisi penerbangan yg dipilih dan juga hotel yg diinginkan. Disini leader level 1 dan 2 akan melakukan approval. Juga petugas travel akan melakukan reservasi tiket pesawat juga kamar hotel. Disisi lain, sekretaris manager kami akan melakukan reservasi training.

Lalu saya mengisi IVET utk mendapatkan Travel Clearance (TC) dari VP. Jika TC diapprove baru bisa issued tiket pesawat. Akhirnya sehari sebelum saya seharusnya off baru mendapat persetujuan TC. Ya syukur dan gembira karena saya bisa training di Jogja dan bisa membawa keluarga serta.

Ini adalah kunjungan ke Jogja setelah tahun 2007 saya terakhir menghadiri wisuda adik. Sekalian napak tilas dan mengenang kisah klasik kuliah dulu. Namun kali ini saya membawa serta istri, adik dan 2 anak saya yg berusia menjelang 4 dan 2 tahun.

Training saya berjudul Safety Instrumented System dengan mentor Pak Priyatmadi dan Pak Sudjoko dari Teknik Elektro UGM. Pak Pri adalah dosen saya dulu, sempat ketemu satu kelas saja.

Kisah lengkap 6 hari di Jogja bisa dilihat di ranacitta.wordpress.com

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

Delay Karena APEC

Roda-roda bergelinding mengantarkan aku dan istriku menuju bandara pagi itu, Senin 7 Oktober 2013. Cuaca cerah, langit berwarna biru pekat, hanya ada sedikit awan di bagian selatan. Sepanjang jalan bypass sunset road hingga bypass Ngurah Rai tertancap spanduk-spanduk bertuliskan "APEC 1-8 Oct 2013". Jam 10 kurang aku sudah tiba di bandara yg masih belum jadi sempurna. Broadcast via bbm yg kudapat beberapa minggu lalu mengatakan bahwa bandara Ngurah Rai akan close selama 4 hari yaitu tanggal 5,6,8,9 Oktober. Normalnya aku berangkat tgl 8 namun karena ada training tanggal 7, aku harusnya ke Balikpapan pada hari Minggu 6 Oktober. Karena airport tutup, aku nego sama leaderku agar bisa berangkat Senin saja. Berharap tiba di Balikpapan siang dan masih bisa join di kelas setengah hari. Namun pikiran ini tetap saja waswas sejak di rumah, takutnya pesawat tidak on time. Tapi istriku yg pintar selalu berusaha menenangkan.

Aku berhenti di dekat entrance gate agar dekat dengan pintu masuk domestik, hanya perlu berjalan kaki 30 meter. Tidak usah ke parkir di ujung barat yg membuat aku harus berjalan sekitar 800 meter ke tempat check in.

Proses check in berjalan lancar dan aku berada di baris ke 30 pada counter check in Lion tanpa bagasi. Sebelum masuk ke barisan, aku nanya dulu ke petugas counter,

"Mbak, Lion ke Makazzar masih on schedule?"

"Yup!" kata petugasnya mantap. Aku jadi yakin dan agak tenang.

Sambil menghilangkan ketegangan, aku menyalakan stopwatch di smartphone dan menghitung kecepatan petugas melayani calon penumpang. Kudapat angka 1 menit rata-rata petugas melayani satu orang. Benar saja, aku berdiri sekitar setengah jam untuk menuju depan meja counter check in.

Aku berlalu menuju ruang tunggu, setelah membayar airport tax di ujung pintu. Kursi penuh, aku menemukan sebuah kursi kosong di ujung sana, di sebelah mas ganteng berpakaian rapi jali seperti salesman. Aku bertanya tujuannya kemana.

"Lion Jakarta, Mas. Sudah sejam delay nih."

Tuinggg! Hati makin khawatir. 15 menit duduk serasa 15 jam. Tak tahan rasanya duduk seperti ada duri di kursi ruang tunggu ini, aku menuju meja keberangkatan bertanya ke petugas, persis seperti di counter check in tadi.

"Mbak, Lion Makazzar masih on schedule?"

"Kita delay 1 jam, Mas." Hatiku jadi makin tak tenang dengan sukses.
"Itu sudah pasti ya 1 jam?" tanya saya kurang yakin.
"Sementara segitu, Mas, semua penerbangan delay kok. Kita tak bisa berbuat apa."
"Saya ada connecting flight dari Makazzar ke Balikpapan. Gimana dong?"
"Biasanya sih kalau ada delay kayak gini pasti ditungguin kok."
"Loh, saya gak mau kata biasanya. Tolong pastiin kalau saya tidak ditinggal dong," nadaku mulai meninggi.
"Ya, Pak. Pasti kok kayak gitu."

Aku berlalu saja, tanpa ucapan terima kasih, tanpa melihat wajah masam petugas yg mungkin sejak tadi sudah menerima puluhan complain. Wajahku juga masam, bukan karena dongkol tapi tegang karena aku akan telat bahkan tak bisa mengikuti training hari pertama ini.

Setelah menunggu tak pasti, akhirnya jam 13.30 kami take off menuju Makazzar. 2,5 jam delay tanpa info yg pasti. Padahal selama lebih dari 2,5 jam menunggu itu tak ada satupun pesawat internasional take off ataupun landing. Hanya Garuda ke Surabaya dan Lion ke Jakarta saja yg kudengar panggilannya berangkat.

Ketika pesawat memasuki runway, aku melihat barisan pesawat sekelas Airbus 500 dari berbagai negara parkir di bagian selatan ruang tunggu. Mulai dari Air China, Jepang, Thailand, New Zealand, Mexico, dua pesawat bertuliskan RCCHR, 2 pesawat tempur Sukhoi, copper TNI AU, Garuda Indonesia terakhir ada 2 pesawat Air Asia kecil yg parkir paling timur. Sementara pesawat lokal kita parkir tersingkir di ujung barat bandara, ada 1 pesawat GA dan 3 Lion Air.

Setiba di Makazzar aku melapor di meja tranSHIT. Ternyata ada beberapa orang lainnya yg juga mempunyai connecting flight ke Balikpapan. Ternyata kami mendapat pesawat sore jam 16:10 ke Balikpapan. Biar lambat asal selamat.

Jam 6 kami tiba dengan selamat di Balikpapan yg sedang mendung. Hari pertama training Wonderware HMI berjalan tanpa aku. Ketika nanya sopir taxi bandara yg mengantarku ke Suraton, ia mengatakan biasanya tak sampai hujan karena pawangnya dikerahkan untuk mensupport pembangunan bandara.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)