Ini adalah tulisan setahun lalu.
Akhir2 ini prihatin melihat dan membaca cerita kawan2 fotografer yg sekian tahun telah belajar kemudian memutuskan hidup sebagai full time fotografer profesional, lalu memasang harga sekian juta rupiah dan menerima order2 dari berbagai kalangan masyarakat. Setelah sesi foto dilanjutkan dgn post processing yg memakan waktu banyak, begadang hingga subuh dan menguras cukup energi.
Kemudian, datanglah golongan fotografer yg belajar agak belakangan, merasa sedikit bisa lalu memasang label fotografer/photographer/photoworks dsb, di belakang namanya, lalu menerima pekerjaan fotografi dgn tarif yg membuat fotografer yg belajarnya agak duluan, kebakaran jenggot. Merusak harga istilah kasarnya dan cilakanya, konsumen yg notabene sebagian besar awam fotografi yg penting hasilnya "asal terang" ya tentu nyari harga yg lebih murah.
Pasar tlah bicara. Sebagian demand pasar mungkin pada level segitu. Kalau mau jujur, mungkin seperti itulah pasar fotografi sesungguhnya. Tidak perlu hasil yg terlalu "bagus" yg penting si "model" dlm foto terlihat terang dgn senyum yg manis sudah cukup bagi mereka. Mungkin kalo ada yg menawarkan gratis dgn hasil yg satu level di bawah yg bayarannya murah, bisa jadi mereka akan memilih yg gratis. Harga nomor satu, kualitas nomor 17.
Namun pasti ada level2 konsumen yg membutuhkan kualitas, lebih menghargai seni daripada sekedar foto "asal terang" yg tentu rela membayar dgn tarif yg lebih manusiawi. Ibarat iphone yg bnyk konsumennya meskipun harganya relatif lebih mahal dibanding merk lain.
Nah sebagai fotografer, tentu itu adalah pilihan. Mau jadi fotografer asal terang atau fotografer yg mempertahankan kualitas. Buktinya, yang saya tahu, banyak kok fotografer mahal tapi clietnya banyak.
Kalau mau sedikit out of box, jika memang kebutuhan pasar seperti itu, buatlah metode yg ekonomis. Dgn sedikit daya dan biaya bisa menghasilkan foto yg secara kualitas bagus namun dgn minimal menghabiskan tenaga dan waktu. Misalnya utk post procesing bisa dibuat action2 yg tinggal sekali klik sdh menghasilkam editan bagus. Tdk perlu susah payah begadang sampe pinggang mau patah. Cukup duduk setengah jam 20 halaman photobook sdh jadi, misalnya.
Sekedar urun rembug dr seorang pecinta fotografi.