Off ini pulang dengan hati tak sabar ingin membereskan rumah di Denpasar. Awal-awal off sudah berkunjung kesana dan membersihkan sebisanya. Karena istri sedang hamil muda, morning sickness melanda dengan semena-mena, jadilah aku harus fokus pada istri dan lebih banyak mengurus Kirana, mulai dari mandi pagi, ngasi makan, bobo siang, jalan-jalan, nyuci pakaian, hingga meninabobokan di malam hari. Pekerjaan rumah tangga sungguh melelahkan. Pantas saja istriku sering mengeluh. Wanita sungguh perkasa. Makanya jangan remehkan wanita, ia sanggup bekerja membanting tulang dan jarang sakit. Semingguku berlalu dengan aktivitas rumah tangga mem-backup istriku yg masih berjuang dengan mual, muntah dan rasa pahit di mulut. Aku berdoa semoga cepat berlalu.
Suatu hari sempat pula ke dokter anak karena Kirana muntah-muntah dan e'eknya sedikit cair. Dapat antrian 14, edan! Pada kesempatan berikutnya kami ke Kasih Ibu memeriksakan si calon baby dan menurut dokter perkembangan janin bagus. Sepulang dari dokter mampir Pizza Hut dan istriku senang, puas dan tidak mual sedikitpun.
Suatu hari disaat Kadek libur aku menyempatkan diri ke rumah Denpasar. Bekerja keras sendiri membersihkan halaman yg penuh rumput. Saking semangatnya, aku lupa makan dan sekitar jam setengah 2 baru makan nasi ayam betutu. Sampe rumah aku loyo dan akhirnya cerita mencret alias diare dimulai. Ini yg membuat aku harus istirahat 3 hari dan terasa pusing dan mual. Aku benci sakit dan bosan tidur lama, karena kerjaanku masih harus ku selesaikan. Namun mungkin inilah mekanisme tubuh dan peringatan Yang Kuasa, agar aku cukup istirahat, sebagai limit penggunaan fisikku yg lemah.
Di saat menunggu kesembuhan, sehari sebelum berangkat ke Balikpapan, subuh-subuh kakiku kumat dan tidak bisa jalan. Jam 7 kadek nganterin aku ke tukang urut di Suda. Aku dipijat dan ia tahu kalau keseleoku sudah lama. Beras kencur dikunyah untuk mengobati kakiku. Aku sangat senang dengan suasana pagi di Suda. Bahagia sekali rasanya, hidup tenang, hati riang. Namun pagi itu pula, warga banjar ngayah ke setra untuk orang meninggal, otomatis aku tidak bisa ikut.
Tibalah hari Selasa, aku harus meninggalkan sejenak Bali, menuju kota minyak nan sepi, karena tanpamu. Garuda dan Lion mengantarkan aku melewati siang yg berawan itu. Pak Surat penuh, jadilah aku terdampar di Hotel Mitra Amanah, disamping Mega Lestari, with Doddy.
Hotel bernuansa islami yg hijau, auwww aku salah masuk hotel kayaknya. Aku terasa asing, terasa asing dan asing.
Tuesday, April 26, 2011
Sunday, April 03, 2011
My Wife is Pregnant
Bulan Maret adalah bulan yang mengejutkan. Di sela-sela persiapan mau melaspas rumah di Denpasar, istriku mengabarkan kalau ia telat 10 hari. Langsung ku belikan 3 macam test pack berbagai harga dari harga 6000 perak hingga 25.000 di apotek terdekat. Hasilnya positif. Tanpa tunggu lama, pada sore hari kami pergi ke dokter kandungan sembari mengantar Kirana berobat karena batpil parah ke Klinik Kasta Gumani.
Setelah diperiksa lewat USG tidak ditemukan tanda-tanda janin. Bahkan hingga USG dari "bawah" (vaginal). Nihil!! Bahkan dokter juga men-test pack dgn test pack 6000-an, hasilnya sebenarnya positif. Dokter menyarankan kembali lagi 2 minggu kemudian. Kirana yg melihat ibunya diperiksa menangis sekenanya.
Seminggu kemudian saya dan Indah sudah tak sabar dan memutuskan periksa di Kasih Ibu, Denpasar. Dr Kesumadana, mantan direktur Kasih Ibu sangat welcome dan enak diajak diskusi, cara menjelaskannya juga cukup jelas. Tidak seperti kebanyakan dokter yg kesannya terburu-buru.
Setelah diperiksa dengan seksama dan dalam tempo sesingkat mungkin, dokter menemukan si jabang bayi berdiameter 2 cm dengan USG-nya yg katanya lebih canggih. Hati lega dan nafas plong. Istriku yg beberapa hari terakhir ini kepikiran akhirnya merasa lega dan bisa tersenyum lebar, cerah ceria sepanjang masa.
Terima kasih Tuhan. Kau anugerahkan lagi kepada kami yg tak ternilai harganya dan kami lalu hanya bisa berdoa. Semoga janin yg dikandung istriku kelak berjenis kelamin laki-laki, Astungkara...!!
Setelah diperiksa lewat USG tidak ditemukan tanda-tanda janin. Bahkan hingga USG dari "bawah" (vaginal). Nihil!! Bahkan dokter juga men-test pack dgn test pack 6000-an, hasilnya sebenarnya positif. Dokter menyarankan kembali lagi 2 minggu kemudian. Kirana yg melihat ibunya diperiksa menangis sekenanya.
Seminggu kemudian saya dan Indah sudah tak sabar dan memutuskan periksa di Kasih Ibu, Denpasar. Dr Kesumadana, mantan direktur Kasih Ibu sangat welcome dan enak diajak diskusi, cara menjelaskannya juga cukup jelas. Tidak seperti kebanyakan dokter yg kesannya terburu-buru.
Setelah diperiksa dengan seksama dan dalam tempo sesingkat mungkin, dokter menemukan si jabang bayi berdiameter 2 cm dengan USG-nya yg katanya lebih canggih. Hati lega dan nafas plong. Istriku yg beberapa hari terakhir ini kepikiran akhirnya merasa lega dan bisa tersenyum lebar, cerah ceria sepanjang masa.
Terima kasih Tuhan. Kau anugerahkan lagi kepada kami yg tak ternilai harganya dan kami lalu hanya bisa berdoa. Semoga janin yg dikandung istriku kelak berjenis kelamin laki-laki, Astungkara...!!
Subscribe to:
Posts (Atom)