Tanggal 22 Desember aku pulang dengan deg-degan karena aku bolos dan nyolong 2 hari karena sebelumnya aku ijin Galungan. Harusnya aku pulang tanggal 24. Makanya tiket yg sudah kupesan tanggal 24 kubatalkan dan kubeli ulang via Onyx untuk tanggal 22, bertepatan dengan hari Ibu. Untung cuma kena cancelation fee 75.000. Sesampai di Bali istriku tersenyum riang dan aku tiba jam setengah 12 di Pandak. Seperti biasa, Lion telat 2,5 jam tanpa merasa berdosa.
Sehari sebelum aku nyampai Bali, Anton sudah terlebih dahulu checkin di Western Kuta Resort for a week later. Semalam 800 ribu buat modal bulan madu dan Natalan di Bali bersama istri. Aku mau ikut nginap tapi sepertinya akhir tahun seperti ini adalah ide buruk, kamar pasti mahal dan cenderung fully book. Nginep di Hotel ditunda hingga bulan depan. Anton juga sempat datangi rumahku di Pandak pada tanggal 26. Lalu minta diantarkan membeli Samcam, kerupuk Babi khas chinese. Setelah muter2 di Tabanan akhirnya ketemu toko Rejeki di by pass Tabanan. Sebungkus 75 gram seharga 16 ribu, cukup mahal, tapi gurih banget.
Rencana nginep dialihkan menjadi nginep di RMI alias rumah mertua indah, di Pengayehan. Bertepatan dengan Kadek masuk malam, malam itu malam Tahun Baru 2011, kami bertiga nginep di kamar ajik dan biyang. Udara panas dan suara mercon ditemani hujan malam itu tak membuat tidur dek Nana terganggu. Syukurnya ia tidur tenang di malam pertamanya nginep di Jero.
Esok harinya main-main ke ujung jalan di rumahnya Kinarya dan pulangnya langsung nampah ayam kampung punya Aji Bharga.
Malam itu juga mendapat inspirasi membeli sepeda gunung dan langsung browsing dan ketemulah situs polygoncycle.com, sepeda bikinan Indonesia yang meng-Asia. Pilihan jatuh pada type Monarch 2.0 Hard Tail. Semoga off depan bisa membelinya seharga 1,3 jutaan.
Hari berikutnya kami berencana piknik ke Bali Safari & Marine Park di Gianyar. Sudah berangkat hingga McD Gatsu, tapi kesiangan dan balik pulang. Akhirnya mampir ke kolam renang Taman Segara Madu di Pererenan. Itu pula pertama kali si Kirana renang di kolam renang. Duhhh senangnya dia. Si Ibu asik motretin bapak dan dik Nana.
Tanggal 3 Jan adalah hari Ciwaratri, orang-orang sembahyang di Pura Ciwa tapi aku mepamit karena esoknya, tilem, aku berangkat ke Balikpapan. Paginya sebelum berangkat kami menyempatkan diri sembahyang untuk keselamatan kami semua.
Akhirnya malam ini aku terdampar lagi dengan tenang di Suratown, tempat transit para Commuter Mania. Semoga esok bisa memulai kerja dengan semangat baru, ide baru, di tahun yg baru. Selamat bekerja dengan selamat!
Thursday, January 06, 2011
Saturday, October 16, 2010
Off 11 Hari
Karena terpotong training, maka offku kali ini hanya 11 hari, tapi dengan berbagai pertimbangan, 3 hari aku minta ganti hari saja berhubung ada peristiwa bersejarah yang bakal melahirkan pengusaha kampung berkelas mewah (mepet sawah).
Off kemaren sungguh enak karena tlah dilakukan peresmian toko kami di Pandak Gede, jalan menuju Nyitdah di tepi sawah yang indah. 10-10-2010 adalah hari yang sangat cantik, cantik secara masehi juga hari baik untuk memulai usaha kata kalender karangan Bambang Gde Rawi.
Sebelum dibuka, kami lakukan persipan memasang pintu harmonika beberapa minggu sebelumnya dengan harga 625 ribu rupiah per meter, pilihan warna hijau jatuh dipakai coating pintunya. Dengan susah payah juga kami akhirnya mendapat bagian tukang Mang Oce crew untuk memperbaiki retak-retak dan juga memasang talang air di samping dan memasang emper di belakang. Pekerjaan berisiko hari itu selesai dengan sempurna.
Upacara peresemian dilakukan dengan upacara Ngambe yang dipuput oleh Kak Swarya, dihadiri oleh Meman, Pakde, Pak+Mek Wanda, Kadek, Indah, Kirana, Dekta, MekDe Suta dan Biang Tu sebagai serati yang dibeliin banten seharga 500 ribu rupiah saja.
Hari itu juga aku update status di facebook dengan bunyi "Akan segera dibuka, sebuah toko kecil Mewah (mepet sawah) di tepi sawah Pandak Gede Village, hari ini 10-10-2010 jam 10:10 Wita. Menjual: bermacam sepatu, sandal, tas, kaos kaki, pakaian sekolah, dll. Semoga setiap langkah merupakan petunjukNya. Astungkara..." dan mendapat ucapan selamat dari berbagai temans.
Semoga hari itu adalah tonggak untuk melanjutkan sindikat usaha yang telah dilakukan orang tuaku sebelumnya. Semoga jiwa-jiwa wirausahawan bercokol dalam otak dan hati kami sebagai pewaris tahtamu. Semoga setiap langkah adalah tuntunanNya dan semoga langkah-langkah selanjutnya selalu mendapat sinar terang dariNya. Astungkara...
Off kemaren sungguh enak karena tlah dilakukan peresmian toko kami di Pandak Gede, jalan menuju Nyitdah di tepi sawah yang indah. 10-10-2010 adalah hari yang sangat cantik, cantik secara masehi juga hari baik untuk memulai usaha kata kalender karangan Bambang Gde Rawi.
Sebelum dibuka, kami lakukan persipan memasang pintu harmonika beberapa minggu sebelumnya dengan harga 625 ribu rupiah per meter, pilihan warna hijau jatuh dipakai coating pintunya. Dengan susah payah juga kami akhirnya mendapat bagian tukang Mang Oce crew untuk memperbaiki retak-retak dan juga memasang talang air di samping dan memasang emper di belakang. Pekerjaan berisiko hari itu selesai dengan sempurna.
Upacara peresemian dilakukan dengan upacara Ngambe yang dipuput oleh Kak Swarya, dihadiri oleh Meman, Pakde, Pak+Mek Wanda, Kadek, Indah, Kirana, Dekta, MekDe Suta dan Biang Tu sebagai serati yang dibeliin banten seharga 500 ribu rupiah saja.
Hari itu juga aku update status di facebook dengan bunyi "Akan segera dibuka, sebuah toko kecil Mewah (mepet sawah) di tepi sawah Pandak Gede Village, hari ini 10-10-2010 jam 10:10 Wita. Menjual: bermacam sepatu, sandal, tas, kaos kaki, pakaian sekolah, dll. Semoga setiap langkah merupakan petunjukNya. Astungkara..." dan mendapat ucapan selamat dari berbagai temans.
Semoga hari itu adalah tonggak untuk melanjutkan sindikat usaha yang telah dilakukan orang tuaku sebelumnya. Semoga jiwa-jiwa wirausahawan bercokol dalam otak dan hati kami sebagai pewaris tahtamu. Semoga setiap langkah adalah tuntunanNya dan semoga langkah-langkah selanjutnya selalu mendapat sinar terang dariNya. Astungkara...
5 Hari di Balikpapan (lagi)
Hari itu 26 Sept 2010, pagi-pagi jam 4 subuh aku dan yang lain bangun. Karena pagi itu kami akan melakukan perjalanan panjang, Attaka-Santan-Balikpapan untuk mengikuti training TRIMS keesokan harinya. Training low cost n low budget yang diadakan di Balikpapan dan di Learning Centre Pasir Ridge.
Aku, Niko, Gantino, Yasser, Pak Prayitno akan mengikuti training PLC. Sedangkan Roland dan Pak Haji Agus Kurnia mengikuti training Diesel Engine. Seperti biasa, setiba di Santan Terminal kami foto-foto sambil menunggu jam 7 tepat bus berangkat ke Balikpapan. Perjalanan ditempuh hampir 6 jam dan kami langsung menuju Pak Surat. Setelah istirahat sebentar aku dan Niko berkunjung ke Gramedia sekedar untuk mencari kertas acrylic karena aku sedang mempersiapkan table top untuk foto product still life.
Sore hari aku bersama Jack, Yasser dan Niko hunting sunset di seputar Banua Patra setelah terlebih dahulu pinjam tripod di tempat Boim di rumahnya di sekitar Gunung Pipa. Sedangkan Henry dan Ganz baru tiba di Balikpapan malam harinya. Malam hari itu pula mencoba foto still life splash air di gelas bersama Yasser di Pak Suratown. Agak gagal karena kertas kurang bermutu.
Training berlangsung tidak seru karena hari pertama dan kedua kami diajar oleh asisten mentor aslinya. Karena pak Endro Julianto sedang ke Bandung karena PLC Allen Bradley-nya tidak mau connect ketika dicoba pada batch I.
Pada hari Senin sore kami hunting lagi di seputar copper landing station punya Total bersama Jack, Henry dan Yasser. Hunting sunset berubah jadi ajang narsis sekalian mencoba 4 buah flash yang di wireless pakai trigger. Malam harinya mau latihan buat talent show di studio DAM tapi studio full akhirnya ambil plan B: mencoba lagi foto splash bersama Henry. Kali ini mencoba pakai kertas Gloria dan hasilnya agak bagus karena flash ditembakkan di depan atas bukan di belakang.
Hari kedua sepulang training kami mencoba Inul Vista , sebelum jam 18:00 ada potongan harga 50% off. Tapi baru 15 menit berjalan, aku disuruh ke Pasir Ridge check sound tapi gagal. Karena Fery telat datang dan Alfian sibuk main bola. Malam itu makan malam di dekat BCA, bebek goreng sambal pedas nendang banget! Ada Ganz yang jadi bos malam itu.
Hari ketiga sudah diajar mentor aslinya dari pagi. Aku ikut setengah hari, karena after lunch kami musti latihan untuk Talent Show nanti malam. Dan tibalah saatnya sekitar jam 18:00 4 band yang mewakili 4 lapangan unjuk kebolehan
pada ajang Talent Show Gitu Lohhh 2010. Lawe-lawe, HR, IT+SCM dan Attaka No Comment Band. Kami menyabet runner up setelah IT+SCM, Om Erick menyebutnya juara tanpa mahkota dan Pak Didik berkomentar pedas, "Sejarah terulang kembali". Tapi itulah kenyataan, dalam setiap talent show, kalah itu biasa menang baru luar biasa hehe. Yang paling seru adalah supporter Attaka yang kebetulan banyak orang yg lagi training di Balikpapan. Malam hari kami pulang dengan senang dan makan malam di Bebek Goreng depan XXI Pasar Baru. Malam itu badan terasa pegal dan jam 8 sudah terlelap dalam selimut.
Hari keempat, training masih tidak ada greget, soal-soal latihan masih digarap dan harus digarap. Penonton pada kesal tapi akhirnya dilewati juga. Pulang dari training kami sepakat nonton di e-Walk. Dan sekitar jam 7 kami meluncur ke lokasi kejadian bersama Niko, Ganz dan Henry, nonton di Studio 4: Resident Evil 4 3D. Asik gila banget 3D-nya, kami bahkan sempat bergeser duduk ketika kapak penjahat hampir menerjang si Jagoan dan seperti keluar dari layar, ediiiaannn!! Tinggal satu malam oh indahnya, begitu lagu penutup malam itu menemani kami pulang ke Suratown.
Hari terakhir training disepakati hanya 1/2 hari dan kami memutuskan makan siang di luar saja. Setelah selesai curhat-curhatan bersama mentor ditutup dengan foto-foto keluarga dan pembagian makan siang burger plus 1 kaleng Sprite. Tanpa souvenir, tas, jacket, kaos ataupun sekedar topi. Jatah training kami seperti dikebiri dan beginilah nasib kami dengan manager super duper economistry hehe.
Jam setengah 3 pesawatku menuju Denpasar via Surabaya. Akhirnya tiba di Bali lalu langsung sewa taxi bandara hingga ke Pandak Gede, jam 21:00 tiba dan istriku tlah
menanti dengan riang, sementara anakku sudah terlelap 1 jam sebelumnya.
Aku, Niko, Gantino, Yasser, Pak Prayitno akan mengikuti training PLC. Sedangkan Roland dan Pak Haji Agus Kurnia mengikuti training Diesel Engine. Seperti biasa, setiba di Santan Terminal kami foto-foto sambil menunggu jam 7 tepat bus berangkat ke Balikpapan. Perjalanan ditempuh hampir 6 jam dan kami langsung menuju Pak Surat. Setelah istirahat sebentar aku dan Niko berkunjung ke Gramedia sekedar untuk mencari kertas acrylic karena aku sedang mempersiapkan table top untuk foto product still life.
Sore hari aku bersama Jack, Yasser dan Niko hunting sunset di seputar Banua Patra setelah terlebih dahulu pinjam tripod di tempat Boim di rumahnya di sekitar Gunung Pipa. Sedangkan Henry dan Ganz baru tiba di Balikpapan malam harinya. Malam hari itu pula mencoba foto still life splash air di gelas bersama Yasser di Pak Suratown. Agak gagal karena kertas kurang bermutu.
Training berlangsung tidak seru karena hari pertama dan kedua kami diajar oleh asisten mentor aslinya. Karena pak Endro Julianto sedang ke Bandung karena PLC Allen Bradley-nya tidak mau connect ketika dicoba pada batch I.
Pada hari Senin sore kami hunting lagi di seputar copper landing station punya Total bersama Jack, Henry dan Yasser. Hunting sunset berubah jadi ajang narsis sekalian mencoba 4 buah flash yang di wireless pakai trigger. Malam harinya mau latihan buat talent show di studio DAM tapi studio full akhirnya ambil plan B: mencoba lagi foto splash bersama Henry. Kali ini mencoba pakai kertas Gloria dan hasilnya agak bagus karena flash ditembakkan di depan atas bukan di belakang.
Hari kedua sepulang training kami mencoba Inul Vista , sebelum jam 18:00 ada potongan harga 50% off. Tapi baru 15 menit berjalan, aku disuruh ke Pasir Ridge check sound tapi gagal. Karena Fery telat datang dan Alfian sibuk main bola. Malam itu makan malam di dekat BCA, bebek goreng sambal pedas nendang banget! Ada Ganz yang jadi bos malam itu.
Hari ketiga sudah diajar mentor aslinya dari pagi. Aku ikut setengah hari, karena after lunch kami musti latihan untuk Talent Show nanti malam. Dan tibalah saatnya sekitar jam 18:00 4 band yang mewakili 4 lapangan unjuk kebolehan
pada ajang Talent Show Gitu Lohhh 2010. Lawe-lawe, HR, IT+SCM dan Attaka No Comment Band. Kami menyabet runner up setelah IT+SCM, Om Erick menyebutnya juara tanpa mahkota dan Pak Didik berkomentar pedas, "Sejarah terulang kembali". Tapi itulah kenyataan, dalam setiap talent show, kalah itu biasa menang baru luar biasa hehe. Yang paling seru adalah supporter Attaka yang kebetulan banyak orang yg lagi training di Balikpapan. Malam hari kami pulang dengan senang dan makan malam di Bebek Goreng depan XXI Pasar Baru. Malam itu badan terasa pegal dan jam 8 sudah terlelap dalam selimut.
Hari keempat, training masih tidak ada greget, soal-soal latihan masih digarap dan harus digarap. Penonton pada kesal tapi akhirnya dilewati juga. Pulang dari training kami sepakat nonton di e-Walk. Dan sekitar jam 7 kami meluncur ke lokasi kejadian bersama Niko, Ganz dan Henry, nonton di Studio 4: Resident Evil 4 3D. Asik gila banget 3D-nya, kami bahkan sempat bergeser duduk ketika kapak penjahat hampir menerjang si Jagoan dan seperti keluar dari layar, ediiiaannn!! Tinggal satu malam oh indahnya, begitu lagu penutup malam itu menemani kami pulang ke Suratown.
Hari terakhir training disepakati hanya 1/2 hari dan kami memutuskan makan siang di luar saja. Setelah selesai curhat-curhatan bersama mentor ditutup dengan foto-foto keluarga dan pembagian makan siang burger plus 1 kaleng Sprite. Tanpa souvenir, tas, jacket, kaos ataupun sekedar topi. Jatah training kami seperti dikebiri dan beginilah nasib kami dengan manager super duper economistry hehe.
Jam setengah 3 pesawatku menuju Denpasar via Surabaya. Akhirnya tiba di Bali lalu langsung sewa taxi bandara hingga ke Pandak Gede, jam 21:00 tiba dan istriku tlah
menanti dengan riang, sementara anakku sudah terlelap 1 jam sebelumnya.
Friday, June 25, 2010
Tak Terasa Enam Tahun Telah Terlewati
8 Juni 2004 ~ 8 Juni 2010
Baru sebulan lalu rasanya kepala kita diplontos dengan sukses di jalan tanah depan wisma tempat kita menginap selama 3 bulan itu. Baru sebulan yg lalu rasanya kita makan bersama di wisma Widya Patra, jogging pagi bersama keliling kompleks Mentul, lalu sorenya menikmati belaian dinginnya kolam renang dan fitness centre yang serba kering. Baru sebulan rasanya kita melakukan game team work di lapangan rumput depan kelas tempat kita belajar. Masih ingatkah kalian baru saja rasanya jalan-jalan ke Sarangan. Masih ingatkah kalian saat akhir pekan kita berhamburan keluar Cepu untuk menikmati weekend yang ramai di Yogya, Surabaya dan kota-kota ramai sekitarnya. Masih ingatkah kalian dengan kumis Pak Thoifuri yang disko-disko saat ngomel-ngomel ke kita hahaha. Masih ingat dengan tampang naïf EDUN, Pak Edi Untoro yang menjadi koordinator kita di sana?
Masih ingatkah ketika si Nelson mulai mendekati perempuan yang kelak menjadi istri tercintanya. Masih ingatkah si Deny, Nizar, Tigor, Hanif, Joko, Afif Simbut, dan lain-lainnya berjuang memperebutkan pegawai cantik bank Mandiri di perempatan Cepu itu. Harusnya kalian ingat saat kita ramai-ramai nonton film dewasa di wisma yang menjadi saksi bisu tingkat kemesuman kita. Tentu kalian masih ingat saat belum semua dari kita pegang handphone waktu itu. Juga handphone tercanggih saat itu masih menggunakan kamera eksternal untuk bisa memotret, jika hendak memotret kita pasangkan kameranya baru tekan tombolnya, kualitasnya juga masih VGA. Tentu kalian tidak lupa saat makan bersama di sate ayu, makan bersama merayakan ulang tahun di bakso kumis, menikmati sunset di belakang wisma, bermain gitar dan bernyanyi bersama di depan Widya Patra 11, bersepeda gunung keliling kota ataupun naik becak dengan imbalan super murah, hingga tiap malam konsultasi ke rumah-rumah dosen demi tugas akhir yang akan menentukan kehidupan hingga 6 tahun yang telah terlewati ini.
Baru seminggu lalu rasanya mendarat pertama kali di bandara Sepinggan. Baru seminggu lalu rasanya kita training swing rope pertama kalinya di Lawe-lawe lalu mencoba ilmu kita di Sepinggan Platform. Masih tercium juga sisa-sisa bau bantal Blue Sky Hotel dengan segala skandal yang tercipta di dalamnya. Masih teringat gimana rasanya pertama kali naik angkot 7, 5 dan 3 untuk sekedar keliling kota Balikpapan yang segitu-segitu aja. Masih terasa nikmatnya naik pesawat Pelita Dash 7 dari Sepinggan ke Santan bolak-bolak setiap 2 minggu. Masih ingat pertama kali Sarah dan Indriani menjemput kami ke Santan dan mengantarkan ke giant field yang kini terkapar tak berdaya. Baru kemaren rasanya commuting Balikpapan Jogja untuk menyelesaikan studi yang tersisa sejengkal saja. Baru kemaren rasanya melihat si Yusuf, Afif, Binto di Attaka Field dan kini mereka t’lah hengkang untuk sesuatu yg lebih baik. Baru kemaren rasanya melihat Siti dan Lidya jadi operator field di Production Control room. Dan baru seminggu lalu rasanya harus merelakan beberapa teman kita, Joko, Sapto Baskoro, Andriansyah, Aramiko, Bakir, Agung, Rahmat dll, yang terpaksa tidak bisa terus bergabung karena berbagai sebab.
Ya benar, 6 tahun tak terasa, benar-benar tak merasa saya sudah 6 tahun hidup dari uang Attaka. Berarti, sudah 3 tahun lebih saya bangun, mandi, sarapan, bekerja, lunch, tidur siang, kerja lagi, makan malam, mandi lalu tidur lagi di Attaka yang penuh karat ini. Sudah 2190 hari saya lewati bersama debur ombak selat Makassar. Sudah 72 bulan diselimuti deru angin dan desingan turbine compressor. Sudah 50 ribu jam lebih saya lewati berteman kepingan karat, hembusan minyak crude oil mentah dan dijilat tekanan gas alam dari balik sela-sela tubing STS. Sudah jutaan langkah kaki mengantarkan aku naik turun tangga dari platform ke platform, dari STS ke STS, dari pipa ke tubing, dari compressor hingga sigma valve, dari Unocal hingga Chevron Indonesia Company.
Ya, kebersamaan kita sudah dipupuk sejak lebih dari 6 tahun yang lalu dan tidak akan buyar oleh kepingan karat, deburan ombak atau desingan angin selat Makassar sekalipun. Semoga kebersamaan ini akan menjadi penyejuk dan penguat untuk perjalanan kita selanjutnya yang masih panjang. Selamat atas terlewatinya masa 6 tahun ini, kawan.
Baru sebulan lalu rasanya kepala kita diplontos dengan sukses di jalan tanah depan wisma tempat kita menginap selama 3 bulan itu. Baru sebulan yg lalu rasanya kita makan bersama di wisma Widya Patra, jogging pagi bersama keliling kompleks Mentul, lalu sorenya menikmati belaian dinginnya kolam renang dan fitness centre yang serba kering. Baru sebulan rasanya kita melakukan game team work di lapangan rumput depan kelas tempat kita belajar. Masih ingatkah kalian baru saja rasanya jalan-jalan ke Sarangan. Masih ingatkah kalian saat akhir pekan kita berhamburan keluar Cepu untuk menikmati weekend yang ramai di Yogya, Surabaya dan kota-kota ramai sekitarnya. Masih ingatkah kalian dengan kumis Pak Thoifuri yang disko-disko saat ngomel-ngomel ke kita hahaha. Masih ingat dengan tampang naïf EDUN, Pak Edi Untoro yang menjadi koordinator kita di sana?
Masih ingatkah ketika si Nelson mulai mendekati perempuan yang kelak menjadi istri tercintanya. Masih ingatkah si Deny, Nizar, Tigor, Hanif, Joko, Afif Simbut, dan lain-lainnya berjuang memperebutkan pegawai cantik bank Mandiri di perempatan Cepu itu. Harusnya kalian ingat saat kita ramai-ramai nonton film dewasa di wisma yang menjadi saksi bisu tingkat kemesuman kita. Tentu kalian masih ingat saat belum semua dari kita pegang handphone waktu itu. Juga handphone tercanggih saat itu masih menggunakan kamera eksternal untuk bisa memotret, jika hendak memotret kita pasangkan kameranya baru tekan tombolnya, kualitasnya juga masih VGA. Tentu kalian tidak lupa saat makan bersama di sate ayu, makan bersama merayakan ulang tahun di bakso kumis, menikmati sunset di belakang wisma, bermain gitar dan bernyanyi bersama di depan Widya Patra 11, bersepeda gunung keliling kota ataupun naik becak dengan imbalan super murah, hingga tiap malam konsultasi ke rumah-rumah dosen demi tugas akhir yang akan menentukan kehidupan hingga 6 tahun yang telah terlewati ini.
Baru seminggu lalu rasanya mendarat pertama kali di bandara Sepinggan. Baru seminggu lalu rasanya kita training swing rope pertama kalinya di Lawe-lawe lalu mencoba ilmu kita di Sepinggan Platform. Masih tercium juga sisa-sisa bau bantal Blue Sky Hotel dengan segala skandal yang tercipta di dalamnya. Masih teringat gimana rasanya pertama kali naik angkot 7, 5 dan 3 untuk sekedar keliling kota Balikpapan yang segitu-segitu aja. Masih terasa nikmatnya naik pesawat Pelita Dash 7 dari Sepinggan ke Santan bolak-bolak setiap 2 minggu. Masih ingat pertama kali Sarah dan Indriani menjemput kami ke Santan dan mengantarkan ke giant field yang kini terkapar tak berdaya. Baru kemaren rasanya commuting Balikpapan Jogja untuk menyelesaikan studi yang tersisa sejengkal saja. Baru kemaren rasanya melihat si Yusuf, Afif, Binto di Attaka Field dan kini mereka t’lah hengkang untuk sesuatu yg lebih baik. Baru kemaren rasanya melihat Siti dan Lidya jadi operator field di Production Control room. Dan baru seminggu lalu rasanya harus merelakan beberapa teman kita, Joko, Sapto Baskoro, Andriansyah, Aramiko, Bakir, Agung, Rahmat dll, yang terpaksa tidak bisa terus bergabung karena berbagai sebab.
Ya benar, 6 tahun tak terasa, benar-benar tak merasa saya sudah 6 tahun hidup dari uang Attaka. Berarti, sudah 3 tahun lebih saya bangun, mandi, sarapan, bekerja, lunch, tidur siang, kerja lagi, makan malam, mandi lalu tidur lagi di Attaka yang penuh karat ini. Sudah 2190 hari saya lewati bersama debur ombak selat Makassar. Sudah 72 bulan diselimuti deru angin dan desingan turbine compressor. Sudah 50 ribu jam lebih saya lewati berteman kepingan karat, hembusan minyak crude oil mentah dan dijilat tekanan gas alam dari balik sela-sela tubing STS. Sudah jutaan langkah kaki mengantarkan aku naik turun tangga dari platform ke platform, dari STS ke STS, dari pipa ke tubing, dari compressor hingga sigma valve, dari Unocal hingga Chevron Indonesia Company.
Ya, kebersamaan kita sudah dipupuk sejak lebih dari 6 tahun yang lalu dan tidak akan buyar oleh kepingan karat, deburan ombak atau desingan angin selat Makassar sekalipun. Semoga kebersamaan ini akan menjadi penyejuk dan penguat untuk perjalanan kita selanjutnya yang masih panjang. Selamat atas terlewatinya masa 6 tahun ini, kawan.
Tuesday, April 27, 2010
Main Ping-pong Sama Pelican
Kemaren hari Senin 26 April, sore-sore sekitar jam 2, aku sudah siap berangkat menuju Bandara. Rencananya diantar istri, anak dan adikku naik mobil. Ketika semuanya telah siap dan hendak ganti celana, datang SMS dari bos "Pelican sudah ok, perjalanan kembali normal". Waduh kayak dipingpong aja sama Pelican nih. Salah siapa? Bingung antara berangkat saat itu juga atau mundur semalam. Meskipun cuman semalam. Tapi tampang anakku sore itu yang kelelahan karena susah tidur, mungkin tahu bapaknya akan berangkat, membuat aku memutuskan niatku untuk menunda keberangkatan. Meskipun pada akhirnya tiket sore itu 700 ribu rupiah hangus karena tiket promo class, no refund, no reschedule, no reroute. Tapi sms kedua dari bosku mengatakan bahwa jika ada kerugian biaya tiket akan diganti perusahaan. Asikkk. Akhirnya dengan tekad bulat aku mundur sehari, tepatnya semalam, berangkat ke Balikpapan.
Lalu, tadi pagi, jam 4.30 aku sudah bangun dan langsung disambut bangunnya si Rana yang lucu bin imut. Langsung aku print tiket Garuda, dan setelah sembahyang, jam 6.30 aku cabut naik Supra Fit dari rumah menuju RS Kasih Ibu tempat adikku kerja. Aku seperti jaelangkung, pergi tak diantar, pulang tak dijemput. Karena semalam adikku masuk malam dan aku pagi itu naik ojek taxi dari Kasih Ibu ke Bandara, ongkosnya 25.000 perak.
Si sopir ojek memilih jalan belakang menyusuri Tukad Badung, lalu tembus di Simpang Siur by pass Ngurah Ray. Sopir ojek lagi ngantuk atau memang nyopirnya oon, 3 kali aku diantarkan pada kejadian near miss. Pertama jalanan bolong dihajar sehingga membuat motor melontar ke atas dan membuat pinggangku meringis. Kedua, hampir nabrak anjing gila yang lalu lalang di pinggir kali. Ketiga, hampir saja nabrak paktua bersepeda yang tak mau minggir setelah diklakson 5 kali. Aku diam saja seribu bahasa, lagi malas bicara, bukan karena sariawan atau sakit tenggorokan, tapi malas saja.
Waktu boarding tertunda sekitar 30 menit. Ada apa gerangan. Setelah kami boarding, baru ketahuan kalau di pesawat membawa pasien sakit keras menuju Surabaya. Masih anak-anak, usianya sekitar 15 tahun, tapi ia tertidur pulas saja. Entah sakit apa dia aku tak berani bertanya, karena pada siapa harus kutanya. Dua orang paramedis dengan tegang mengamati dan menemaninya. Tiga orang anggota keluarga duduk lesu disamping semacam tandu (mungkin) anaknya yang sakit keras.
Setiba di Surabaya, runway basah. Aku mencari titipan obengku 3 ekor di lost n found Garuda, dapat. Lalu aku makan di warung nasi Padang, gilak 49.000 cuman untuk telor dadar 1/8 potong dan ikan 1/4 potong plus es jeruk. Tahu gini mending beli Soto Lamongan, lebih worthed.
Setiba di Sepinggan aku langsung pergi menuju Kebon Sayur untuk membeli lampit. Aku pilih 2 lembar yang ukuran panjang sama 2 meter dengan lebar 1.2 m dan 1.4 meter. Masing-masing harganya 80 ribu dan 150 ribu. Cukup murah dibanding di Bali dimana yang ukuran 1.4 m seharga 250 ribu tidak bisa ditawar. Lampit kutitipkan di Pak Surat dan ketika ngobrol eh ada Doddy dan Agustino yang ternyata sudah menginap di semalam sebelumnya karena diping-pong juga sama Pelican, parah!
Dan kini, ada sisa waktu 1 jam aku ke Warnet di sebelah Happy Puppy sambil nunggu jam setengah 5 ke Pilot Jety. Aku masih kangen sama si kecil Nadindra yang tadi pagi kutinggal masih kecapekan karena hari kemaren tidurnya tidak cukup, karena ku ajak nganter kadek ke Denpasar sekalian mampir ke Cellular World lihat-lihat harga HP, Nokia X6 seharga 3.8jt dan Nokia N900 5.9jt. Dua produk ini adalah produk gagal. Gagal saya miliki.
Lalu, tadi pagi, jam 4.30 aku sudah bangun dan langsung disambut bangunnya si Rana yang lucu bin imut. Langsung aku print tiket Garuda, dan setelah sembahyang, jam 6.30 aku cabut naik Supra Fit dari rumah menuju RS Kasih Ibu tempat adikku kerja. Aku seperti jaelangkung, pergi tak diantar, pulang tak dijemput. Karena semalam adikku masuk malam dan aku pagi itu naik ojek taxi dari Kasih Ibu ke Bandara, ongkosnya 25.000 perak.
Si sopir ojek memilih jalan belakang menyusuri Tukad Badung, lalu tembus di Simpang Siur by pass Ngurah Ray. Sopir ojek lagi ngantuk atau memang nyopirnya oon, 3 kali aku diantarkan pada kejadian near miss. Pertama jalanan bolong dihajar sehingga membuat motor melontar ke atas dan membuat pinggangku meringis. Kedua, hampir nabrak anjing gila yang lalu lalang di pinggir kali. Ketiga, hampir saja nabrak paktua bersepeda yang tak mau minggir setelah diklakson 5 kali. Aku diam saja seribu bahasa, lagi malas bicara, bukan karena sariawan atau sakit tenggorokan, tapi malas saja.
Waktu boarding tertunda sekitar 30 menit. Ada apa gerangan. Setelah kami boarding, baru ketahuan kalau di pesawat membawa pasien sakit keras menuju Surabaya. Masih anak-anak, usianya sekitar 15 tahun, tapi ia tertidur pulas saja. Entah sakit apa dia aku tak berani bertanya, karena pada siapa harus kutanya. Dua orang paramedis dengan tegang mengamati dan menemaninya. Tiga orang anggota keluarga duduk lesu disamping semacam tandu (mungkin) anaknya yang sakit keras.
Setiba di Surabaya, runway basah. Aku mencari titipan obengku 3 ekor di lost n found Garuda, dapat. Lalu aku makan di warung nasi Padang, gilak 49.000 cuman untuk telor dadar 1/8 potong dan ikan 1/4 potong plus es jeruk. Tahu gini mending beli Soto Lamongan, lebih worthed.
Setiba di Sepinggan aku langsung pergi menuju Kebon Sayur untuk membeli lampit. Aku pilih 2 lembar yang ukuran panjang sama 2 meter dengan lebar 1.2 m dan 1.4 meter. Masing-masing harganya 80 ribu dan 150 ribu. Cukup murah dibanding di Bali dimana yang ukuran 1.4 m seharga 250 ribu tidak bisa ditawar. Lampit kutitipkan di Pak Surat dan ketika ngobrol eh ada Doddy dan Agustino yang ternyata sudah menginap di semalam sebelumnya karena diping-pong juga sama Pelican, parah!
Dan kini, ada sisa waktu 1 jam aku ke Warnet di sebelah Happy Puppy sambil nunggu jam setengah 5 ke Pilot Jety. Aku masih kangen sama si kecil Nadindra yang tadi pagi kutinggal masih kecapekan karena hari kemaren tidurnya tidak cukup, karena ku ajak nganter kadek ke Denpasar sekalian mampir ke Cellular World lihat-lihat harga HP, Nokia X6 seharga 3.8jt dan Nokia N900 5.9jt. Dua produk ini adalah produk gagal. Gagal saya miliki.
Subscribe to:
Posts (Atom)