Kemaren hari Senin 26 April, sore-sore sekitar jam 2, aku sudah siap berangkat menuju Bandara. Rencananya diantar istri, anak dan adikku naik mobil. Ketika semuanya telah siap dan hendak ganti celana, datang SMS dari bos "Pelican sudah ok, perjalanan kembali normal". Waduh kayak dipingpong aja sama Pelican nih. Salah siapa? Bingung antara berangkat saat itu juga atau mundur semalam. Meskipun cuman semalam. Tapi tampang anakku sore itu yang kelelahan karena susah tidur, mungkin tahu bapaknya akan berangkat, membuat aku memutuskan niatku untuk menunda keberangkatan. Meskipun pada akhirnya tiket sore itu 700 ribu rupiah hangus karena tiket promo class, no refund, no reschedule, no reroute. Tapi sms kedua dari bosku mengatakan bahwa jika ada kerugian biaya tiket akan diganti perusahaan. Asikkk. Akhirnya dengan tekad bulat aku mundur sehari, tepatnya semalam, berangkat ke Balikpapan.
Lalu, tadi pagi, jam 4.30 aku sudah bangun dan langsung disambut bangunnya si Rana yang lucu bin imut. Langsung aku print tiket Garuda, dan setelah sembahyang, jam 6.30 aku cabut naik Supra Fit dari rumah menuju RS Kasih Ibu tempat adikku kerja. Aku seperti jaelangkung, pergi tak diantar, pulang tak dijemput. Karena semalam adikku masuk malam dan aku pagi itu naik ojek taxi dari Kasih Ibu ke Bandara, ongkosnya 25.000 perak.
Si sopir ojek memilih jalan belakang menyusuri Tukad Badung, lalu tembus di Simpang Siur by pass Ngurah Ray. Sopir ojek lagi ngantuk atau memang nyopirnya oon, 3 kali aku diantarkan pada kejadian near miss. Pertama jalanan bolong dihajar sehingga membuat motor melontar ke atas dan membuat pinggangku meringis. Kedua, hampir nabrak anjing gila yang lalu lalang di pinggir kali. Ketiga, hampir saja nabrak paktua bersepeda yang tak mau minggir setelah diklakson 5 kali. Aku diam saja seribu bahasa, lagi malas bicara, bukan karena sariawan atau sakit tenggorokan, tapi malas saja.
Waktu boarding tertunda sekitar 30 menit. Ada apa gerangan. Setelah kami boarding, baru ketahuan kalau di pesawat membawa pasien sakit keras menuju Surabaya. Masih anak-anak, usianya sekitar 15 tahun, tapi ia tertidur pulas saja. Entah sakit apa dia aku tak berani bertanya, karena pada siapa harus kutanya. Dua orang paramedis dengan tegang mengamati dan menemaninya. Tiga orang anggota keluarga duduk lesu disamping semacam tandu (mungkin) anaknya yang sakit keras.
Setiba di Surabaya, runway basah. Aku mencari titipan obengku 3 ekor di lost n found Garuda, dapat. Lalu aku makan di warung nasi Padang, gilak 49.000 cuman untuk telor dadar 1/8 potong dan ikan 1/4 potong plus es jeruk. Tahu gini mending beli Soto Lamongan, lebih worthed.
Setiba di Sepinggan aku langsung pergi menuju Kebon Sayur untuk membeli lampit. Aku pilih 2 lembar yang ukuran panjang sama 2 meter dengan lebar 1.2 m dan 1.4 meter. Masing-masing harganya 80 ribu dan 150 ribu. Cukup murah dibanding di Bali dimana yang ukuran 1.4 m seharga 250 ribu tidak bisa ditawar. Lampit kutitipkan di Pak Surat dan ketika ngobrol eh ada Doddy dan Agustino yang ternyata sudah menginap di semalam sebelumnya karena diping-pong juga sama Pelican, parah!
Dan kini, ada sisa waktu 1 jam aku ke Warnet di sebelah Happy Puppy sambil nunggu jam setengah 5 ke Pilot Jety. Aku masih kangen sama si kecil Nadindra yang tadi pagi kutinggal masih kecapekan karena hari kemaren tidurnya tidak cukup, karena ku ajak nganter kadek ke Denpasar sekalian mampir ke Cellular World lihat-lihat harga HP, Nokia X6 seharga 3.8jt dan Nokia N900 5.9jt. Dua produk ini adalah produk gagal. Gagal saya miliki.
Tuesday, April 27, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment