Hari Rabu tgl 24 March 2010, pagi-pagi jam 7.30, mumpung adikku masuk malam hari itu, aku berangkat naik motor ke kantor pajak Tabanan. Petugas belum pada datang, hanya segerombol petugas keamanan saja yang berkeliaran tak karuan. Aku ambil antrian nomor 14 dan iseng menanyakan kelengkapan data saya ke petugas penjaga antrian, ternyata form 1721-A1 saya yg dari perusahaan masih kurang. Yang saya bawa hanya 1771-S, 3 lembar. Wah, gmn dong, saya ke Balikpapan tanggal 30, sedangkan paling telat mengumpulkan SPT Tahunan 31 Maret ini. Akhirnya saya mencoba menghubungi teman saya Surnaga untuk mengirim form 1721 miliknya. Tapi beda jauh, karena gaji kita memang beda. Pusing ngubah-ngubahnya. Akhirnya saya punya akal, saya minta langsung saja sama orang yang mengirimkan form tersebut lewat email beberapa hari lalu. Tapi bingung, emailnya tanya siapa? Akhirnya coba telpon Emran yang lagi jaga FS dan Deddy yg lagi jaga Lima. Ketemu address book-nya tapi ndak tahu menghubungi dari luar caranya gimana. Ribet banget.
Syukurnya Tuhan masih berpihak pada saya, Emran mengirimkan SMS ngasi tahu no telpon Pak Eriyus, bisa dihubungi di nomor 0761942831. Duh senangnya, bisa nyambung ke Rumbai dan suaranya jernih sekali. Lalu saya meminta beliau mengirimkan form tersebut lewat email pribadi. Akhirnya saya ke warnet terdekat, namun beberapa lama saya tunggu tak muncul juga tuh email. Sepakat dengan hati saya, saya pulang aja daripada nunggu kelamaan.
Sampai di rumah Pandak juga belum muncul tuh email yg berisi formulir. Tambah bingung, karena kalo telat ngumpulin SPT Tahunan kena denda 100 ribu. Nggak masalah sih nilainya, tapi kenapa saya sebodoh ini. Sore-sore tanpa disangka dan diduga, email masuk, ting, berisi form persis seperti yang saya butuhkan. Langsung saya print dan simpan rapat-rapat bersama form 1771-S. Iseng periksa kantong celana, kali aja ada duit nyelip, ternyata nomor antrian 14 yang saya ambil tadi kebawa pulang. Yawdah saya simpan buat besok.
Keesokan hari, pagi-pagi juga, jam 7.30 juga, saya tancap motor ke kantor pajak berbekal nomor antrian 14 kemaren. Berharap bisa dapat nomor antrian lebih kecil lagi. Tapi ketika sampai di ruangan aula, tampak sudah duduk rapi kumpulan orang-orang yang hampir semuanya berwajah setengah buaya eh baya, dan saya dapat antrian nomor 34. Akal-akalan saya muncul, saya pakai saja antrian nomor 14 ini, beres dah.
Para pengantri duduk di sofa mewah meriah berderet memenuhi aula yang dingin oleh AC portable itu. Di depan tampak 6 deret meja plus kursi yang masing kosong. Jiahhh jam 8 petugasnya belum datang, tapi antrian sudah 34. Apa kata dunia.
Ternyata jam 8 lewat 10 menit, satu persatu petugas datang tergopoh-gopoh, tapi dengan tampang tidak berdosa sama sekali. Paradigma lama masih bercokol, masyarakat memerlukan petugas, bukan petugas melayani masyarakat. Dua orang petugas peng-entry SPT dengan laptop di depannya, 2 orang petugas pemeriksa SPT sebelum di-entry dan 2 orang petugas bagian informasi. Jumlah petugas yang saya kira masih kurang banyak. Wong setelah setengah jam ngatri saja, antrian sudah 45 saat itu. Makin siang pasti makin ramai.
Sistem pemanggilan antrian juga masih manual pakai mulut, seharusnya sudah pakai mesin pemanggil yang bisa berteriak lebih keras daripada teriakan petugas pagi itu yang seperti kurang makan.
Ketika nomor antrian 13 berlalu, saya siapkan semua formulir dan ketika nomor antrian 14 dipanggil saya maju ke kursi pemeriksaan SPT. Lalu saya serahkan nomor antrian saya, eh di samping saya kok datang juga seorang antah berantah bawa nomor antrian yang sama. Petugasnya ketawa lalu berkata, "kok ada dua nomor 14?", yang lain ketawa. Tapi nomor antrian saya asli, nomor mas antah berantah itu tulis tangan pakai spidol warna hitam yg sudah mau habis tintanya. Hehehe. Saya diam saja seribu bahasa.
Lalu saya menyerahkan apa yang musti diserahkan dan si petugas memeriksa dengan seksama. Ada yang salah di nomor NPWP saya, sebelumnya nomor wilayahnya 901 untuk Denpasar, lalu dibenarkan menjadi 908 untuk wilayah Tabanan. Setelah diperiksa, saya bergeser duduk ke kursi sebelah ke petugas peng-entry SPT. Lalu saya dikasi tanda terima. Iseng saya lihat laptop yang dihadapi si petugas perempuan berjilbab itu, karena dari tadi saya lihat kok asyik banget, tidak menyapa saya sama sekali. Begitu melongok ke layar laptop, eh saya melihat pemandangan yang tidak bisa saya percaya begitu saja, saya mencoba usap-usap mata, dan sedikit mencubit tangan saya dengan ibu jari dan telunjuk, sakit! Saya nggak mimpi. Benar kok, si petugas itu bukannya membuka aplikasi peng-entry pajak, tapi ia asyik dengan halaman warna hitam Mafia Wars. Gubrakkk....! Kaget setengah mati saya dibuatnya. Tapi whateverlah, saya ndak peduli, yg penting saya sudah dapat tanda terima, artinya saya sudah dianggap lunas bayar pajak tahun 2009, meskipun pada kenyataannya pajak sudah dipotong tiap gajian bulanan.
Lalu saya keluar lalu turun tangga dan masuk ke kantor pajak sekalian saja mengganti nomor NPWP saya yang sudah tidak valid lagi nomornya. Menunggu hanya 5 menit sudah jadi, kartunya seperti ATM saja ada sticker magnetiknya, teknologi usang yang masih saja dipakai. Di depannya tertulis nama saya dengan NPWP 08.396.343.9-908.000.
Lengkap sudah tugas hari itu. Saya lalu pulang dengan hati riang juga senang. Orang bijak taat pajak, tapi pajak kami jangan dibajak dong...!!
Tuesday, March 30, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment