Baru kali ini saya liat solaria yg cukup sederhana (kalau tdk mau dibilang agak kumuh) di bandara husein sastra negara bandung, tidak sepeeri suasana yg biasa saya liat di balikpapan maupun denpasar. Di sekitar solaria hanya bangunan yg sudah tak up to date lagi plus parkir kendaraan seperti di terminal bus-bus di jakarta. Padahal ini sekelas bandara. Saya pesan nasi goreng spesial dan jus mangga. Si mbak petugas juga tak sigap seperti biasanya seperti solaria di tempat lain yg pernah saya masuki. Setengah jam belum datang juga pesenan saya, akhirnya saya coba tanyain ke mbak yg barusan bersihin meja saya. Tak sampai 5 menit nasi goreng pun datang, dgn cara penyajian yg sedikit kurang rapi. Nasinya agak berantakan. Tak sampai 5 menit saya lahap habis karena perut saya sudah keroncongan sejak tadi. Siang yg panas itu mengajarkan saya tentang kesabaran.
Kemudian saya masuk bandara yg kata teman2 Bandung saya lebih mirip stasiun kereta api. Kecil dan hanya ada sekitar 8 check in counter, 2 mesin x ray namun 1 saja yg difungsikan, satu gate (saja) menuju pesawat. Ruang tunggunya pun seukuran kurang lebih hanya satu ruang tunggu untuk satu gate saja di bandara sultan hasanuddin makazzar. Pesawat yg parkir jumlahnya bisa dihitung jari. Begitu datang pesawat didorong mundur persis seperti mobil yg parkir mundur. Terbalik dgn kebiasaan pesawat di tempat lain, didorong jika mau keluar dari parkir. Kursi yg terbatas membuat saya tak kebagian tempat duduk. Padahal sebenarnya banyak kursi yg kosong tapi kelakuan buruk penumpang menaruh tas di atas kursi ruang tunggu yg berwarna merah hati. Saya berdiri saja, tas yg berisi modul training seberat 10 kg saya taruh begitu saja di atas lantai. Namun tak satupun yg sudi berbaik hati dgn sekedar memindahkan tasnya kemudian menawari saya duduk di sampingnya, tidak ada. Tidak ada itu.
Ini adalah perjalanan ke bandung saya yang kedua kali sejak 2007 lalu. Jika 8 tahun lalu saya mengikuti training sambil refreshing, kali ini saya ke bandung mengikuti training serius berisi sertifikasi yakni tes tulis di akhir sesi. Hari Minggu 7 Juni lalu saya mendarat di bandara paling kecil yg pernah saya datangi ini. Taxi bandara yg saya sewa mengantarkan ke hotel aston primera pasteur tempat saya akan menginap 6 hari ke depan. Menutup minggu sore itu saya sempatkan ke alun2 kota untuk sekedar foto2 lalu lanjut menyusuri jalanan asia-afrika dengan sisa-sisa pernik KAA beberapa, bulan lalu, masih memenuhi jalanan AA ini. Sebelum jalanan mulai gelap, sebelum lampu2 kendaraan mulai dinyalakan saya sempatkan menyusuri braga sambil mengabadikan beberapa sudut retronya. Akhirnya menyetop taxi menuju paris van java. Membeli dress buat ranacitta dan pulangnya saya memilih ngojek memecah kemacetan bandung di akhir minggu itu.
Esoknya, pelatihan mulai dibuka dgn menyanyikan lagu indonesia raya. Akhirnya kamipun terhanyut dalam irama training yg cukup menyita konsentrasi selama 6 hari tersebut. Kadang kelas dilaksanakan hingga jam 9.30 malam WIB. Saya yg biasa dgn jam WITA merasa sedikit memaksakan begadang. Training berisi juga pre dan post tes termasuk pembahasannya. Terdiri dari 4 materi berbeda yg diujikan pada hari terakhir sebanyak 120 soal selama 180 menit. Dituntut agar bisa menyelesaikan 1 soal selama 1.5 menit dan harus benar 70% agar lulus sertifikasi. Seperti gelas kecil yg dituangi dengan seember air begitulah suasana hati kami saat itu karena materi seperti dipaksakan dlm waktu yg sangat singkat tersebut. Aku pun hanya sempatkan beli oleh2 di kartika sari dan hanya jalan di seputar hotel karena acara benar2 padat.
Setelah menyelesaikan ujian di hari terakhir, acara ditutup dgn menyanyikan lagu bagimu negeri dan pembagian sertifikat plus souvenir. Perwakilan kelas juga diminta memberikan feed back dan rata2 menyatakan overload dgn materi termasuk soal yg terlalu berbobot. Anyway 6 hari tersebut adalah hari yg paling menantang dlm 11 tahun sepak terjang karirku di dunia kerja. Mudah2an hari kamis nanti ketika hasil ujian diumumkan aku lolos tanpa syarat. Tidak menanggung terlalu banyak malu utk mengulang.
-----------------------------------
Setelah menunggu 4 hari kerja akhirnya pengumuman pun tiba pada Kamis 18 Juni 2015 dan astungkara saya dinyatakan lulus. Ada 36 peserta yg tak lulus dari 78 peserta.