Saturday, January 05, 2008

Pulang di Awal Tahun

Tanggal 2 January 2008 kemaren aku sudah bisa pulang ke kampung halaman dengan tenang, lepas dari hiruk pikuk suara mesin dan deru air laut yang menggebu bagai debu. Aku tidak rela sebenarnya langsung pulang tanpa sedikit menjepretkan secuil harapan di sudut-sudut kota minyak ini, tapi apa daya, aku musti cepat pulang, karena ada acara yang musti ku hadiri.

Jam 6 pagi kita nyampai di pilot jety yaitu sebuah pelabuhan laut milik pribadi perusahaan kita yang siap menerima sandaran kapal-kapal sewaan kami yang sangat mahal, sehari bisa 4500 USD, wow gila, bisa beli satu mobil baru nih buat nyewa crew boat sehari saja. Belum lagi ongkos fuel solar yang harganya tentunya berkali lipat karena untuk industri.

Seperti biasa kita berempat makan pagi di sebuah pojok warung pagi di pusat kota minyak ini. Kita berempat emang satu jadwal dan hampir udah 5 atau 6 kali pulang ini, kita makan pagi di tempat yang mahal ini. Mahal untuk ukuran sarapan di kampung ku yang sepi dan miskin. Tapi adalah harga standar untuk kota minyak yang apa-apa mahalnya minta ampyun.
Waktu pun gak terasa berlalu, kepulan asap rokok dari 3-dari-4-orang kita mengepul memenuhi atmosfer tempat makan pagi itu dan mungkin cukup mengusir nyamuk-nyamuk nakal yang semalem gak dapat mangsa darah dari orang-orang yang tidur gak pake selimut atau gak pakai autan. Akhirnya temenku satunya datang, naik motor dengan helm yang membuat aku agak sulit awalnya mengenali. Dia bawa sekresek bungkusan warna putih yang ternyata isinya 2 botol produk sebuah MLM yang rencananya untuk bapakku. Aku bilang, "OK Wan thanks ya, nanti aku transfer duitnya ya, nomor rekeningmu udah kusimpen".

Kemudian kita berempat pun pergi setelah dibayarin salah satu dari kita bertiga, yang hari berlagak paling kaya. Lalu mereka bertiga pergi duluan ke bandara yang letaknya diujung kota di tepi sebuah pantai yang sangat jorok oleh kotoran2 manusia yang menyalurkan hasratnya setiap subuh di balik semak-semak yang penuh dengan kerikil-kerikil tidak tajam. Sementara aku memilih mampir di sebuah toko oleh-oleh dan aku membeli satu kardus minuman mineral penuh yang isinya oleh2 khas kota minyak ini.

Lalu aku pun menyusul menuju Bandara dengan menyetop angkot nomor 6 terlebih dahulu untuk menyambung angkot hijau nomor 7 yang melewati Bandara. Lalu apa boleh buat, aku duduk di samping supir di angkot warna hijo ini. Sang sopir cukup sopan dan ramah dan segera saja kumulai percakapan basa-basa ini.

"Gimana Pak, tahun baru tambah rame ato tidak?"

"Wah sama aja Mas, tidak jauh beda dengan yang dulu, cuman bedanya waktu tahun baru kemaren saya bisa dapet lebih lah buat saku sekolah anak-anak saya"

Lalu si sopir ngoceh dengan sendirinya. Kayaknya si sopir ini butuh pelampiasan untuk bercerita alias tidak ada tempat curhat kali di rumah, "Saya itu berprinsip memuaskan pelanggan Mas. Gak apa-apa saya pakai celana dan baju yang udah lama yang penting rapi dan bersih. Biar enak dilihat ama penumpang. Coba bandingin ama sopir-sopir muda yang suka pake celana katok dan kaos oblong yang you can see my ketiak itu. Gak sopan abis kan?"

Ocehan Bapak sempat terhenti oleh turunya seorang ibu yang membawa 3 orang anak usia masih kecil. Si bapak dengan sopannya berterima kasih, oh my dog, andai aja sopir-sopir angkot semuanya kayak gini, tambah seneng aja orang-orang numpang angkot. Tapi sudahlah, angkot kembali melaju dengan laju menuju tempat tunjuannya dengan pasti. Lalu sopir angkot mengalihkan laju mobilnya ke sebuah pom bensin, kayaknya bensin bakal habis dalam beberapa kilometer ke depan. Makanya meskipun antreannya cukup panjang tapi si bapak sopir nekat aja ikutan ngantre. Eh hampir 15 menit ngantre, listrik mati dan terpaksa si sopir mundur teratur melaju lagi melanjutkan perjalanan yang pasti ini. Sambil jalan kucoba mengorek berapa sih dapet setoran sehari.

"Pak emang dalam sehari bisa dapat berapa Pak?"

Dasar bapak yang haus curhat, nanya dikit aja langsung disikat dengan sebukit jawaban yang akuran pula dengan data-data yang langsung didapat di lapangan.

"Kalo lagi beruntung saya bisa dapat 70 ribu mas sehari, itu udah bersih loh dan udah dipotong uang bensin dan makan saya sehari. Sehari bensin bisa beli 10 liter aja untuk 2 kali bolak-balik. Saya cuman narik 2 kali pp aja, soalnya saya juga harus memelihara tanaman karet saya yang saya tanam di hutan milik saya di luar kota. Kemaren saya beli sekitar 1 hektar lebih dan saya tanami karet. Lumayanlah tiap 3 bulan saya bisa panen dan dari panen itu udah bisa ngalah-ngalahin setoran angkot saya hehehe..." Katanya sambil cengengesan.

Saya hanya tersenyum silau karena tepat sekali sinar matahari menembus jendela-jendela angkot yang walopun kotor penuh debu dan akibat umur yang udah lama, tapi masih bisa ditembus sinar mentari pagi. Lumayan buat ngilangin dingin yang sejak tadi malam di boat membuat saya menggigil dan terpaksa memakai baju dobel biar bisa bertahan hidup. Lalu kembali angkot masuk ke pom bensin kedua, untungnya langsung dapet.

Tak lama kemudian angkot pun berlalu dengan lebih pasti lagi dan aku berhenti tepat di depan pintu masuk bandara kota minyak yang tidak terlalu besar ini. Duit saya dipotong 3000 perak dan dengan gaya ucapan terima kasih pak angkot itu, dia berlalu sambil tersenyum puas. Gak tahu puas karena udah puas curhat sama saya atau puas udah motong 3000 karena katanya ongkos angkot disini 2500. Gak peduli lah. yang penting aku sampe dengan selamat dan sejahtera. Aku pun langsung menuju toilet karena sejak tadi emang suasana dingin banget sehingga kewajiban buang air kecil menjadi prioritas nomor 1 yang musti dilakukan sebelum melakukan safety moment ataupun cek in tiket. Ketika masuk toilet, terlihat 2 orang berdiri kayak nunggu antrean mau pake tempat kencing yang jauh dari bersih dan bau pesing kayak gak pernah disemprot air 3 minggu. Tapi ada 1 ruangan toilet yang kosong dan kok gak ada yang masuk? Terlihat air mengucur dengan deras dari kran yang bocor dan gak bisa ditutup karena pegangannya rusak dan muncrat ke arah ember yang menampung air buat orang boker dengan satu gayung warna hijau tua yang sudah ada lubang di dasarnya. Karena kebelet aku pun masuk dan langsung mengeluarkan cairan yang kalo tidak dikeluarkan bisa mengendap jadi kristal batu yang bisa merusak ginjalku ini. Ahhhh legaaaa..tinggal setengah. Eh ternyata lama-lama air dalam ember tadi tambah banyak dan gayung yang tadi tenggelam di air, perlahan-lahan nongol ke permukaan dan akhirnya menjadi tempat yang empuk untuk mendaratnya air cipratan itu dan muncrat ke sekujur celanaku bagian belakang. Sialan...adduuuhh..kok jadi basah gini. Dengan malu-malu aku keluar dari toilet dan sambil nutupin celana basah dengan barang bawaan ku aku keluar dan menuju tempat yang agak panas. Untungnya di ujung sana ada tempat duduk yang disinarin sinar matahari pagi yang cerah dan membikin adem.

Setengah jam sudah berlalu aku berjemur dengan senang hati dan akhirnya ngerasa udah cukup kering aku pun berlalu menuju ruang tunggu yang cukup nyaman dan bisa makan gratis. Lounge Blue Sky idaman setiap pemili kartu kredit, walopun kartu kreditnya gratis biaya iuran bulanan.

Bersambung...

No comments: