Saturday, January 05, 2008

Subuh-subuh di Juanda

Surabaya 5 Juli 2004
Pukul 5.13 WIB

Jam 4 subuh sudah kuinjakkan telapak kakiku yang rapuh ini di tanah kota Pahlawan. Travel tua yang mengantar kami, berlalu begitu saja seolah sangat lelah dan ingin segera melewatkan sisa hari ini di peraduan, setelah mengantar kami melewati malam panjang, malam senin, malam Pemilu Presiden 5 July 2004.

Di mataku masih tampak dengan jelas, seolah nyata, mimpi yang kualami tadi malam. Mungkin saking lelahnya hingga tidurku dihiasi mimpi tentang seorang anak kecil yang menjatuhkan adik kecilnya ke selokan. Tapi tidak bisa diketemukan. Akibatnya seluruh penduduk menderita gatal-gatal sekujur tubuhnya. Untuk menanggulangi hal itu, tanah harus dibakar hingga membara. Seram memang, tapi itulah mimpiku malam tadi dalam perjalanan dengan travel dari Yogya ke Surabaya.

Kemudian ku terduduk lemas, dengan sisa-sisa ngantukku, di depan Peron Juanda sembari menunggu dibukakan pintu. Rasa kantukku semakin menjadi. Bola mataku rasanya seberat shipping pump di tempatku bekerja. Lagi, perutku sudah mulai melilit ingin memuntahkan sesuatu. Ku lihat orang berlalu lalang, ada yang sibuk keluarkan tiket dari tasnya yang besar dan berat. Ada yang sibuk bersalam-salaman dengan kerabatanya yang mengantarnya ke bandara. Ada cewek yang sok cakep mondar-mondir di depan orang-orang yang lagi menunggu pintu masuk dibuka. Semacam pura-pura cakep. Padahal sebenarnya beberapa diantaranya ada yang memang lumayan cakep juga sih.
Di seberang sana, Pak Satpam sudah mulai terlihat membuka pintu dan persilahkan kerumunan orang untuk menyerbu masuk. Aku biarkan aja semuanya, berjejal memasuki peron, aku tunggu sampai sepi dan semua berlalu. Dengan gontai ku bawa tas beratku dan kutunjukkan tiket Mandala-ku. Tapi Satpam itu acuh saja seolah sudah tahu, aku memang penumpang resmi. Dan kulewati saja papan2 berjalan dan berputar itu, seseorang menempelkan stiker di tasku. Dengan bersemangat ku berlari kecil menuju pojok hall ini. Lalu ku buka pintu disana, dan lega rasanya, karena kewajiban pagiku sudah kulakukan selayaknya. Ku keluar dengan lega dan senang, sembari menjawab beberapa SMS ku goreskan tulisan ini, sembari ku duduk di atas kereta dorong barang, di belakang orang2 yang sibuk cek in.


No comments: