Akhir-akhir ini mengurus SIM sama gampangnya dengan membeli pulsa handphone. Sekarang pesan sekarang jadi. Ngurusnya juga gampang, tak perlu melalui loket resmi. Kita tinggal serahkan semuanya pada petugas, kemudian ia yang mengurus semuanya, kita tinggal terima beres.
Suatu hari saya ingin memperpanjang SIM A dan C di Polres di kota saya. Awalnya saya tak tau alias lupa gimana step by step-nya. Lalu bertanya pada salah seorang petugas yang berseliweran di sekitar loket SIM. Si petugas dengan bijaksananya mengajak saya masuk ke ruangan dan dengan bijaksana pula meminta atau menyuruh saya menyerahkan syarat yang diperlukan setelah terlebih dahulu disuruh memfotokopi SIM lama. Dengan bijaksana pula ia menyebut sejumlah angka dalam rupiah untuk 2 macam SIM tadi. Lalu kantong pun dirogoh dan saya menyerahkan duit tanpa kuitansi bukti pembayaran.
Tak berapa lama saya mendapat panggilan untuk foto SIM di sebuah ruangan di seberang sana. Bapak yang 'membantu' saya tadi mengantarkan dan menyuruh saya menunggu panggilan berikutnya, dan pamitan seolah SIM-nya sudah jadi dan tak akan ketemu lagi setelah saya foto. Saya pun mengucapkan terima kasih berkali-kali dan akhirnya menyatu di dalam ruangan kecil itu. Orang-orang berdiri mengantri dan saya juga ikut menunggu antrian. Lalu dengan senang hati saya masuk dan difoto. Kamera yang digunakan adalah kamera digital pocket kelas murah 3.2 MP dengan tripod dan langsung konek ke komputer pembuatan SIM, cukup canggih mungkin kalau saya lihat beberapa tahun lalu, tapi sekarang sudah jadi mainan biasa di rumah. Hanya menunggu kurang lebih 15 menit, SIM sudah jadi dan saya pulang dengan senang hati.
Beberapa bulan berikutnya, saya berkunjung lagi ke Polres yang sama. Namun kini mengantarkan adik saya memperpanjang SIM C dan mengurus baru SIM A, karena ia baru belajar naik mobil. Dengan mengingat dan belajar dari peristiwa dulu, saya pura-pura bertanya ke salah satu petugas yang wara-wiri di sekitar daerah loket SIM, sama kayak yang saya lakukan dulu. Prosesnya hampir saya, setelah membayar sejumlah uang tanpa kuitansi dan menunggu antrian foto, sangat sebentar karena waktu itu hari sudah siang, SIM jadi dalam waktu 20 menit dari pertama datang hingga terima SIM. Petugas yang membantu tadi yang berkepala botak dan berbadan pendek hanya manggut-manggut ketika menyerahkan SIM A dan SIM C adik saya plus 1 lembar sertifikat kursus mengemudi dari salah satu lembaga kursus mengemudi di kota saya dengan nilai 'CUKUP'. Heran juga melihat kejadian itu. Tapi, terima aja. Yang penting SIM-nya jadi.
Saya jadi ingat peristiwa waktu pertama kali saya nyari SIM dulu, waktu itu saya baru tamat SMP dan dengan bermodal surat keterangan domisili, karena waktu itu saya belum cukup umur untuk memiliki KTP. Waktu itu saya diantarkan paman saya, setelah menghubungi salah seorang teman paman saya yang polisi lalu lintas disana, ia mengurus semuanya dan kami (saya dan paman) tinggal duduk manis di ruangan tempat ceramah dan mendengar salah seorang petugas mengoceh tentang segala macam informasi yang berhubungan dengan lalu lintas. Dengan guyonan jayus dan garing petugas itu, acara pun selesai dan tinggal menunggu acara foto SIM. Waktu itu memang ramai sekali yang mengurus SIM. Jadi, meskipun pakai bantuan seorang petugas kenalan paman saya, tetap saja antriannya di belakang dan jadinya menunggu agak lama.
Herannya, akhir-akhir ini tak pernah lagi ada petugas yang memberi ceramah di ruangan khusus kepada calon pencari SIM, seperti ketika pertama dulu saya mencari SIM. Saya hanya prihatin kepada pencari SIM baru, yang misalnya ia masih belum cuku umur dan belum tahu seluk beluk lalu lintas, tak mendapat informasi yang jelas dan benar seputar cara berkendara yang baik dan benar sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadilah, sekarang, di jalan banyak melihat anak-anak muda belok tanpa lampu sign, trus ibu-ibu motong jalan dari kanan ke kiri tanpa tengok-tengok apakah ada mobil yang lewat hingga anak-anak belum cukup umur naik sepeda motordengan kecepatan tidak tepat pada tempat yang salah. Pantas saja lalu lintas jadi kacau dan sering terjadi kecelakaan yang tidak diperlukan, barangkali karena lemahnya dan kurang ketatnya sistem pengurusan SIM. Minimal diberi ceramahlah, paling tidak, sebagai pemula tahu apa artinya garis putus-putus dan garis lurus di tengah-tengah jalan, misalnya.
Sungguh kemajuan jaman yang -apakah pantas disebut kemajuan?.
Sunday, April 13, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment