Rasanya masih belum rela, adikku akan dipinang sama calon suaminya dari Jatiluwih. Sebenarnya ada rasa sedih karena sekian tahun kami bersama ia akan "pergi" meninggalkan kami untuk bergabung dengan keluarga calon suaminya. Ada rasa menyesal, kenapa aku tak kerja keras dulu, mencarikan jodoh di dekat rumah agar bisa tinggal sekampung dan ada teman diajak berbagi kala suka maupun duka.
Penyesalan selalu datang di belakang. Yang perlu aku lakukan adalah menerima, menerima keadaan, dan kami percaya sudah ada yg mengatur dan memetakan jalan kami. The show must go on. Pada tanggal 16 Maret kemaren, sehari sebelum aku berangkat ke Balikpapan, Wayan bersama bapak ibunya datang ke rumah melakukan perkenalan keluarga. Kami di rumah diwakili Pakde, Paktut dan Meman-Meadek menyambut sederhana dan sepakat untuk "nyuwang" tanggal 4 April dan "mepragatang" tanggal 16 April. Namun masih ada ngeraos sekali lagi tanggal 23 Maret untuk membicarakan hari yang disepakati dengan membawa keluarga besar.
Dalam pesawat ke Balikpapan aku menangis, selalu ada rasa tak rela juga sedih karena akan terpisah dalam jarak dan waktu. Kadek yg biasa menemani istriku dikala aku tak di rumah juga kadang mengantarkan aku ketika aku berangkat kerja, nanti mungkin tak akan tinggal dekat kami lagi. Segalanya berubah, semuanya akan melalui saat-saat seperti ini dan kita harus siap dan bersiap. Aku pun berdoa, semoga istriku bisa lebih mandiri dengan ditinggal menikah oleh Kadek, semoga ia bisa belajar lebih baik untuk segala hal tentang rumah, keluarga dan upacara. Astungkara.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Thursday, March 20, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment