Perjalanan kali ini cukup menantang. Dari cerita nge-Gojek pertama kali hingga bertemu Kepala Kantor Pajak Tabanan di bus jurusan DPS-SBY tadi malam.
Sehari sebelum Nana ultah, Rabu 4 November 2015 jam 6 pagi-pagi saya sudah selesai mandi dan sembahyang. Siap-siap berangkat menuju bandara dengan nebeng bersama Iin ke Banjar Semer, Kerobokan. Di Alfamart saya duduk sambil mengorder Gojek. Tak sampai semenit ada telfon masuk dan ternyata gojek yg bernama Suroto akan mengantar ke bandara dengan biaya 15.000 saja. Saya kasih lebih karena service-nya exceed requirement.
Dengan langkah mantap saya menuju terminal keberangkatan domestik Ngurah Rai Airport pagi itu sekitar jam 9. Namun perasaan mulai tak menentu ketika dari jauh terlihat banyak orang duduk-duduk di depan pintu masuk. Tidak seperti biasanya. Benar saja. Ternyata sejak tadi malam bandara tutup hingga esok pagi jam 8.45 karena debu erupsi Rinjani terbang ke arah barat. Membuat 3 bandara lumpuh total. 300 lebih flight cancel. Parahnya kenapa saya yg merasa selalu update informasi via dunia maya tak tahu lebih awal berita itu. Saya memilih pulang ke rumah pagi itu setelah dapat info bisa refund tiket dimana saja di seluruh Indonesia.
Saya pun pulang naik ojek bandara dengan ongkos 120rb perak sampai Pandak Gede. Istri saya booking bus gunung harta sore nanti ke Surabaya. Setiba di Pandak saya langsung menuju Kediri untuk bayar tiket bus seharga 180rb. Kemudian balik Pandak lagi. Kaki saya lemas, semangat jadi lenyap terbang bersama debu Rinjani. Namun kehadiran istri dan si kakak-adik Ranacitta selalu kembali menguatkan saya. Siang itu pula ada kadek dan keluarga main ke rumah. Ngerujak bersama sambil menanti keberangkatanku sore nanti.
Jam setengah 6 sore saya tiba di pool bis, diantar Wanda. Jam 18.30 bis berangkat menuju barat mengejar matahari terbenam. Disinilah cerita dimulai. Di samping saya duduk ternyata Kepala Kantor Pajak Tabanan. Cerita pun panjang lebar dari cerita urusan negara hingga cerita anaknya yg jadi bintang film Janji Hati atau Janji Suci ya? Saya jadi lupa. Anaknya bernama Erma bla bla bla. Lupa.
Sepanjang jalan hingga Surabrata kami ngobrol, atau lebih tepatnya saya seperti mendengarkan bapak, yg mengaku bersih korupsi ini, berceloteh tentang pajak hingga perlakuan kurang nyaman dari orang Bali terhadap dirinya sebagai pendatang. Sedikit SARA tapi untuk menambah wawasan tak ada salahnya. Perjalanan pun berjalan lancar hingga akhirnya menyeberang selat Bali. Makan di warung sekitar Situbondo. Kemudian kami tiba subuh-subuh di Surabaya jam 4 WIB. Saya naik taxi ke Juanda selama sekitar 20 menit. Ongkosnya 71rb perak.
Tiket saya yg cancel dari DPS-BPN via UPG juga tidak bisa saya refund di Surabaya karena konon katanya tiket masih status checked-in di Bali. Saya minta tolong Santi refund di Bali namun tidak bisa juga karena harus dilakukan pemilik tiket langsung. Akhirnya saya coba cancel via call center dan ternyata bisa. Namun karena saya beli via Traveloka saya harus refund lewat travel agent. Saya pun call traveloka, disarankan mengisi form refund online. Proses refund memakan waktu 30-90 hari kerja (di luar hari Minggu dan hari libur).
Maksud hati merubah jadwal tiket saya maju ke jam 6 tak tepenuhi karena flight pagi itu full.
Akhirnya saya pasrah saja ikut flight JT264 jam 8.30 dari Surabaya. Tiba di Balikpapan sekitar jam 11 siang lalu langsung mencarter innova menuju Santan. Niat mengejar boat menuju WSN pupus sudah. Dan ini harusnya trip pertama saya ke WSN setelah mendapat surat pindah minggu lalu. Kesan pertama malah bikin ulah.
Total perjalan saya 24 jam plus perjalan cancel dari bandara ke Pandak PP 4. Jadi total 28 jam. Kediri-Surabaya memakan waktu 9.5 jam. (18.30 - 04.00). Total waktu tempuh Kediri-Gilimanuk 4 jam 18.30 - 23.30).
Dan malam ini saya menginap di Santan untuk menunggu boat ke WSN pada hari Senin sore karena 3 hari ini kanal sedang low tide. Saya bakal 3 hari ngantor di Santan Terminal. What a wonderful journey ever.