Setiap akhir bulan, ketika gaji2 karyawan belum dibayar, ketika uang di kantong sudah makin menipis, Jaka selalu sibuk mencari wifi gratis. Dimanapun adanya. Di cafe, di warung-warung pinggir jalan, kantor-kantor pemerintahan hingga nebeng hot spot dari teman-temannya yang punya banyak uang.
Jaka bekerja sebagai social media administrator & digital marketing sebuah toko online. Tugasnya sungguh menyenangkan, hanya menjaga akun2 social media toko online tersebut. Memantau follower, merencanakan posting, melakukan studi hashtag yg powerfull hingga me-like ribuan foto followernya.
Ia mempunyai pacar sejak kuliah. Mereka tinggal di kota yg berbeda dan melaksanakan ritual LDR (long distance relationship) sejak lulus kuliah. Mereka berdua adalah lulusan jurusan IT di perguruan negeri di Jogjakarta. Jenny nama pacarnya. Mereka kerap mencari sinyal wifi gratis agar bisa video call atau sekedar ngedate online. Mahalnya harga paket data operator membuat mereka harus merancang strategy agar selalu dapat gratisan. Ketika di rumah, mau tak mau Jaka harus pakai paket dari operator karena di dekat rumahnya tak ada wifi gratis.
Obrolan pacaran mereka pun tak jauh dari wifi gratisan.
"Dapat sinyal dimana ayang?" Jenny menyapa romantis di seberang sana.
"Tadi pulang kantor langsung ke cafe Cihuy di Jakal. Sinyalnya lumayan kenceng nih. Oya besok kayaknya aku mau nyoba wifi di Jalan Gejayan. Kata Chiko disana ada warung angkringan yang pake wifi super kenceng," seru Jaka dengan bangganya.
Makin lama harga paket data makin mencekik. Jaka mengerang karena separuh gaji bulanannya habis hanya untuk membeli paket data. Sisanya buat makan. Tak ada yg bisa ia tabung.
Tak hanya mereka. Puluhan, ratusan bahkan ribuan anak muda mengalami hal serupa. Sering terdengar di TV jika mahalnya harga paket internet membuat banyak masalah. Anak2 muda rebutan sinyal wifi. Bahkan ada anak ABG yg sampai melakukan percobaan bunuh diri saat frustasi karena susahnya mendapat sinyal wifi gratis.
Di sela kerjanya yang bisa dibilang cukup santai, Jaka sering melakukan riset kecil di kantornya, saat pulang ke rumah ia lanjutkan riset isengnya. Bahkan kerap ia hanya tidur 4 jam semalam. Riset kecilnya tak sia-sia. Sedikit sentuhan lagi ia akan berhasil membuat sebuah pohon yang bisa memancarkan sinyal wifi.
Jika ini berhasil pohon wifi ini akan bisa memancarkan sinyal wifi dan yg paling penting adalah gratis. Penemuan Jaka akan jadi solusi besar2an buat seluruh fakir wifi, pikirnya penuh semangat.
Namun ada satu hal yang belum ia temukan jalan keluar. Ia tak mampu membeli sebuah chip canggih produksi negeri Panda sana. Ia cek di alibaba.com harganya ratusan juta rupiah. Jelas ia tak mampu membeli chip tersebut karena sama sekali tak punya tabungan.
Kawan2 yg ia mintai bantuan mencibir ide gilanya.
"Jangan mimpi, Jaka. Idemu benar-benar konyol. Bill Gate aja gak mampu bikin gituan," olok Joni teman kantor Jaka.
"Kamu kebanyakan pegang smartphone. Mimpimu terlalu mengada-ada," Riko menambahkan sambil mempraktekkan memegang smartphone dengan kedua tangannya.
Jaka pun pernah menawarkan idenya ke operator seluler terbesar di negeri ini. Namun idenya ditolak mentah-mentah. Bahkan manajer perusahan itu berucap dengan ketus.
"Jika itu kamu realisasikan. Jangan harap hidupmu bakal tenang," ancam sang manajer tidak main-main.
Bagaimana tidak. Jika penemuan Jaka berhasil, operator-operator selular bisa gulung tikar. Bencana buat mereka.
Ia tak berhenti mencari cara bagaimana mengumpulkan uang membeli chip sakti tersebut. Kawan-kawannya tetap menolak ketika ditawari patungan karena prototype-nya benar-benar mahal.
Dalam satu kesempatan ia menemukan halaman fans Presiden Jokowi ketika ia berselancar di Facebook. Ratusan orang menulis tak jelas, mulai dari komplain hingga nada-nada menghujat tanpa memberi solusi.
Akhirnya ia mencoba mengirim pesan melalui jalur pribadi lewat Facebook Messenger. Jaka mengutarakan ide cemerlangnya dengan gamblang. Tanpa malu ia meminta bantuan dana. Sehari berlalu tak jua pesannya dibalas. Seminggu, dua minggu bahkan hingga sebulan tak ada jawaban. Dalam hatinya ia sudah semakin pasrah. Semakin jauh harapan mewujudkan ambisinya.
Hari itu hari Jumat matahari bersinar cerah, langit biru bersih tanpa awan. Ketika ia sedang dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumahnya, sebuah pesan masuk ke Facebook Messengernya.
"Pak Jokowi ingin bertemu. Apakah bisa menghubungi nomor berikut?" ia kaget bukan kepalang. Ia mencubit-cubit pipinya. Jaka begitu yakin ini bukan mimpi.
Seminggu kemudian ia berangkat ke istana. Tak lupa ia kenakan kemeja putih lengan panjang agar mirip pak presiden, juga untuk menarik perhatian bapak presiden.
Dalam rapat tertutup itu, pak presiden mengajak serta menristek dan menteri pertanian untuk membicarakan rencana besar itu. Akhirnya diputuskan tim kerja harus dibentuk yang dipimpin oleh menristek sendiri. Menristek membentuk team gerak cepat dengan merekrut 26 sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk melakukan riset komprehensif. Mulai dari sarjana IT, pertanian, ahli mikroprosesor dan mikrokontroler, rekayasa genetika, artificial intelegensia, semuanya dikumpulkan menjadi satu team yang tangguh. Jaka menjadi koordinator team super itu.
"Jika ini tidak berhasil, nama kamu taruhannya." seru pak presiden kepada Jaka. Jaka sedikit keder, namun semangatnya mengalahkan rasa takutnya.
Percobaan demi percobaan dilakukan di Graha Garuda, pusat laboratorium canggih tim 26.
Jaka mewakili bidangnya yaitu teknologi informasi. Ia memimpin setiap diskusi dan memaparkan cara kerja pohon wifinya. Budi yang sarjana pertanian dengan cermat memilih varitas pohon yg ramah lingkungan. Pohon wifi harus berdaun rimbun yg bisa jadi peneduh, berbuah lebat dan berbatang yang kuat. Akarnyapun harus kuat namun tak boleh merusak pondasi bangunan di sekitarnya.
Semua team bekerja sama dan saling dukung, bahu membahu. Dalam waktu 26 hari selesailah penelitian tim gerak cepat. Sebuah bibit pohon wifi tercipta dari laboratorium Garuda.
Pohon pertama diberi nama Pohon Wifi 1.0 ditanam di depan istana bogor. Pohon tumbuh cepat terutama jika rajin disiram dan terkena penuh matahari sepanjang hari. Sinyal wifi pun mulai muncul ketika 26 hari tlah berlalu. Makin banyak yang menempelkan jempol di batangnya, sinyal wifi yang keluar dr pohon wifi makin kencang.
Pohon wifi juga memiliki keunggulan menghasilkan oksigen lebih banyak dan kemampuan menyerap karbondioksida lebih tinggi. Daun-daunnya pun mampu menyerap debu halus yang beterbangan di sekitarnya.
Bibit-bibit pohon berikutnya diperbanyak dan dikirim ke segenap penjuru negeri. Masyarakat girang bukan kepalang. Para pemimpin memasyarakatkan gerakan menanam pohon wifi serentak di seluruh negeri. Semua rakyat akhirnya menikmati wifi gratis dari pohon-pohon wifi yang ditanam di setiap penjuru kota hingga pelosok desa.
Untuk menghubungkan smartphone dengan pohon wifi, cukup mendekatkan smartphone ke pohon wifi dan secara otomatis sinyal wifi pun tersambung. Begitu mudahnya.
Internet bisa dinikmati semua lapisan masyarakat secara gratis. Akhirnya tanggal 26 Juni ditetapkan sebagai hari Wifi nasional. Karena tanggal tersebut adalah saat bibit pohon wifi ke 26 di tanam di depan istana negara.
Pak Jokowi puas dengan hasil penelitian anak bangsa. Tim gerak cepat diberikan hadiah uang dan liburan kemanapun mereka mau. Jaka sebagai pencetus awal dihadiahi sebuah rumah mewah seharga 1 milyar rupiah.