Monday, September 24, 2018

Drone, Vertigo dan Otonan

"Canda obat yang termurah. Cinta obat yang terindah."

Off 05 - 22 Sept 2018.
Off ini kami menuju Balikpapan lewat Bontang. Organisasi baru sudah dilaunching, beberapa orang pindah dan ada pula yang datang. Karena lewat Bontang, saya terpaksa menginap di Walan Juanda malam itu. Kamis pagi ke Bali dengan pesawat paling pagi. Ibu menjemput aku langsung ke Bandara, sarapan di warung Nikmat pagi itu nikmat tiada tara. Setiba di rumah langsung jemput anak-anak ke sekolah. 

Jumat nengok proyek kos di pesiapan. Sudah selesai pondasi dan mulai ngecor slop. Cimol tak mau sekolah karena hari itu sembahyang di pura Dalem. 

Sabtu 8 Sept 2018 pagi kami libur dan maksud hati ke BW pagi itu, tapi jam 7 pagi kepalaku tiba-tiba serasa pening dan melayang. Akhirnya aku iseng cek tensi. 150-160-an. Langsung aku istirahat dan minum captopril 12.5 mg sebutir. Setengah jam kemudian tensi sudah normal. Seharian istirahat dan tiduran saja. Sore sehabis mandi air hangat iseng cek tensi lagi, naik juga ke 150. Aku minum sebutir Captopril lagi dan sore itu ke UGD RS Nyitdah, tensi diukur disana 110 saja dan hasil EKG juga normal. Diberikan obat pusing dan vitamin. Disuruh monitor tensi pagi baru bangun dan malam menjelang tidur selama 10 hari ke depan. Sehabis itu selama seminggu ke depan kepala masih terus melayang-layang. Bawaannya mau tidur saja. Minggu sembahyang tilem di pura Ciwa dan terpaksa pake jaket karena dingin. 

Senin upacara nebusin otonku siang-siang berlangsung lancar. Ada mbah Dona datang menemani. Hari itu anak-anak mulai UTS. Selasa tanggal merah, masih istirahat aja di rumah. Rabu Kamis anjep anak sekolah saja sambil menikmati kepala yang masih melayang. Kadang hilang kadang muncul. 

Kamis, sepulang UTS kami menuju Udayana maksud hati membeli drone tapi stok tidak ada di Sinarphoto. Nunggu kabar 3 hari ke depan. Jumat ke jero sepulang dari sekolah, maunya nginep tapi tak jadi. 

Sabtu 15 Sept akhirnya ke BW, anak-anak naik zoomoov dan makan siang di MMjuice. Karena kedinginan dan capek, kepala jadi goyang dan kami pulang cepat. Ternyata masih belum fit. Minggu 16 Sept kami makan siang sate ayam di depan Selamet, nongkrong dangin carik, mampir di taman kota Tabanan, dan melihat kebakaran kecil di pasara Tabanan. 

Senin 17 Sept aku putuskan ke dokter syaraf saja dengan dokter Putra di kasih Ibu. Aku dites berdiri dan menutup mata, menyilang tangan di depan dada, dan menyilang kaki, ketiganya badan terasa oleng ketika pejamkan mati. Dokter memastikan gejalan vertigo dan memberi 3 macam obat:
- vertigosan 3 x 1 
- gratisin 1 x 1
- kalmeco 2 x 1 (vitamin darah)

Selasa 18 Sept ketika menuju Cellular World mau beli drone, sinarphoto menelfon mengabarkan drone sudah ready. Langsung aja menuju kesana. Menunggu 1 jam charge batere, tutorial singkat dan langsung bungkus. 

19 September jemput anak-anak sekalian ke pasar Tabanan beli kacang, ke toko Solo dan liat mixer di Aneka dan Suara Indah. Kamis 20 Sept hendak ngurus BPHTB tapi tidak jadi karena dapat bocoran, tahun 2019 semua BPHTB dari tahun 2013 ke bawah akan digratiskan. Semoga lancar ya. Siang menyempatkan test drone di sawah belakang rumah sambil ngejar bebek. Tes yang kurang hati-hati. Drone hampir nyungsep di lumpur karena belum set GPS. Kesalahan fatal newbie. Pelajaran no 1. 

Anter jemput anak-anak sekolah, ngayah mebersih di pura Ciwa serta sorenya tes drone di Kebilbil. Kali ini lupa start record video. Alamakkk. Pelajaran no 2. Malamnya beli buku Danishway of Parenting di bukalapak. 

Sabtu 22 Sept aku terbang ke Balikpapan setelah menghabiskan cuti 4 hari. Sayang tak bisa menghadiri odalan Senin besok. Pagi itu setelah ngerainin jumah bedangin, diantar ibu menuju bandara dan pesawat tiba dengan selamat di Balikpapan tepat waktu. 

Pagi tadi bisa berangkat hanya 5 penumpang, ketemu pak Sony dan mbak Noka. Malam ini, aku menyatu bersama deru angin laut menembus malam yang pekat menuju Attaka Field yang sebulan lagi berganti perusahaan. Let's rock the platform! Astungkara sehat dan lancar.





No comments: