Tiba-tiba aku merasa rindu sekali dengan Jogja. Tadi malam aku bermimpi kuliah lagi dan bergabung dengan teman-teman yang dulu. Bahagia sekali rasanya mengingat masa-masa indah dulu. Masa penuh tawa, masa tanpa beban apa-apa. Berjalan lurus pantang mundur dan seolah tak pernah ada halangan.
Terakhir aku menginjakkan kakiku disana sekitar 4 bulan yang lalu. Waktu itu melakukan sesi fotografi yang sudah lama dinantikan. Sebelumnya, aku juga telah menginjakkan kakiku ketika adikku Wisuda tahun yang lalu. Dan yang terakhir dan merupakan detik-detik terakhir penutup aku disana disaat aku wisuda 21 November 2006. Semuanya berlalu bersama gelombang kenangan yang bergetar dalam setiap aliran darah di sekujur tubuhku.
Jogja memang penuh kenangan. Jogja adalah kota segalanya, yang memberi segalanya bagiku. Di sana juga cintaku sempat berlabuh, hanyut, karam dan terdampar. Di sana juga mimpiku tuk jadi musisi terkenal dan punya album kenangan kandas di pinggir jalan. Di Jogja juga tubuhku pernah dilindas meteor jutaan ton, dihempas topan ribuan kilometer per jam dan dibakar suhu jalanan ratusan derajat Fahrenheit. Di sana juga segalanya dimulai. Aku mulai belajar, aku mulai merangkak dari nol. Aku mulai mengaduh, aku mulai tertawa. Aku mulai membasuh muka, aku mulai berteriak pada dunia.
Jogja juga menjadi jendela dunia fotografiku. Disanalah gudang foto terpampang dengan gratis. Disana bakat terpendamku sedikit terkuak namun tak juga layak bersanding dengan potret dunia. Aku meloncat, terbang dan melesat melebihi kecepatan cahaya. Mencabik-cabik tombol dan memutar-mutar diafragma dengan kecepatan cahaya. Aku membingkai alam dalam sebuah tema dan memebekukan setiap gerakan di dalamnya. Aku tertawa bersama sinar mentari pagi dan gembira diterjang langit biru.
Di Jogja juga aku sadar betapa arti persahabatan, arti keramahtamahan. Tak ada yang mengalahkan ramah tamah orang Jogja. Mereka tersenyum tanpa pamerih. Mereka tertawa menutupi derita. Mereka berdoa pada dunia. Mereka bersahabat tanpa mengharapkan imbalan, tulus. Mereka adalah bagaikan Tugu Jogja yang berdiri kokoh diterjang mentari, jogja dan tegar.
Tiba-tiba aku rindu Jogja. Kapan aku bisa ke sana lagi, bersenda gurau dan menyenangkan hati. Apakah kau masih menunggu disana? Bersama tombol-tombol cahaya? Someday I'll be there..
Thursday, June 05, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment