Hari Minggu tanggal 13 July aku ke Santan lagi untuk memenuhi panggilan MCU (medical check up) tahunan yang harusnya sudah aku lakukan pada bulan Mei, tapi karena berbagai kesibukan dan short man power akhirnya ditunda sampai 2 bulan (2 kali ON Duty). Niat ingin ketemu dokter Tony Tirtamulya tidak kesampaian. Kabarnya ia hari itu juga pulang dan hari itu adalah hari terakhirnya mengabdi di perusahaan yang besar ini. Menurut kabar dari seorang tenaga medis di Attaka, beliau akan menghabiskan waktu purnakaryanya di Bali dengan membuka bisnis penginapan alias hotel. Tapi sayang, waktu itu saya tidak bisa ketemu, padahal aku ingin tahu dimana beliau membuka bisnis di Bali.
Hari Minggu itu, pagi-pagi, subuh-subuh jam 5.30 Kepodang sudah melaju dari Attaka tercinta. Cuaca yang masih gelap dan udara yang masih dingin membungkus aku pagi itu. Tapi semangat membara dalam hati mengalahkan udara dingin pagi itu. Karena hari itu aku akan ke Santan lagi, bertemu dengan kicauan burung dan lambaian pohon-pohon albesia yang tumbuh kokoh di belakang ruang tunggu dock site. Jam 6.30 akhirnya boat sudah merapat di boat landing dock site aku pun bergegas turun lalu melanjutkan langkah kaki yang semangat ini menuju Santan Clinic. Begitu memasuki ruang clinic, ku terobos saja pintu-pintu yang bisa kembali sendiri lalu di ujung sana aku temui 2 orang tenaga medis, yang salah satunya perawat gadis yang seumuran adikku, namanya Christine. Mereka sedang diskusi ngalor-ngidul dengan dokter Cong, dokter baru yang masih muda dan berwajah kuning bersih. Pakaian mereka merah-merah dan seolah menandakan semangat mereka "menggarap" aku pagi itu.
Lalu aku langsung menuju ruang pengambilan darah. Dipandu Christine yang berwajah kuning bersih juga, darahku diambil untuk kemudian ditest. Lalu gadis yang lulusan Akper Pertamina Jakarta ini menyerahkan sebotol kecil dan menyuruhku mengambil urine di belakang sana. Setelah itu aku dipersilahkan menyantap sarapan pagi di Mess Hall. Mess Hall pagi itu sudah sunyi, karena waktu makan sudah hampir habis, sisa 15 menit lagi.
Kemudian dengan tetap bersemangat aku kembali ke Clinic lalu langsung disambut si cantik Christine dan diajak ke ruang rekam jantung. Di sana aku buka setengah baju lalu tiduran di atas pembaringan dengan seprai dan sarung bantal putih-putih, bersih. Lalu ia meraba-raba dadaku yang berdegup dag dig dug, menempelkan benda-benda aneh yang berisi kabel-kabel terjuntai. Semakin membuat aku sedikit tegang, semoga hasil rekam jantung ini tidak dipengaruhi oleh ketegangannku saat itu. Setelah melakukan test nafas dengan menghembuskan nafas sekuat tenaga pada sebuah alat elektronik, lalu dilanjutkan dengan foto rontgen yang diambil oleh tenaga medis yang pria. Aku membuka setengah pakaian atasku lalu disuruh menghadap ke dinding. Tarik nafas dan tahan, lalu suara shutter release berbunyi dengan lembut menandakan aku sudah bisa bernafas seperti biasa dan kembali ke posisi rileks.
Medical check up diakhiri dengan test pendengaran. Aku masuk ke sebuah ruangan kecil ukuran 1 meter persegi yang kedap suara. Lalu disuruh mengenakan headphone dengan warna merah di sebelah kanan, biru di telinga kiri. Suara-suara denging aku dengarkan, sembari memencet tombol-tombol jika suara-suara dengan berbagai frekuensi itu aku masih bisa dengar dengan jelas. Lalu aku dipersilahkan menunggu dan kembali ke clinic after lunch.
Tanpa pikir panjang aku melangkahkan kakiku yang rapuh menuju BB11. Ruang kenangan tempat dulu kami nge-rock dan aktifitas gila lainnya selama field development training. Akhirnya aku keluarkan senjata kesayanganku lalu aku nonton film "Maaf saya menghamili istri anda" dan 2 CD bagian 1 dan 2 dari Pak Tung yang merupakan paket bonus dari buku Marketing Revolution.
Siang telah tiba dan setelah istirahat makan siang, aku bergegas ke clinic dan sudah tidak sabar melihat hasil kesehatanku. Aku bertemu dengan seorang security yang pensiun 2 tahun lagi. Kami bersama menuju clinic karena ia juga MCU hari itu. Langkahnya tegap pertanda ia rajin berolahraga dan menjaga kebugaran badannya.
Sampai di Clinic aku langsung disuruh foto rontgen lagi, katanya yang tadi kurang tajam. Lalu dokter mempersilahkan memasuki ruangannya. Ia cerita panjang lebar tentang hasil test darahku. Ternyata kolesterolku yang naik drastis, 245 point dan 191 point untuk LDL Kolesterol. Dan aku bertanggung jawab untuk meyakinkan diriku untuk selalu berolahraga teratur dan mengatur pola makan sehat bebas lemak dan kolesterol. Aku pulang dengan lunglai karena rasanya semangatku pagi tadi sudah hilang dimakan kolesterol jahat yang cukup banyak bercokol dalam darahku.
Karena sorenya tidak ada boat ke Attaka, aku memilih menginap di Santan saja. Aku disediakan kamar di camp dekat mess hall, kamar nomor 3 menghadap kolam renang. Sore hari karena tak ada kerjaan aku jalan-jalan ke Santan Airport, karena disana sedang ada kompetisi olahraga terbang layang PON 2008 Kaltim. Udara panas sore itu tidak menyurutkan langkahku untuk jepret sana jepret sini dari mata besi kesayanganku. Lalu aku menyudahi saja karena aku haus, di perjalanan pulang aku ketemu crew TMG sedang duduk santai di shop mereka. Aku minta sebotol air mineral kepada Aditama yang waktu itu sedang on duty. Lalu aku melanjutkan langkah menuju kamar, tapi aku singgah sebentar ke IS shop untuk sekedar membaca email, karena tadi pagi kekasihku mengirim SMS untuk membaca email paling tidak sore ini. Disana aku bertemu Lutfi.
Lalu aku pulang dan memutuskan untuk mandi. Keesokan harinya aku hampir ketinggalan boat menuju Attaka. Menurut informasi boat akan berangkat jam 7. Tapi ketika jam 6.05 aku ke dock site, Kepodang sudah hendak beranjak dari landing boat. Kontan para security berteriak memanggil kembali Kepodang yang sudah 20 meter beranjak. Aku hanya senyum-senyum malu-malu ke Kaptennya. Ah suasana yang romantis memang kalau tidur di Santan. Karena di laut tak akan menemukan suara gemericik burung berkicau di pagi yang indah. Di laut tidak akan menemukan sinar mentari menerobos di sela-sela dedaunan yang membentuk semburat cahaya yang indah. Karena di laut tak akan menemui petugas pemotong rumput yang yang pagi-pagi sudah berkeliaran membawa pemotong rumput senjata andalannya. Karena di laut yang ada hanya gelombang, karat dan makanan basi.
Lima platform 07.30
Wednesday, July 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment