Saya benar-benar tak menikmati rangkaian ceritanya, namun saya menikmati permainan kata-katanya. Semacam prosa berpantun. Tapi lama-lama jadi agak membosankan juga kalau keterusan permainan pantunnya, terkesan novel biasa.
Buku karya Djenar Maesa Ayu yg hampir mempunyai 100 halaman ini diproduksi oleh Gramedia. Cukup lama saya membaca karena saya taruh di life jaket sehingga saya hanya baca saat on duty, di laut Selat Makazzar, 20 kilometer lepas pantai Kalimantan Timur. Jika ada kesempatan baca di sela-sela naik kapal menuju remote atau ketika istirahat di remote.
Kutipan-kutipannya yg saya suka. Setiap awal bab di awali dengan kutipan unik dan menarik. Berikut adalah 11 kutipan yg akan saya ketik ulang:
- Kematian tak akan pernah bisa mati.
- Deeper than my fear of what might happen to this country is my despair.
- Bagaimana mungkin mengelak dari luka dan kebahagiaan, pertemuan dan perpisahan, jika kita tak kuasa memilih kelahiran dan menunda kematian.
- Kehilangan adalah proses awal menemukan.
- I believe in love without proof.
- Bung, di hari ulang tahunmu yg cerah ini ada segumpal awan yg mengandung mendung. Mungkin ia tahu, saya masih berkabung.
- Jika ada anak panah yg menusukmu, berharaplah itu bukan berasal dari busur jenuhku.
- Status twitter oleh beberapa orang sering ditengarai sebagai isyarat. Sorry, kamu salah alamat!
- We're not born to be something we're not.
- Jadilah mimpi, yg menyelinap saat ia tak sadar diri dan terbangun tanpa tahu jika hatinya telah tercuri.
- Hidup bukan mencari perhentian tapi untuk melakukan perjalanan.
Thursday, April 05, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment