Jam 3.45 subuh aku sudah bangun dan langsung bersiap. Tinggal mandi, bikin teh dan memakai pakaian, tanpa sarapan. Jaman dulu, kalau berangkat pagi gini ibuku biasanya sudah menyiapkan nasi plus telor dadar kesukaanku. Jam 5 tepat aku dan istriku menembus kabut pagi menuju bandara Ngurah Rai. Jalanan pagi itu masih sepi. Kecepatan rata-rata vario merahku 60-70 km/jam. Udara dingin puncak musim dingin menyusup hingga ke sumsum tulang, ke belahan dada, ketiak hingga ke sela-sela selangkangan. Istriku memeluk dengan erat. Di jalanan dekat Kerobokan ku lihat circle K masih buka. Ketika melewati ground zero tampak orang2 berkerumun, ada bule juga orang lokal. Tampaknya mereka mengerubuti dagang nasi jenggo. Di sebelahnya tampak perempuan bertampang PSK sedang dikerubutin laki-laki entah darimana, juga tampak security beberapa diskotik di sekitar sana ikut merayu perempuan binal itu. Kulewati sepeda motor berjalan oleng dgn 3 orang penumpang berwajah ngantuk. Bau arak memenuhi sepenggal jalan Legian pagi itu bercampur aroma nasi jenggo, parfum PSK juga asap tipis truk air minum bertuliskan diktator. Jam 5.35 kami tiba di ujung bandara. Lalu satu kecupan mesra memisahkan kami pagi itu, aku berjalan menuju counter check in yg berjarak sekitar 500 meter dari drop zone sepeda motor. Pegawai-pegawai bandara mulai berjalan kaki dari tempat parkir yg jauh menuju kantor2 maskapai mereka. Tampak 2 bule membawa backpack besar sekali berjalan menyusuri tepi pagar bandara. Mungkin mereka menginap di hotel di sisi utara bandara. Setelah check in dan membayar airport tax yg masih 40rb, aku langsung masuk ruang tunggu. Penumpang sudah mulai ramai. Di ujung pintu kamar mandi tampak seorang perempuan berusia sekitar 30-an memegang handphone bermuka masam. Sepertinya semalam tak dapat jatah dari sang suami. Atau gaji bulan ini belum terbayar secara lunas. Mungkin juga atasannya barusan mendamprat karena kerjaannya belum beres namun ia sudah bermain dgn telfon. Lalu aku duduk di salah satu kursi di ruang tunggu 15. Sudah ada sekitar 30 orang menunggu. Ada yg bengong menahan kantuk, ada yg bermain handphone sambil menunduk, ada yg menelfon entah siapa di seberang sana sambil batuk2. Jam 6.30 panggilan boarding terdengar dengan nyaring. Jam 7 tepat pesawat terbang menuju Surabaya. Jam 6.40 pesawat landing dengan sempurna. Aku melapor ke meja transit lalu coba memajukan jadwal pesawat, namun tak dapat. Tetap mengambil penerbangan jam 8.30. Aku sarapan di Blue Sky Lounge dan jam 8 tepat kami boarding menuju pesawat Boeing 737-900 NG. Jam 8.45 pesawat take off, 1 jam 20 menit kemudian pesawat landing di Balikpapan. Aku langsung menuju ke bandara lama ke counter Cipaganti untuk melanjutkan perjalanan dengan travel ke arah Bontang. Aku sudah buru-buru tapi ternyata masih menunggu penumpang lain yg belum datang. Jam 12 tepat travel berangkat. Kami sempat berhenti 2x. Pertama di pool Cipaganti di Samarinda. Yg kedua di rumah makan Nuansa lepas dari Samarinda. Jam 2.30 sore ku melahap habis bebek goreng dan es teh seharga 35.000. Kami lalu lanjut perjalanan yg berliku itu. Gaya menyetir sopir yg kasar membuat aku sedikit mual. Jam 5.30 sore mobil travel menurunkan aku di portal. Lalu menyewa ojek menuju Tg Santan. Jam 6 pas aku tiba di Santan Terminal, menuju housing 7 kamar 4. Badanku remuk, hatiku rindu dan semangatku berkobar. Pekerjaan sudah menunggu dan hatiku mulai pilu. Demi sesuap nasi, demi sekarung beras, atas nama cinta kulakukan semua ini dengan ceria. |
Friday, September 12, 2014
Berangkat Jam 5 Subuh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment