Sunday, July 17, 2016

Lelaki Bali yang Malas

"Meroko sing bise, meceki sing bisa masih, metajen sing bise, ngadu jangkrik sing bise, minum apalagi, lengkap sudah penderitaanmu jadi lelaki bali." Pidan keto kone, kewala jani nak bali nak sube maju. Nak muani nak sube pade rajin. Sing ane luwa dogen ane megae.

Beberapa sahabat orang luar Bali memandang lelaki Bali hidupnya santai (baca: malas). Yang bekerja para wanita, si lelaki sibuk mecil ayam, adu jangkrik atau meceki sambil minum di bale banjar. Demikian pandangan beberapa sahabat tentang lelaki Bali. Dia malah heran melihat saya pergi jauh merantau, bekerja keras demi anak istri. Berkebalikan dengan anggapannya selama ini tentang lelaki Bali. Mungkin sahabat saya ini men-generalisasi secara sempit. Di sebagian daerah pandangan ini benar. Namun tidak berlalu secara global.

Lelaki Bali adalah pekerja keras. Terutama jika mereka adalah kaum petani. Apa yg sering terlihat di luar adalah karena mereka hanya melihat lelaki Bali di saat santai. Sepulang dari bertani mereka santai, mengisi kekosongan menunggu masa panen dengan kegiatan hiburan. Sayangnya meskipun tidak semua, sebagian lelaki bali hiburannya mungkin tak jauh dari tajen, mecil ayam atau meceki. Sementara si istri sibuk mengerjakan kerjaan rumah tangga lainnya, bahkan ada yg bekerja tambahan untuk menambah penghasilan keluarga.

Di samping pekerja keras, lelaki Bali adalah para master chef andalan. Dalam setiap acara keluarga atau di banajar, lelaki bali selalu jadi bagian mebat (memasak). Mereka dituntut bisa mengolah bumbu dan membuat adonan makanan yang tentu harus enak dinikmati. Bahkan harus bisa memperhitungkan kebutuhan masakan untuk acara massal.

No comments: