Monday, June 22, 2009

Air Mata Bahagia vs Air Mata Duka

Belum kering air mata bahagia sudah menetes air mata duka. Demikian mungkin kalimat yang tepat menggambarkan betapa kerasnya cobaan yang menimpa keluarga saya. Tanggal 6 Mei 2009 saya melangsungkan pernikahan dengan pilihan hati lalu 6 hari setelah hari H, tepatnya tanggal 12 Mei 2009 Bapak, orang tua saya satu-satunya, pergi meninggalkan kami tanpa pesan, tanpa firasat apapun. Kemudian tanggal 18 Mei kami sepakat melaksanakan upacara Ngaben hingga Lanus, diakhiri dengan 24 Mei mepenangkilan di 3 kahyangan dan pura ciwa.

Entah apa, saya belum bisa mengambil makna dibalik peristiwa ini. Saya hanya masih bisa bersedih dan hingga sebulan lebih ini saya pribadi masih merasa kehilangan. Tapi syukurlah dengan adanya istri baru dan calon buah hati dan ditemani dengan adik tercinta, hati ini sedikit terhibur. Saya juga menghibur mereka dengan membelikan HP keluaran terbaru dan canggih. Semoga mainan baru itu bisa mengalihkan mereka dari kesedihan, ya paling tidak mengurangi.

Pagi itu, hari selasa tanggal 12 Mei 2009 saya akan berangkat seperti biasa ke Balikpapan menunaikan tugas mulai itu. Seperti biasa pula Bapak menyiapkan semuanya untuk keberangkatan saya pagi itu. Pagi itu pula istriku pertama kali bekerja, begitu juga aku akan bekerja esok harinya setelah cuti menikah ditambah cuti tahunan dan off duty. Kadek juga masuk pagi hari itu. Setelah Bapak selesai mepekeling, kami bertiga, saya, bapak dan istriku memanjatkan gayatri mantram 3x. Gayatri mantram itu pula gayatri mantram pertama dan terakhir kami panjatkan bersama-sama bertiga. Lalu pagi itu pula kami, aku dan istriku, berangkat ke Tuban mengantarkan aku akan ke Balikpapan. Tak seperti biasanya, pagi itu Bapak melepaskan kami dengan sedikit kata. Ia hanya mengucap, "Ya sana dah berangkat, hati-hati di jalan", ucapnya tanpa tanda. Kami hanya berlalu menembus kabut dingin pagi itu.

Setiba di Balikpapan, sekitar jam 15.00 aku menyempatkan menelfon bapak dan ia bilang ia baru saja bangun tidur. Lalu setengah jam kemudian ia masih mengirimkan pesan singkat ke HP ku "Ya syukurlah kamu tiba dengan selamat", demikian katanya di sms. Tak ada firasat sama sekali. Aku berlalu saja ke pilot jety untuk menunggu boat ke Attaka jam 17.00 nanti. Tapi tanpa diduga, tak kusangka, Bapak telah pergi meninggalkan kami sekitar jam 16.30. Karena panik entah harus bicara apa, orang rumah baru memberi tahu sekitar jam 21.30 ketika aku tiba di Attaka. Bosku langsung menyuruh aku pulang.

Tak kusangka semuanya begitu cepat berlalu. Tak kusangka kebahagiaan itu hanya bertahan 6 hari. Tak bisa kupertahankan kebahagiaan bapak dan kubahagiakan dia dengan memberinya cucu. Semuanya tak ada yang menyangka. Tak ada firasat, tak ada tanda-tanda.

Bapak, berangkatlah kau ke alam sana. Sampaikan salamku pada Ibu. Tengoklah kami jikalau karu rindu karena aku pasti selalu merindukanmu. Karena jika ada jin yang memberikan aku 3 pilihan sakti, aku memilih untuk menghidupkan Bapak, Ibu dan membuat mereka bahagia.

Tuban 23 June 09

No comments: