Thursday, July 23, 2009

Pertengahan July

Tanggal 15 July jadwalnya pulang. Boat pelican hari selasa sehari sebelumnya datang tepat waktu, jam 10 sudah tiba di Attaka dan jam 5 subuh sudah berlabuh di Pilot Jety. Lalu aku ikut Pak Prayit, yang dijemput anaknya Laurent yang baru pulang dari Jogja. Aku ke Pasir Ridge untuk MCU tahunan yang seharusnya jadwalku di bulan Mei.

Jam 5.30 aku sudah melewati pos satpam yang dijaga oleh beberapa orang petugas yang berpakaian rapi. Si mas petugas hanya mesam-mesem melihatku datang di pagi buta dan mempersilahkan aku masuk. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju MOB ke bagian public PC untuk sekedar baca email. Ternyata pintu utama MOB masih terkunci dan aku adalah tamu pertama subuh itu. Di MOB pula aku berganti baju, cuci muka dan sekaligus gosok gigi agar tampak lebih ganteng dan bebas bau mulut.

Jam 6.30 aku sudah keluar karena bingung entah apa yang dibuka lagi di PC. Lalu aku menunggu di depan Pasir Ridge Clinic, ketika pintu sudah dibuka aku masuk dan duduk manis di ruang tunggu Clinic. Seorang pemuda mondar-mandir membawa sapu dan sekop sampah. Aku langsung saja tulis daftar hadir dan mengisi formulir MCU. Waktu itu juga aku jumpa Dhannie FDT yg sekarang operator Lawe-Lawe.

Sekitar jam 7 lewat para petugas sudah mulai berdatangan disusul dengan datangnya 2 orang bapak-bapak setengah baya yang langsung saja mengisi formulir lalu langsung masuk ke belakang, sepertinya mereka sudah biasa MCU disana. Ku perhatikan saja mereka, ternyata mereka langsung saja masuk Laboratorium untuk ambil darah. Ah ini sih namanya main serobot, pikirku. Maksud hati datang pagi-pagi ke Clinic biar dapat antrian nomor 1 malah diserobot karena aku tak tahu kebiasaan orang MCU disini. Aku susul saja ke Lab dan darahku pun diambil 2 botol kecil dan juga disuruh ambil URINE.

Setelah selesai di Lab, aku masuk ruang Radiologi. Disana telah menunggu mas yang sudah tak asing wajahnya. Di sana hanya beberapa menit. Lalu aku antri di ruang yang bertuliskan "Ruang MCU" di bawahnya ada tulisan lagi "Jika pintunya tertutup berarti sedang ada MCU, jangan membuka pintu atau mengetuk". Eh tadi saya kelupaan telah mengetuk. Sori. Ketika asik menunggu bersama Dhannie, aku berjumpa dgn Pak Kisno yg mengantar istrinya ambil surat periksa. Istri Pak Kisno ini masih menderita jantung yang sering kumat, lalu cepat-cepat menghisap obat yang ditaruh di bawah lidah. Kasihan Pak Kisno, semoga lekas sembuh yang istrinya Pak. Sebentar lagi dia pensiun dan konon dia akan menghabiskan masa tuanya di Sragen.

Tak lama kemudian pintu terbuka, keluarlah bapak yang tadi pagi nyerobot antrian itu. Aku masuk dan diawali dgn test jantung EKG, sekilas, menurut perawat Pak Aini (pengganti Pak Ichwan), sehat-sehat saja grafiknya. Dilanjutkan dengan test mata, menurutnya kurang lebih minus 1/2, belum waktunya pakai kaca mata katanya. Lalu ditutup dgn test audiometri. Aku disekap dalam ruangan ukuran 1x1 meter dengan kursi, headphone dan satu tombol untuk memencet jika aku mendengar suara melalui headphone itu.

Ketika selesai aku sampaikan keinginanku untuk bisa konsultasi dengan dokter sebelum jam 12. Namun menurut Pak Aini, dokter Juliana tak mau bekerja terburu-buru jadi aku disuruh konsultasi 2 minggu depan ketika hendak naik kerja. Ya sudah aku keluar dengan lapang dada. Langsung menuju rumah makan padang di bawah kantor. Aku makan lahap karena dari semalam puasa untuk keperluan MCU. Eh ada yg ketinggalan, aku lupa naruh amplop reimburse-nya Surnaga di Clinic. Terpaksa deh naik lagi. Aku tunggu saja shuttle-bus.

Abis itu aku langsung turun dan menuju BC, sambil menghabiskan waktu tersisa sebelum ke bandara, pesawatku Lion jam 13.25.
Jam 10 kurang 15 BC belum buka. Aku duduk-duduk saja di depannya bersama belasan orang lainnya. Ketika pintu dibuka oleh satpam orang-orang seperti ditarik magnet semua masuk ke dalam. Ada stand laptop di lantai dasar, aku liat sekilas dan langsung menuju stand Eiger. Pilah-pilih aku dapat jaket warna biru, cukup bagus, aku beli aja lumayan buat ngilangin dingin.
Lanjut ke Gramedia, aku beli 1 buku tentang Excel dan 1 majalah Laptop. Disana ada panduan membeli dan memilih laptop, cocok buatku yang hendak cari laptop.
Setelah puas di gramedia, aku lanjut menuju Pak Surat untuk mengambil titipan tiket dan juga batu permata yang dibelikan Roland N. Tak lama disana, aku menuju Bandara namun mampir dulu di toko amplang di Stal Kuda. Aku beli secukupnya dan akhirnya aku pun lanjut menuju bandara Sepinggan. Siang itu panas dan gerah, keringatku bercucuran membasahi muka hingga ke leher. Bau badan tambah jadi karena pagi itu aku tak mandi.

Aku pun langsung check in, untuk antrian tak panjang. Tanpa pikir lagi aku menuju Padi Lounge di samping pintu masuk 2. Aku masuk dgn percaya diri namun orang-orang melihatku dgn muka seperti melihat setan. Mungkin ia heran melihat penampilan kucelku. Rambut yang gondrong tak terawat plus celana jeans kumal menempel di badanku. Padahal sudah tak bela-belain pakai kemeja BoomBooggie biar lebih formal, ternyata tak jua membuatku tampak rapi. Aku cuek saja duduk di deretan sofa dekat pintu keluar menuju pesawat.

Aku cek BB-ku dapat sinyal EDGE. Lalu aku hampiri tempat bikin minuman. Aku campur saja kopi Nescafe dan Capucino dengan campuran 70-30. Dengan 70% Nescafe dan 30% Capucino. Aku sebut saja Nescapucino. Aku santap ditemani majalah Kabare Jogja dan 3 potong tempe goreng. Tak lama penerbangan Lion ke Surabaya pun dipanggil. Ternyata pesawatnya 737-300 ER. Senangnya.

Setiba di Surabaya aku tak menemukan loket check in Garuda. Lalu aku dapat info bahwa loket Garuda ada di gate internasional. Pikiran ini langsung melayang ke arah Virus H1N1 alias flu babi yang lagi hangat beritanya di media massa. Sayang sekali tak bawa masker, dalam hati aku pasrah saja apa yang bakal terjadi. Lalu aku masuk saja dan check sebagai mana biasa dan akhirnya aku masuk jua ke Blue Sky Lounge. Hanya ada beberapa orang bule. Aku santap menu seperlunya dan tak lama panggilan kepada penumpang Garuda ke Bali disuruh masuk ruang tunggu. Aku pun keluar menuju ruang tunggu 2. Beberapa menit duduk, datang beberapa orang yang ternyata akhirnya aku tahu dia adalah Mr Joger bersama istri dan anaknya. Kalau tak salah dari pembicaraannya mereka baru pulang dari Singapore. Hati ini semakin takut dengan H1N1. Tapi sudahlah, pasrah saja. Semoga tak terjadi apa-apa.

Lalu pesawat berangkat dengan lancar dan ontime. Ketika tiba di Bali mendung menutup angkasa Bali dan aku pun menelfon istriku yang sudah siap mendatangi aku di Bandara. Aku dijemput dengan perut yang sudah semakin besar saja. Aku senang bukan kepalang karena bisa berkumpul dengan istriku tercinta. Duh senangnya 2 minggu ke depan bersama lagi.

No comments: