Pesawat bersuara menderu-deru, awan diterjang tiada kepalang dan pesawat sedikit bergetar ketika lepas landas dari Sepinggan Airport menuju Juanda Surabaya. Lalu tak lama kemudian angin mulai berkurang dan sinar mentari muncul kembali lalu mengantarkan kami dengan lebih pasti melewati laut Jawa yg terbentang luas di bawah kami. Beberapa saat lamanya silau oleh kilauan mentari bulan Januari. Lalu ketika sang dewa malam melahap rakus sang dewa matahari, sinarnya jadi sirna lalu tergantikan oleh awan kelabu menyelimuti bandara Juanda Surabaya sore ini.
Aku turun dari pesawat untuk transit menuju Ngurah Ray Bali, setelah 5 hari menginap di Balikpapan untuk mengikuti training tahunan yang merupakan jatah setiap karyawan di kantorku. Training yg begitu mahal untuk ukuran kantong sendiri, USD 3000 konon sewanya per orang. Ada 4 batch dan setiap batch terisi kurang lebih 15 orang partisipan. Bisa dikalikan berapa untung penyelenggara untuk training yg diadakan di Novotel ini. Maklum saja karena pembicara langsung didatangkan dari pabrik pembuat alatnya, instrukturnya orang Belanda yang ibunya adalah orang Indonesia. Mungkin jaman penjajahan dulu orang tuanya bertemu di Bandung. Sayang, si Johan Ciggaar, nama instrukturnya, tak bisa bahasa Indonesia, sehingga kami harus berfikir 2x menjadi pendengar. Pertama berfikir menterjemahkan bahasanya, kedua berfikir materinya. Namun, untungnya -untung lagi- bahasa inggrisnya masih bisa dicerna oleh telinga 'budeg english' ku ini.
Lima hari lima malam pula aku menginap di Suratown, tempat mangkal kaum commuting. Hari ON ku kepotong 2 hari dan hari OFF kepotong 3 hari, lumayan lah gak terlalu merugikan pekerja commuter seperti aku. Adanya training ini sekaligus sebagai reuni bagi kami, mantan FDT2 yang sudah lama tidak berkumpul bersama, sudah lima tahun lebih kami bekerja. Ada Nizar, Niko, Surya, Narang yg merupakan rekan 1 angkatanku masuk perusahaan ini.
Hari minggu tanggal 17 Januari sore sebenarnya kami berencana memotret Sapto untuk foto post weddingnya. Namun karena Mona, istrinya, malu-malu kucing, makanya PLAN A tidak jadi. PLAN B belum direncanakan. Aku akhirnya memutuskan pergi ke warnet lalu makan malam di Pasifica, disusul oleh Niko yg pulang dari Kebon Sayur. Malamnya pun reuni di Suratown. Sore itu juga aku membeli 2 potong kemeja dan 1 jeans untuk modal 5 hari ke depan.
Keesokan harinya adalah hari pertama training dan kami menutupnya dengan karaoke di Happy Puppy selama 2 jam. Lalu malamnya makan ayam goreng di dekat mesjid depan Suratown. Hari ke-2 kami isi sore harinya dengan menonton film di studio XXI. Niko, Surya dan Octo adalah temanku tertawa ngakak malam itu menyaksikan Jacky Chan dalam film barunya The Spy Next Door. Lucu banget, dari awal sampai akhir ketawa ngakak terus. Perut keroncongan gak terasa, lalu sehabis nonton baru kita makan malam di seberang jalan XXI. Bebek goreng menunya dan mantab rasanya. Sebenarnya kemaren-kemaren mau nonton Avatar dan Sang Pemimpi tapi ternyata di Balikpapan sudah lewat tayang.
Hari ketiga mau menonton tapi tak jadi. Karena tak ada film menarik lagi. Mau pijat gak ada yang mau menemani, pada sok suci semua. Akhirnya kami habiskan di mall BC lalu lalang sambil mencari pakaian dalam bersama Surya dan Niko. Surya dan Niko pulang, aku ke warnet sebentar untuk ngeprint tiket pulang dan start sequence turbine. Tiket pulang saat ini senilai 1,935 juta. Memecahkan rekor tiket termahal sepanjang sejarah commuting. Lalu aku pulang dan mampir di warung bebek kemaren malam depan XXI, enak soalnya, walopun makan sendiri.
Hari ke-4 yakni hari Kamis, kami memutuskan untuk memakai voucher gratis 1 jam di Happy Puppy. Kami ditambah satu anggota baru yaitu Agustino bernyanyi lepas sore itu. Karena lagunya sering macet kami minta pindah room dan ini membuat mood menyanyi kami jadi hilang sirna ditelan sang malam, cuihhhh.
Lalu tibalah hari terakhir untuk post test dan menerima sertifikat training. Siang itu, hari Jumat, training diakhiri sebelum sholat Jumat dan siang itu pula adalah makan siang terakhir di Novotel yang megah dan mewah. Sambil menunggu makan siang, kami foto-foto narsis di seputar Lobby. Lalu aku pulang dengan senang tuk beli oleh-oleh, packing lalu ke Bandara dengan Mawar Taxi.
Sore jam 17.30 pesawat mengantarkan aku menuju Juanda dan kini aku terjebak dalam raungan kecil di sudut Singosari Lounge tuk goreskan sedikit cerita, setetes kisah yang menghiasi segumpal hidupku yang fana ini. Anakku sudah menunggu di rumah, istriku sudah menanti dengan perasaan gelisah. Aku tutup cerita ini dengan petuah si Jacky Chan dalam film The Spy Next Door, "Kasih sayang tidak ditentukan karena kita memiliki hubungan darah dengannya, tapi kasih sayang harus ditujukan kepada siapa saja, maka dunia akan damai", begitu kira-kira.
Semoga kami tiba dengan selamat di Bali. Astungkara.
Friday, January 22, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment