Sejak tanggal 13 September Gunung Agung berstatus waspada. Seminggu kemudian yaitu 22 September dinyatakan berstatus awas yang artinya Gunung Agung berpotensi meletus. Setelah ditetapkan berstatus awas, ratusan ribu pengungsi memenuhi tempat pengungsian termasuk ada 2 keluarga yang juga mengungsi kembali ke rumah. Di dekat rumah saya pun ada pengungsi yang tinggal di rumah saudaranya.
Bantuan demi bantuan bergulir dari berbagai kalangan. Bahkan tingkat berbagi orang Bali dipuji diberbagai media baik lokal maupun nasional. Menyama braya kata orang Bali. Saya ikutan menitip sekedar sumbangan lewat mbok Niluh Djelantik. Meskipun kecil mudah-mudahan bisa meringankan beban. Saya coba galang bantuan dari grup SMA, namun mereka kebanyakan berjalan sendiri-sendiri. Bahkan ada yg bawa bantuan pribadi langsung ke Bali utara sana.
Pariwisata kena dampaknya. Hunian hotel mulai turun di bawah 40% bahkan ada saudara yang hunian hotel tempat ia kerja hanya 28%. Beberapa negara mengeluarkan travel warning, namun wisatawan yang sudah biasa pergi ke Bali tak mempermasalahkannya. Gunung Agung terletak cukup jauh dari pusat kota termasuk sebagian besar objek wisata utama di Bali. Masih banyak objek wisata yang bisa dikunjungi jikapun Sang Gunung jadi meletus.
Hingga hari ini 16 Oktober Gunung Agung mulai turun aktivitasnya. Gempa hariannya mulai berkurang. Mudah-mudahan semuanya aman-aman saja tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Sebagian pengungsipun dikembalikan dan sekolah-sekolah di Karangasem sudah mulai beroperasi meskipun guru dan siswa hanya 60% yang hadir.
No comments:
Post a Comment