Sunday, February 03, 2013
[Buku] Menjual Apapun di Internet
Dalam buku ini saya mendapat ilmu baru perihal menambah pengunjung blog, misalnya menambahkan permalink disetiap judul/nama file posting kita. Karena si penulis Wordpress minded maka semua contoh ia sampaikan berdasar Wordpress.
Dalam buku ini juga dijelaskan SEO atau search engine optimization yg berisi teknik membuat blog kita berada di puncak pencarian di search engine.
Di awal bab diajari pula melakukan riset pasar kecil-kecilan untuk memilih nama blog/website yang cocok kita pakai agar segera mendapat tempat teratas dalam daftar pencarian. Juga diajari cara membuat dan memantau backlink yg mengarah ke website kita.
Pokoknya buku simple ini sangat praktis dan tidak ada yg ditutup-tutupi, semua ilmu dasarnya dibuka dan diberikan tanpa ada embel-embel yg ujung-ujungnya disuruh ikutan training/seminar seperti buku-buku licik yang banyak beredar akhir-akhir ini.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Penghasilan Tambahan Di Jaman Kuliah
Kondisi kepepet itu membuat saya memutar otak, bagaimana mendapat penghasilan tambahan. Meskipun tak terlalu ngoyo bekerja ataupun melakukan aktivitas bisnis. Namun dengan kurangnya kiriman bulanan, membuat otak jadi lebih kreatif.
Langkah awal adalah dengan mengajukan beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu. Dengan modal minta surat miskin dari kepala desa kala itu, aku mendapat uang bulanan dari fakultas senilai 150rb rupiah. Lumayan.
Pernah juga beli sandal, tas dan aksesories lainnya di Malioboro, aku kirim ke Bali, bapak menjual dengan harga 2x harga pokok. Lumayan.
Karena saya hobby web desain pada jaman itu, beberapa kali membuatkan website untuk prodi lain. Meskipun dibayar ala kadarnya, namun lumayan buat tambah biaya hidup bulanan.
Ketika saya sudah lulus dan wisuda, lalu melanjutkan extention, beberapa teman yg belum lulus minta bantuan dalam proses membuatkan TA. Lalu si teman sering minta dibuatkan tugas-tugas lain dan saya dikasi imbalan secukupnya. Beberapa bulan berikutnya saya baru tahu si teman ternyata menjual tugas-tugas itu sebagai tugas akhir dengan harga tinggi. Saya hanya mendapat sepersekiannya saja. Yo wis ra popo.
Sebagai sambilan setelah lulus karena kebanyakan kelas extension sore/malem, saya nongkrong di tempat jasa pengetikan punya teman. Dan kebetulan saya bisa mengetik lebih cepat dengan teknik 10 jari. Lumayan juga buat nambah-nambah pemasukan bulanan.
Pernah juga karena manggung di kampung sebelah, seorang ibu meminta aku memberi anaknya kursus drum privat di rumahnya. Sekali pertemuan 25rb dua kali seminggu. Kalau rajin, sebulan bisa dapat 200rb. Lumayan.
Akhirnya ketika kelas extensi mulai memasuki semester kedua, aku pindah kos dan bertekad untuk cari kerja sambilan. Melamar jadi teknisi sebuah toko komputer, gagal karena waktu itu belum cukup mumpuni di bidang jaringan. Akhirnya diterima jadi CS di Bangjo Warnet dekat UGM. Lumayan buat penghasilan tambahan. Juga hitung-hitung ngenet gratis, bahkan dibayar :)
Terakhir ketika saya sangat butuh uang buat upgrade komputer, saya sudah kepepet. Minta uang ke bapak gak dikasi. Saya bertekad mengarang lagu Bali dan akhirnya jadi 11 lagu. Dengan bantuan teman kos dan teman kuliah akhirnya direkam juga 11 lagu dan demo dikirim ke Aneka Record. Namun karena lama menunggu antrean dipanggil, saya tarik kembali album itu. Beberapa teman Bali di Jogja sebenarnya suka dengan lagu-lagu saya.
Ketika kerja di warnet pula saya mendapat rejeki tak terduga. Ketika main ke rumah teman, dia lagi membuat lamaran kerja. Saya copy dan ubah sesuai dengan cv saya. Lalu dikirim via email ketika tugas jaga warnet malam. Mengikuti tes hingga akhir dan ternyata hingga sekarang saya bekerja di Chevron ini. Syukur.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Desaku Yang Kucinta
Semakin saya masuk dalam kehidupan tradisional Hindu Bali, semakin saya dihadapkan pada berbagai perilaku kehidupan beragama yang tak bisa lepas dari adat. Bahkan tak dapat dibedakan lagi mana agama mana adat. Adat adalah budaya atau kebiasaan turun-temurun yg dilakukan manusia pada satu wilayah tertentu. Tentu saja tidak setiap perilaku adat kini masih up to date, masih "layak" dilakukan karena pesatnya perkembangan jaman.
Kadang saya menemukan kebiasaan agama (atau adat?) yg kurang sreg di hati. Namun karena saya hanya masyarakat biasa, tentu tak punya "taring" untuk memberikan masukan apalagi mengubah secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa adat kebiasaan yg dalam kacamata "bodoh" saya perlu mendapat perhatian.
Contohnya:
- Ngaben yg mewah. Tak bisa dipungkiri ngaben adalah ajang "pamer" bahwa mereka adalah orang punya. Makin kaya yg meninggal, biasanya banten dan upacaranya makin mahal. Bukan berarti saya tidak menghargai leluhur. Bukankah inti dari upacara ngaben adalah upacara yg menuntun atma yg meninggal agar mudah menuju jalan-Nya? Lalu kenapa musti dibikin sarana upacara/banten secara jor-joran? Tidakkah lebih baik uang yg berlimpah digunakan untuk perbaikan nasib kita di rumah atau sebagian disumbangkan pada umat yg masih kekurangan dan membutuhkan.
- Banten nasi segunung. Saya pribadi juga kurang paham kepada siapa saja semestinya menghaturkan yadnya sesa sehabis masak. Kadang saya amati para tetangga bahkan ada saudara yg membuat banten nasi satu tempeh besar, mungkin berisi sekitar 30-40 lembar. Entahlah.
- WC di lantai 2. Ketika saya hendak membangun rumah lantai 2 saya survey tetangga sekitar tidak ada yg membuat WC di lantai 2. Mungkin karena alasan kesucian atau melangkahi tempat suci, saya kurang paham. Tapi masa sih ida bethara "selembek" itu. Apakah hanya karena dilangkahi WC saja ida bethara turun kesuciannya?
- Black Magic Woman (BMW). Masih banyak cerita soal leak dan kawan-kawannya di kampung. Si A disangka bisa ngeleak, si B disangka nyari "ilmu" untuk mengguna-guna si C dan cerita sejenis. Jadilah kehidupan serba saling curiga, bahkan saudara kandung sampai musuhan. Ketika bertamu pun jadi was-was ketika disuguhi hidangan karena curiga diisi guna-guna.
- Banten jor-joran, abis itu dibuang. Kadang harga banten dan harga sanggah hampir sama. Sebenarnya apakah harus selengkap itu? Apakah tidak cukup diambil inti filosofisnya saja? Apakah tidak cukup mantra dan doa ida pedanda memuput setiap upacara. Coba amati, sehabis melaspas, semua banten itu akan dibuang begitu saja.
- Bale banjar bagus, rumah tak terurus. Kadang untuk memenuhi obsesi segelintir orang, mempunyai bale banjar mewah, setiap orang dipungut biaya sumbangan yg memberatkan. Untuk memperbaiki rumahnya saja tidak ada, kini ia dipaksa membayar sumbangan yg sering membuat penduduk miskin harus berhutang. Buat apa bale banjar mewah, tapi masih ada masyarakat yg rumahnya berlantai tanah. Tidakkah lebih mulia kita kumpulkan dana untuk, misalnya, melakukan bedah rumah mereka yg kurang mampu?
- Uyak adat, gotong royong yg menyiksa umat. Di kebanyakan daerah di Bali khususnya di desa, ketika satu anggota masyarakat desa punya gawe, setiap anggota desa adat/banjar diwajibkan ikut membantu mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Tidak ada yg salah untuk membantu orang lain, tetangga apalagi saudara. Tapi coba diamati, semakin banyaknya kepentingan membuat setiap anggota masyarakat makin banyak urusan masing-masing. Kadang yg mengenaskan ketika anak-anak kecilnya di rumah belum makan, si ibu dan bapaknya sudah harus membantu tetangga dari pagi hingga acara selesai.
- Ngemit di pura. Makin hari kegiatan ngemit atau nginep di pura sudah makin berkurang. Karena di rumah sudah lebih nyaman dan di pura mungkin karena tidak ada hiburan dan sebagainya. Mungkin beberapa tahun kemudian, acara ngemit di pura pelan-pelan akan "punah". So haruskah punah?
- Bazzar muda-mudi. Setiap hari raya atau ulang tahunnya, muda-mudi banjar biasanya membuka bazzar yaitu "warung amal" yg harga barang2nya tentu lebih mahal dari warung biasa. Dibuka malam hari dan difungsikan untuk menggalang dana. Yang dijual mulai dari makanan dan minuman. Kadang bazzar menjadi ajang minum dan mabuk-mabukan. Tidak bisakah kegiatan mabuk dan jualan minuman beralkoholnya dihilangkan. Biasanya jadi ajang atau pemicu perkelahian antar pemuda bahkan kelompok pemuda bahkan berujung perkelahian antar kampung. Jika kegiatannya bisa direvisi menjadi yg lebih positif misalnya ceramah agama, pengumpulan dana buat dana punia warga tidak mampu, tentu menjadi lebih bermakna.
- Meceki.
Saat magebagan atau menghadiri kunjungan malam di rumah orang meninggal, biasanya kegiatannya meceki atau main domino. Memang sih kalau tak diijinkan meceki mana ada yg mau begadang. Yang parah saat ngemit di pura juga meceki, pakai uang, bukankah itu berjudi? Bukannya judi itu dilarang agama? Apakah etis main judi di pura?
- Tabuh Rah di Pura.
Tajen di pura saat hari-hari tertentu apakah memang hanya tradisi atau merupakan kewajiban agama? Saya belum menemukan penjelasan agama mengenai tabuh rah ini.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Friday, February 01, 2013
Buku The Power of Kepepet
Mas J, panggilan akrabnya, juga salah seorang penggemar Otak Kanan murid Purdi E Chandra di Enterpreneur University. Tapi Jaya tidak mengajarkan membabi buta menggunakan otak kanan. Otak kanan hanya sebuah kiasan untuk cara berfikir yang tidak urut, seperti yang dilakukan otak kiri. Ia juga menyarankan untuk menggunakan secara seimbang antara otak kiri dan kanan.
Jika kita pemula dalam berbisnis, mulailah dari bisnis kecil-kecilan. Karena ia mengajarkan proses, tidak ada sesuatu yg besar secara instan. Ini juga melatih agar otak kita melar. Ia juga memberikan tips agar proses belajar bisnis lebih cepat, coba kita kondisikan diri kita kepepet, misalnya:
- jika kamu masih mahasiswa, beritahu orang tua mulai bulan depan jangan mengirim uang saku lagi.
- bayar uang sewa ruko duluan sebelum kita 100% siap membuka bisnis kita.
Dan beberapa contoh lain. Saya lupa. Tentu saja jika dikondisikan dalam kepepet seperti di atas, kita akan mengerahkan segenap tenaga untuk memperoleh penghasilan agar bisa bertahan hidup atau segera membuka bisnis kita.
Buku ini sengaja saya beli untuk menambah semangat agar segera memulai bisnis saya. Mungkin karena kondisi saya belum cukup kepepet, sehingga saya take action not too fast :) saya berusaha membuka bisnis sekedar menunjukkan bahwa, saya juga bisa berbisnis, karena bapak saya dulu pedagang. Sudah siap mengkondisikan hidup Anda kepepet?
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Thursday, January 31, 2013
Dunia Selebar Layar Blackberry
Sejak April 2009 saya sudah menggunakan blackberry. Sebelum tahun itu saya masih mengetik di komputer. Setelah memiliki blackberry aktivitas mengetik saya "pindah" ke bb. Hampir 95% aktivitas blogging saya lakukan di layar kecil dengan keypad qwerty itu. Cukup mengasyikkan dan bisa dilakukan dimana-mana, di toilet, ngantri boarding pesawat, nunggu antrian di bank, bahkan saat di atas pesawat tentunya dengan posisi bb offline.
Sejak awal 2012 saya membeli smartphone Android. Sejak itu sarana blogging saya menjadi bertambah. Adanya Wordpress Apps for Android semakin memudahkan kegiatan blogging mulai dari posting baru, edit postingan lama, upload gambar hingga melihat statistik harian hingga tahunan.
Jika di Android saya menggunakan Apps, di bb saya cukup menggunakan email untuk memposting tulisan baru. Kita cukup kirimkan email, beserta gambar jika mau, ke alamat yang sudah kita set di account blogspot, tulisan kita otomatis terupdate. Disamping email, di bb juga tersedia aplikasi Wordpress for Blackberry yg berfungsi sama dengan di Android.
Pokoknya dunia semakin sempit dan hanya dalam genggaman. Slogan dunia selebar daun kelor itu kini berubah "dunia cuma selebar layar blackberry". Salam bloggers.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)