Akhir-akhir ini saya lumayan sering berkendara ke berbagai tempat. Saya melihat beragam gaya dan tingkah polah cara orang berkendara. Ada yang seenaknya ada yang tertib dan rapi mengikuti aturan main yang berlaku.
Yang tertib dan rapi banyak, yang seenaknya lebih banyak lagi. Ada yang naik motor hendak belok arah ke kanan atau ke kiri nyelonong aja gak pake lampu sign atau rating. Tentu saja yang di belakang atau di depan akan kelimpungan mengerem mendadak menghadapi aksi brutal semacam itu. Ada juga yang masuk ke jalan besar misalnya dari gang kecil masuk seenaknya tanpa tengok-tengok dulu kanan kiri. Spontan saja yang sedang melaju cukup kencang di jalan utama jadi terkejut. Jika tak bisa mengendalikan kendaraan, tentu saja bisa membahayakan si brutal tadi. Kalau sudah kejadian, siapa yang disalahkan. Aksi brutal itu sebenarnya banyak dilakukan oleh ibu-ibu dan anak-anak muda baru gede. Dengan pendidikan lalu lintas yang tidak pernah mereka dapatkan sewaktu cari SIM, jadilah pengguna jalan yang seadanya dan seenak perutnya berlalu-lalang.
Yang paling tidak boleh ditiru adalah jika buang sampah dari mobil. Disamping melanggar tata tertib kebersihan juga melanggar safety. Yang berbahaya jika sampahnya cukup lebar, misalnya tas kresek atau koran. Bisa saja ketika dilemparkan, tas atau koran itu mengenai dan menempel di muka orang naik motor di belakang. Bisa dibayangkan jika hal itu terjadi, bukan?
Peristiwa paling tak enak ketika antri beli bensin di SPBU, khususnya ketika kita naik motor. Lagi asyik-asyik antri eh ada motor nyelonong dan mepet-mepet hendak mendahului dan tak mau antri di belakang. Dimana jiwa antrinya. Apakah sudah tak punya rasa malu ato moralnya ditaruh dimana sehingga antri kayak gitu aja musti diajarin lagi. Atau pada waktu sekolah tak pernah menggubris pelajaran PPKn sehingga moralnya menjadi ketinggalan di rumah. Mau adu mulut rasanya percuma, percuma menghabiskan energi untuk mendebatkan hal sepele seperti itu. Kalau dibiarin rasa hati tetep jengkel dan rasanya tak bisa terima. Lagi pula kalau tak ditegor akan diulang-ulang di tempat lain. Jadi, apakah kita musti negor kalau ketemu kejadian seperti itu? Atau dibiarin aja menunggu orangnya sadar sendiri?
Gaya brutal pengendara motor seperti itu saya lihat hampir terjadi di semua kota-kota besar di Indonesia yang pernah saya kunjungi. Mulai dari Jogja, Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Semarang, Solo, Denpasar bahkan Balikpapan. Yang paling parah dan brutal adalah Bandung, masak malam hari naik sepeda motor tak menyalakan lampu, ditambah ngebut lagi. Saya pernah hampir tertabrak ketika mau menyeberang jalan di sebuah jalan di Bandung, karena motor ngebut tapi tak ada lampu.
Di Jogja antrian di SPBU yang paling rapi, mungkin karena sebagian besar pengguna sepeda motor adalah mahasiswa lalu mereka begitu rapi antri seperti ketika mengambil formulir UMPTN dulu. Yang paling parah antri SPBU di Denpasar. Main serobot mendahului antrian, nyelip di antrian sehingga sering terjadi adu mulut ketika seorang yang udah antri disalip oleh orang yang datang belakanga tapi tak mau ngantri. Kasian banget. Pengendara yang paling tertib adalah di Balikpapan khususnya kendaraan roda empat. Pejalan kaki yang menyeberang di zebra cross lebih diutamakan, setiap kendaraan pasti berhenti ketika melihat beberapa orang yang akan menyeberang jalan, dan mempersilahkan mereka untuk menyeberang dengan selamat. Mungkin karena di setiap zebra cross ada tulisan "Menyeberang di zebra cross ini dilindungin undang-undang".
Dari sekian kejadian aneh dan menjengkelkan di jalan raya itu, kira-kira apa yang menjadi penyebab alias akar permasalahannya? Apakah perlu sistem pendidikan lalu lintas dimasukkan ke dalam pelajaran sekolah? Ataukah memang sistem pengurusan SIM yang terlalu gampang, sehingga anak-anak kecil di bawah umur bisa mempunyai SIM padahal pengetahuan lalu lintasnya tidak ada sama sekali. Mungkin karena pas nyari SIM, pihak kepolisian tidak memberi ceramah atau pengenalan sedikitpun tentang lalu lintas. Atau karena sifatnya SIM gelap, jadinya si anak tadi tidak diikutkan dalam ceramah SIM itu. Atau mungkin kepolisian perlu mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah atau bisa juga ke kampung-kampung yang menyampaikan bagaimana berlalu-lintas dengan baik. Atau bisa juga diadakan lomba berlalu lintas dengan tertib dan rapi, yang juara dapat HP, pasti banyak yang ikut.
Friday, August 29, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment