Sejak beberapa tahun terakhir ini saya amat doyan membaca buku atau artikel soal marketing dan bisnis lainnya. Berawal dari makin merebaknya virus enterpreneur baik itu melalui social media maupun melalui iklan dan buku. Berbagai ide bisnis sudah hampir saya jalani, tapi sepertinya saya masih perlu belajar mengatur waktu agar saya bisa membagi waktu dengan keluarga, menyiapkan bisnis saya dan juga tetap menjalankan hobi saya sebagai fotografer.
Namun akhir-akhir ini keinginan menjadi pengusaha itu makin menjadi setelah melihat beberapa orang tetangga atau keluarga bisa mengantarkan anaknya sekolah tiap hari dan hidup mereka baik-baik saja. Dalam hati saya berfikir, harusnya saya bisa seperti itu. Tapi dimana salahnya?
Jika flashback ke 5-10-20 tahun lalu, saya sebenarnya dilahirkan dari keluarga enterpreneur. Meskipun bisnis bapak kecil-kecilan, namun buktinya bisa sampai menyekolahkan 2 orang anaknya hingga sarjana. Bahkan bisa pula mewariskan belasan are tanah di beberapa tempat. Ini bukan nyombong, tapi sekedar pengen memotivasi diri. Saya pengen seperti bapak saya dulu, bisa ketemu setiap hari dengan keluarga, anak dan istri.
Ketika saya amat-amati pula, orang yang bisa menikmati waktu luang bahkan sembari mengantar anak sekolah itu kelihatan santai dan tidak bekerja. Semakin dalam saya amati ternyata mereka punya pasif income berupa kos-kosan atau toko/rumah kontrakan. Mereka bisa, saya harusnya juga bisa.
Ya Tuhan, mulai detik ini aku berdoa kepada-Mu, tunjukkanlah jalan yg benar menuju kembali jadi pengusaha seperti bapakku dulu. Aku ingin berkumpul setiap hari bersama keluarga, melihat detik demi detik perkembangan anak-anakku yg cantik dan juga menikmati hidup yang sederhana namun bersahaja. Cukup sandang, pangan, papan dan setidaknya bisa menyekolahkan anak-anakku pada jenjang kuliah dan diberi kesehatan yang indah hingga beranak cucu nanti. Astungkara.
Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)
Sunday, July 21, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment