Monday, August 21, 2017

[Reflection] Tekanan Udara


Di alam ini berlaku hukum fisika: "semakin tinggi ketinggian suatu tempat maka makin rendah tekanannya. Makin rendah posisinya maka makin tinggi ia menerima tekanan."

Ini bisa dibuktikan ketika naik pesawat. Saya sering membawa air mineral. Saat sudah di posisi ketinggian idle, saya buka tutup botol air mineral. Keluar sedikit udara dari dalam botol. Ini terjadi karena tekanan udara di dalam botol jadi lebih tinggi dibanding udara pada ketinggian idle pesawat (biasanya 33000 feet atau 11 km dpl). 

Begitu juga saat pesawat mendarat. Botol jadi agak kempes karena tekanan udara luar jadi lebih tinggi dibanding tekanan dalam botol. 

Apakah ini berlaku juga di kehidupan manusia misalnya dunia kerja? Makin rendah jabatan seseorang maka makin tinggi tekanan yg ia terima dari atasan? Benarkah? Makin rendah status sosial manusia, apakah tekanan hidupnya makin besar?

Ternyata hal ini tidak berlaku 100%. Banyak petinggi perusahaan malah hidup dalam tekanan, baik tekanan dari bawah (anak buah) maupun dari atas (atasan). Begitu juga dengan orang kaya tidak selamanya hidupnya ringan tanpa beban. Banyak yang tak bisa tidur nyenyak karena memikirkan kekayaannya dan berbagai masalah orang kaya lainnya. 

Bisa jadi ketika di atas bukan tekanan yg diterima para petinggi perusahaan atau orang2 kaya tersebut. Namun hembusan anginnya lebih kencang ketika di atas. Bukankah ada pepatah semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya.

Melihat hukum alam di atas, agar hidup kita ringan dan tanpa beban maka kita harus terbang tinggi dengan sayap-sayap keikhlasan. Demikian kata para bijaksana. Mungkin yang perlu kita kuatkan adalah akar atau dasar hidup kita, seperti sebuah pohon agar kuat menahan hembusan angin dan menopang batang pohon di atas sana. 

Kesimpulannya, baik di atas maupun di bawah, sama-sama menerima tekanan ataupun angin kencang. Kuatkan akar yg harus dilakukan.

No comments: