____________________________________________
Apa yang menyebabkan Hardys mengalami penurunan kinerja secara drastis?
Ada faktor internal dan eksternal
Faktor Eksternal:
1. Masyarakat zaman now, shifting belanjaan cenderung menggunakan uangnya untuk leisure/jalan-jalan dan kongkow-kongkow di resto, bar, cafe, bioskop dll. Jadi memang airport dan jalanan ramai, tapi itu mereka jalan-jalan, bukan lifestyle.
2. Ekonomi global, nasional, dan lokal sedang mengalami fall down (merosot), sangat lesu, sehingga daya beli masyarakat menurun drastis. Industri ritel Indonesia menurun di atas 20 persen, sehingga ada banyak toko di Indonesia tutup operasi selama beberapa waktu terakhit, atau seluruh gerainya seperti Matahari, Giant/Hero Group, Seven, Lotus Supermarket, Debenhams, lalu hypermarket dll. Bahkan di dunia global banyak sekali toko WalMart di AS dan China tutup juga, plus H&M di Inggris sudah tutup toko-tokonya.
3. Persaingan mart-mart (toko ritel modern) yang menjamur masuk ke desa-desa, bahkan disinyalir banyak yang bodong atau tidak berizin. Saya tidak anti persaingan sebenarnya.
4. Bisnis ritel online, seperti Alibaba, tokopedia, blibli dll, yang saat ini sedang merambah Indonesia, sangat memanjakan konsumen, dengan harga murah dan layanan onlinenya bahkan sampai melayani masyarakat ke desa-desa. Jika ini perpajakannya tidak diatur, maka pasti akan menghabiskan bisnis offline.
5. Perpajakan yang diberlakukan pemerintah saat ini sangat ketat di tengah situasi ekonomi dan pelaku bisnis yang sedang menurun. Ada banyak aneka ragam, pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh DJP secara beruntun, sehingga terjadi banyak WP (Wajib Pajak) tidak mampu bayar pajak karena likuiditasnya yang sangat terbatas. Kami sempat jadi pembayar pajak terbesar, tiga kali berturut-turut. Bukan kami menyombongkan diri. Tiga kaliantara tahun 2011-2013. Sekarang malah jadi penunggak pajak terbesar. Saya tidak menutupinya. Tunggakan kami tidak main-main ratusan miliar, belum dendanya.
Faktor Internal:
1. Hardys terlalu ekspansif mengembangkan outlet, karena bermimpi mengejar rencana IPO (tawarkan saham ke publik) Hardys Retail pada 2020. Saat ini Hardys memiliki sekitar 12 titik lokasi yang sangat luas antara 5 hektare hingga 14 hektare per lokasi yang telah dibeli Hardys. , yang saat ini mangkrak. Sedianya itu akan dikembangkan dengan concept property mix used, antara commercial property, residential property dan hotel property. Namun belum sempat berkembang, keburu properti anjlok
2. Hardys telat mengantisipasi ritel dengan konsep digital online. Zaman now konsumen bukan hanya yang di kota saja, bahkan sampai masyarakat pelosok pedessaan pola belanja telah berubah. Mereka tidak mau ribet pusing keluar rumah. Nah ini Hardys belum antisipasi, belum membentuk e-retail/e-grocery seperti Alibaba/Tokopedia dll
3. Sumber pembiayaan bisnis Group Hardys 70 persen bersumber dari dana bank. Jika pengusaha dengan proporsi investasi seperti ini, maka ini sangat berbahaya. Sedikit saja salah dalam tata kelola keuangan/manajemen cashflow, maka pasti akan meledak menjadi gagal bayar ke para kreditur, sehingga akhirnya kreditur mempailitkan Hardys Group.
Dari penyebab itu, mana yang paling mempengaruhi?
Yang paling menyebabkan pailit karena daya beli menurun, karena kami terlambat melakukan inovasi.
Nah di satu sisi di internal kami justru sibuk berinvestasi properti. Modal kerja kami tersedot pada investasi, dan kiamatlah.
No comments:
Post a Comment