Sejatinya tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri, obat hanya penjaga. Coba perhatikan di balik serangan virus. Tak ada obat pembunuh virus yang diberikan. Namun yang diberikan hanya pereda panas, pereda sakit, pereda mual dan vitamin guna meningkatkan kekebalan tubuh. Tubuh bisa menyembuhkan dirinya sendiri ketika kekebalan, stamina, daya tahan tubuh ada di titik optimalnya.
"Apa gunanya virus, Pak?" tanya anakku yang paling besar.
Aku bingung menjawabnya bagaimana. Tapi di balik serangan virus2 jahat itu. Ada segudang doa2 dikumandangkan dr saudara, sahabat, handai taulan untuk kesembuhan. Ada tubuh yg diistirahatkan sembari menunggu antibodi menjalankan tugasnya. Ada kesabaran ditumbuhkan mulai dari sabar terhadap petugas yg kurang sigap, sabar dgn biaya kesehatan yg mahal, sabar dari kondisi menyiksa ketika virus menyerang. Di balik serangan virus ada pelayanan ditingkatkan utk meredam sang ego. Ada pengingat bahwa kita saling membutuhkan satu sama lainnya. Ada pengorbanan mendalam dari orang2 tercinta. Sangat indah.
"Trus apakah virus itu jahat atau tidak, Pak?" tanya anakku lagi.
Aku kembali bingung dibuatnya. Tapi melihat hal2 yg ditimbulkan virus tadi aku jadi berfikir terbalik. Jangan2 sebenarnya sang virus adalah malaikat penolong berwajah penjahat. Bisa jadi...
Konon kata, kebahagiaan manusia ada 3. Bahagia karena menerima sesuatu, seperti anak kecil girang ketika dibelikan permen. Bahagia karena memberikan sesuatu, seperti ketika orang tua membelikan baju anak bayinya. Dan kebahagiaan terakhir adalah ketika kita bisa bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. #sokfilosofis
No comments:
Post a Comment