Monday, October 07, 2013

Delay Karena APEC

Roda-roda bergelinding mengantarkan aku dan istriku menuju bandara pagi itu, Senin 7 Oktober 2013. Cuaca cerah, langit berwarna biru pekat, hanya ada sedikit awan di bagian selatan. Sepanjang jalan bypass sunset road hingga bypass Ngurah Rai tertancap spanduk-spanduk bertuliskan "APEC 1-8 Oct 2013". Jam 10 kurang aku sudah tiba di bandara yg masih belum jadi sempurna. Broadcast via bbm yg kudapat beberapa minggu lalu mengatakan bahwa bandara Ngurah Rai akan close selama 4 hari yaitu tanggal 5,6,8,9 Oktober. Normalnya aku berangkat tgl 8 namun karena ada training tanggal 7, aku harusnya ke Balikpapan pada hari Minggu 6 Oktober. Karena airport tutup, aku nego sama leaderku agar bisa berangkat Senin saja. Berharap tiba di Balikpapan siang dan masih bisa join di kelas setengah hari. Namun pikiran ini tetap saja waswas sejak di rumah, takutnya pesawat tidak on time. Tapi istriku yg pintar selalu berusaha menenangkan.

Aku berhenti di dekat entrance gate agar dekat dengan pintu masuk domestik, hanya perlu berjalan kaki 30 meter. Tidak usah ke parkir di ujung barat yg membuat aku harus berjalan sekitar 800 meter ke tempat check in.

Proses check in berjalan lancar dan aku berada di baris ke 30 pada counter check in Lion tanpa bagasi. Sebelum masuk ke barisan, aku nanya dulu ke petugas counter,

"Mbak, Lion ke Makazzar masih on schedule?"

"Yup!" kata petugasnya mantap. Aku jadi yakin dan agak tenang.

Sambil menghilangkan ketegangan, aku menyalakan stopwatch di smartphone dan menghitung kecepatan petugas melayani calon penumpang. Kudapat angka 1 menit rata-rata petugas melayani satu orang. Benar saja, aku berdiri sekitar setengah jam untuk menuju depan meja counter check in.

Aku berlalu menuju ruang tunggu, setelah membayar airport tax di ujung pintu. Kursi penuh, aku menemukan sebuah kursi kosong di ujung sana, di sebelah mas ganteng berpakaian rapi jali seperti salesman. Aku bertanya tujuannya kemana.

"Lion Jakarta, Mas. Sudah sejam delay nih."

Tuinggg! Hati makin khawatir. 15 menit duduk serasa 15 jam. Tak tahan rasanya duduk seperti ada duri di kursi ruang tunggu ini, aku menuju meja keberangkatan bertanya ke petugas, persis seperti di counter check in tadi.

"Mbak, Lion Makazzar masih on schedule?"

"Kita delay 1 jam, Mas." Hatiku jadi makin tak tenang dengan sukses.
"Itu sudah pasti ya 1 jam?" tanya saya kurang yakin.
"Sementara segitu, Mas, semua penerbangan delay kok. Kita tak bisa berbuat apa."
"Saya ada connecting flight dari Makazzar ke Balikpapan. Gimana dong?"
"Biasanya sih kalau ada delay kayak gini pasti ditungguin kok."
"Loh, saya gak mau kata biasanya. Tolong pastiin kalau saya tidak ditinggal dong," nadaku mulai meninggi.
"Ya, Pak. Pasti kok kayak gitu."

Aku berlalu saja, tanpa ucapan terima kasih, tanpa melihat wajah masam petugas yg mungkin sejak tadi sudah menerima puluhan complain. Wajahku juga masam, bukan karena dongkol tapi tegang karena aku akan telat bahkan tak bisa mengikuti training hari pertama ini.

Setelah menunggu tak pasti, akhirnya jam 13.30 kami take off menuju Makazzar. 2,5 jam delay tanpa info yg pasti. Padahal selama lebih dari 2,5 jam menunggu itu tak ada satupun pesawat internasional take off ataupun landing. Hanya Garuda ke Surabaya dan Lion ke Jakarta saja yg kudengar panggilannya berangkat.

Ketika pesawat memasuki runway, aku melihat barisan pesawat sekelas Airbus 500 dari berbagai negara parkir di bagian selatan ruang tunggu. Mulai dari Air China, Jepang, Thailand, New Zealand, Mexico, dua pesawat bertuliskan RCCHR, 2 pesawat tempur Sukhoi, copper TNI AU, Garuda Indonesia terakhir ada 2 pesawat Air Asia kecil yg parkir paling timur. Sementara pesawat lokal kita parkir tersingkir di ujung barat bandara, ada 1 pesawat GA dan 3 Lion Air.

Setiba di Makazzar aku melapor di meja tranSHIT. Ternyata ada beberapa orang lainnya yg juga mempunyai connecting flight ke Balikpapan. Ternyata kami mendapat pesawat sore jam 16:10 ke Balikpapan. Biar lambat asal selamat.

Jam 6 kami tiba dengan selamat di Balikpapan yg sedang mendung. Hari pertama training Wonderware HMI berjalan tanpa aku. Ketika nanya sopir taxi bandara yg mengantarku ke Suraton, ia mengatakan biasanya tak sampai hujan karena pawangnya dikerahkan untuk mensupport pembangunan bandara.

Gede A Setiawan
(gedeasetiawan@yahoo.com)

No comments: