Hari Senin pagi-pagi saya sudah ada di kantor PDAM di kota kecamatan tempat saya tinggal, mengantarkan Bapak mengurus PDAM biar cepat dipasang di kampung. Pipa induk yang dipasang di depan rumah sangat disayangkan kalau cuman lewat saja tanpa sempat mampir di rumahku.
Ada 2 loket atau lebih tepatnya meja yang melayani orang luar. Mejanya setinggi dada orang dewasa. Meja pertama lebih lebar tempat pembayaran tagihan air sedangkan satu meja sebelahnya lebih sempit tempat mengurus untuk pemasangan PDAM baru. Kami disambut oleh petugas yang ramah nan sopan. Di ujung sana tampak beberapa petugas bersenda gurau tertawa renyah seolah tak ada pekerjaan berat hari itu. Hari Senin seperti bukan hari yang tidak disukai, seperti cerita pegawai-pegawai kantor lain yang "I dont line Monday". Di ujung sana tampak beberapa orang mengantri bayar air, duduk di sofa di lobby yang luas dan lapang juga sejuk.
Petugas pemasangan baru tersenyum dengan ramah penuh wibawa seorang petugas yang baik. Ia menyambut kami dengan ramah dan mempersilahkan kami menyerahkan foto kopi KTP dan 1 lembar materai 6000 perak sebagai syarat kelengkapan pendaftaran pemasangan PDAM baru. Kemudian ia menyerahkan 1 lembar blanko untuk diisi yang pada akhirnya ia menanyakan nomor HP yang bisa dihubungi. Lalu menyerahkan 1 lembar kertas kecil berukuran 1/4 kertas kuarto. Kami disuruh menggambar denah lokasi rumah tinggal kami. Segera kugambar dengan sigap dan cepat dan juga jelas sehingga dengan sekali liat saja, siapapun pasti akan segera mengerti kemana harus mencari rumah saya.
Lalu dengan penuh wibawa lagi ia menginformasikan bahwa pemasangan diawali dengan survey lokasi terlebih dahulu oleh petugas PDAM. Survey akan dilakukan hingga 1 minggu setelah kami mendaftar. Setelah survey baru kami akan dihubungi lagi guna membayar biaya yang berkisar 1,5 juta rupiah. Dua minggu setelah pembayaran inilah baru akan dilakukan instalasi, itu juga kalau peralatannya sudah komplit datang. Ditambah lagi tukang pasang yang nota bene orang Jawa yang lagi mudik, seminggu setelah Lebaran baru datang kembali ke Bali. Jadi, ia menambahkan, total sekitar 4 minggu baru akan dipasang. Sungguh malang, padahal sebenarnya kami ingin segera melakukan pemasangan. Namun apa mau dikata, dipercepat sih sebenarnya bisa, katanya. Namun karena petugas gali tanah pasang pipanya mudik, jadinya harap maklum saja.
Niat cepat karena air sumur yang biasa kami pakai di rumah sedang surut airnya, maklum musim kemarau sedang melanda daerah kami. Biasanya air sumur akan terisi penuh ketika sawah di belakang kami sudah mulai ditanami, karena air akan dialirkan kesana. Namun kini, sawah-sawah itu kering kerontang. Batang-batang bekas panen padi dibiarkan apa adanya tanpa disentuh setelah panen kemaren. Akhirnya sumur kami yang cuma 4 meter kekeringan bukan kepalang.
Solusi lain adalah menggali ulang memperdalam sumur itu atau bikin sumur bor. Biaya menggali sumur di kampung sekitar 50 ribu per meter dalamnya. Mungkin kalau diperdalam, 10 meter saja cukup. Sedangkan untuk sumur bor biayanya 45 ribu per meter. Kata tukang sumur bor kedalaman sumur biasanya di daerah kami sekitar 50 meter, sedangkan permukaan air tanah sudah berada di kedalaman 28 meter.
Sumur bor atau sumur artesis adalah sumur yang digali dengan dibor, biasanya diameternya sekitar 10 cm. Menggalinya bisa secara manual dengan alat putar yang diputar orang atau ada juga yang pakai mesin bor. Setelah dibor, sumur diisi dengan casing diameter 4 dim (4 inch), lalu di dalam casing dipasang lagi 2 buah pipa 1 dim dan 1 1/4 dim untuk saluran air keluar dan air recycle. Nah kedalaman pipa yang dipasang ini harus mencapai atau melebihi permukaan air yang berkisar 28 meter tadi. Jika dikalkulasi untuk sumur bor kedalaman 50 meter sudah menghabiskan biaya 2,25 juta untuk biaya penggalian dan pemasangan. Sedangkan pipa dan pompa kita siapkan sendiri. Pompa yang dipakai yakni pompa berdaya tinggi 900 watt (rekomendasi tukangnya) seharga 1,3 juta rupiah. Wah kalau 900 watt apa kuat untuk listrik saya yang hanya 900 watt di rumah? Jadi total biaya akan habis sekitar 4 juta. Mahal juga, tapi servis yang diberikan sungguh menarik hati. Karena si tukang sumur bor menjamin sumur akan jadi dalam 2 hari, air yang didapat juga bersih karena jauh di bawah tanah. Kalau sumur bor yang rumit ini bisa 2 hari, kenapa pemasangan PDAM yang hanya menyambung pipa dari pipa induk ke rumah kita bisa memakan waktu 3 minggu lebih? Yang saya tak habis pikir juga, apakah PDAM tidak menyetok barang-barang di gudang, agar setiap ada orang pasang baru tidak meng-order dulu sehingga memakan waktu lebih lama. Saya yakin di jaman yang serba cepat ini, PDAM harusnya lebih mengutamakan kualitas dan kecepatan pelayanan. Jangan terpaku pada paradigma birokrasi jaman orde baru yang terkenal dengan susah dan berbelit-belit. Bukan begitu kawan?
Saturday, September 27, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment