Tuesday, April 21, 2020

Ujian Kesabaran Hari Itu

Hari ini 3 maret 2020 aku akan berangkat kerja. Tapi anakku yg nomor 2 rewel ketika bersiap sekolah. Mungkin ada sesuatu yg membuat ia rewel, entah kawatir di sekolah atau yg lainnya. Ibunya sudah ngomel duluan, seperti akan melahap nya saja. Bukannya berhenti rewelnya makin menjadi. Aku mencoba sabar dan menjadi ayah yg baik pagi itu. Dan benar aku bisa mengelola marahku, aku bisa menyiapkan sekolahnya dgn sabar dan kasih sayang tanpa kemarahan. Begitulah kita, kadang kita galau, sedih dan sebal yg keluar adalah rewel. Anak2 tentu ingin diperhatikan saat sedang ada masalah. Jika rewel ia pasti punya masalah, jika punya masalah kita harus hadir sebagai penyelamat, penyejuk, pembantu dan pembimbing. Bukan malah memarahi dan mengabaikannya. 

Namanya orang sedih pasti ingin dianggap, ingin diperhatikan bahwa dia sedang sedih. Bukannya dimarahin yg membuat ia semakin merasa diabaikan, tidak merasa "diterima" sebagai anak yg sedang sedih. Bisa2 setelah dewasa ia memang benar2 merasa diabaikan, sehingga mencari pelampiasan di luar. 

Hari ini 25 Jan 2020, Imlek, aku memarahi anakku karena masalag HP. Nana tak mau ngajarin adiknya menggambar di HP. Citta merengek minta diajarin tapi tak mau mengikuti. Jadinya aku sedikit tinggi nadanya. Ibu yg akhirnya menyita HP keduanya. Aku seharusnya bisa lebih sabar, pura2 minta Nana ngajarin aku trus Citta ikutan nimbrung. Tapi aku masih juga lepas dr kendali emosiku. Dada ada sensasi yg berat dan aku beralih nonton cak lontong di luar. Meskipun sudah berkurang, aku masih marah, namun aku sudah menyadari rasa marahku, merasakan bagian mana dalam tubuh yg sensasinya berbeda. Semoga bisa menyembuhkan diri sendiri. 

Kadang kita cuman mau yg positif2, yg negatif2 kita jauhi. Demikian juga dalam diri kita ada perasaan negatif yg sebenarnya ia dalah bagian dari diri kita, satu kesatuan utuh yg membentuk kita sebagai manusia. Manusia itu lengkap positif dan negatif seimbang, "rwa bhinneda ne tampi" kata orang Bali. Dualisme dlm diri manusia itu seimbang. 

Kemarahan, ketakutan dan rasa iri adalah energi penjaga. Coba bayangkan jika kita tidak punya rasa marah, istri kita diperlakukan tidak senonoh, kita malah happy-happy saja. Coba bayangkan jika kita tidak punya rasa takut, pak presiden mungkin kita sentil kupingnya. Jika kita tak punya rasa iri mungkin kita tak punya semangat utk kerja untuk membeli sesuatu biar sama dengan teman2 lainnya. 


No comments: