Rabu 29 Nov 2007, pagi jam 7.30 aku sudah landing di Juanda. Segera kucari ojek agar aku segera menuju terminal Bungurasih. Tapi tak seperti biasanya, tak satupun ojek menghampiriku. Aku beralih ke ujung sana, tak kutemukan juga ojek mangkal. Akhirnya aku nyeberang ke arah pos polisi. Seorang pria yang tampak sibuk nyamperin aku dan begitu kubilang mau ke Bali dengan sigap ia menawari mobil travel temannya yang akan segera berangkat ke Bali.
"Tinggal satu orang lagi kita berangkat," serunya dengan optimistis. Kamipun masuk ke mobil APV tua yang penuh luka. Kami masuk satu persatu, aku duduk di belakang sopir. Dua orang beserta satu balita duduk di deretan belakang, orang Bali yang transmigrasi ke Batulicin. Seorang tentara asal Makassar duduk di sampingku sedangkan istrinya duduk di depan, disamping sopir tua yang tampak tegang. Ketika kutanya pak sopir apakah sudah sering ke Bali, kepalanya mengangguk dengan penuh keraguan.
Akhirnya penumpang terakhir masuk lalu duduk diantara tempat dudukku dan tentara. Jam 8 tepat mobil berangkat ke Bali. Aku minum antimo dan beberapa penumpang lain pun kutawari. Perjalanan di awal begitu seru karena aku sedikit lega tak jadi naik bis ke Bangil, mengejar kereta yang hari itu jalurnya putus. Tiket yang kubeli tadi subuh hangus. Mending naik travel ini daripada harus estafet kereta dan bis. Lama-lama si sopir tua ngantuk. Aku sedari tadi sudah tidur.
Jam 11 siang kami tiba di Probolinggo. Lebih lega lagi karena kami akan bertukar kendaraan yang lebih besar. Sehabis makan siang kami pindah ke sebuah mobil Elf yang balik ke Bali tanpa penumpang setelah semalam mengantarkan penumpang terlantar dari Ngurah Rai menuju Juanda. Duduk jadi lebih lapang dan nyaman.
Paiton kami lewati. Perjalanan ke arah timur tanpa henti. Jam 6 sore kami tiba di Ketapang. Ketika kubuka HP kudapati jam 3 sore tadi Ngurah Rai sudah buka. Ya sudah terima saja.
Ketika nyeberang sang sopir mengeluh ngantuk karena sejak semalam ia tak tidur sedetikpun. Sang tentara mengambil alih kemudi. Mobil melaju kencang tanpa rem menembus gelapnya Bali bagian barat. Lebih ganas dari sopir bus patas pikirku. Jadi tak bisa tidur, kakiku ikut-ikutan ngerem dibuatnya.
Jam setengah duabelas malam akhirnya aku tiba di Kediri. Paktut menjemput dan 2 bungkus nasi jenggo menutup cerita malam itu sebelum akhirnya aku tidur pulas sampai pagi. Aku ingin tidur 1000 jam lamanya.
Total 24 jam perjalanan pulang:
Atk-stn 1.5 jam boat
Stn-bpn 6 jam darat
Bpn-sby 1.5 jam pesawat
Sby-bali 15 jam darat
No comments:
Post a Comment