Hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidup manusia, khususnya aku. Namun tak ada acara special, tak ada ucapan selamat, tak ada pesta pora apalagi pesta makan malam berhias lilin-lilin mungkin nan indah.
Tak kusangka, semuanya sudah berjalan begitu saja, sudah lebih 3 tahun dari seperempat abad aku berlalu dalam putaran roda-roda bumi berputar mengelilingi matahari. Siang malam menjadi saksi dan terang gelap seakan irama yang membuat tempo jantungku selalu berdegup dan membiarkan setiap darah mengalir memenuhi rongga-rongga kapiler dan pembuluh darah dalam jiwa dan ragaku. Aku tak kuasa menahan sedih yg sedang kujalani, aku sedang frustrasi.
Belasan bunga sudah kupetik namun tak satupun terasa tepat menghiasi taman rinduku. Ada bunga layu, ada bunga yang sedang bersemi, ada bunga yang tumbuh tersembunyi namun tak berani menampakkan diri. Ada bunga yang baru saja mekar, baru saja dipetik dan wanginya harum semerbak. Kumbang-kumbang berlalu mengoda dan bergejolak hatinya tatkala sang bunga berkelebat senyum renyah menghias mahkota kembang yg beraroma semerbak. Daun si bunga justru menutupi dan menampik setiap tukang petik bunga dan durinya yg tajam sanggup melukai hati setiap insan yang tak kuasa menahan derita. Begitu juga, hendak ku petik namun cobaan itu jua datang padaku yang naif. Ku berjalan lambat-lambat mendekati bunga dan kuintai pesona yg dialirkannya ke dalam sekujur pembuluh nadiku. Kukaitkan dengan irama cinta dalam hatiku agar irama itu indah berpadu, dan kini sedang dalam tempo yg indah dan mengundang selera. Ku sematkan jariku hendak menggapai dahannya dan kusibakkan biar bunga gampang ku petik. Namun duri tangkainya seolah menyerbu jari-jariku yg kian kasar. Menusuk, menerobos dan menghebuskan racun-racun kebencian di dalam aliran darahku, tepat di pembuluh darahku. Darah mengucur dan racun merayap dalam setiap hentakan pompaan jantungku dalam darah. Aku terkesiap dan meronta, menahan sakit, racun sudah menusuk hati namun kekuatan hati untuk menetralkannya sudah tak kuasa lagi. Aku terlena dan membisu, tak satu katapun yg keluar lagi hanya untuk sekedar merayu. Tak ada cerita yang pantas kuceritakan, karena durimu sudah menyakiti hatiku yang paling dalam. Hatiku sudah tersiram racun-racun mematikan dari balik kungkungan pikiran masa lalu, jaman Siti Nurbaya yang dijodohkan secara paksa dengan orang yang disukai orang tuanya.
Aku hanya berlagak bego, sejujurnya racun itu sudah membuatku lupa daratan. Hendak ku patahkan batang-batang berduri itu namun aku tak sanggup. Tanganku seperti dipegang dan diikat oleh takdir yang melarang aku melakukannya. Aku hanya bisa tertawa dan tertawa sambil terbahak hingga keluar air mata. Aku tertawa...
Saturday, March 01, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment