Karena terpotong training, maka offku kali ini hanya 11 hari, tapi dengan berbagai pertimbangan, 3 hari aku minta ganti hari saja berhubung ada peristiwa bersejarah yang bakal melahirkan pengusaha kampung berkelas mewah (mepet sawah).
Off kemaren sungguh enak karena tlah dilakukan peresmian toko kami di Pandak Gede, jalan menuju Nyitdah di tepi sawah yang indah. 10-10-2010 adalah hari yang sangat cantik, cantik secara masehi juga hari baik untuk memulai usaha kata kalender karangan Bambang Gde Rawi.
Sebelum dibuka, kami lakukan persipan memasang pintu harmonika beberapa minggu sebelumnya dengan harga 625 ribu rupiah per meter, pilihan warna hijau jatuh dipakai coating pintunya. Dengan susah payah juga kami akhirnya mendapat bagian tukang Mang Oce crew untuk memperbaiki retak-retak dan juga memasang talang air di samping dan memasang emper di belakang. Pekerjaan berisiko hari itu selesai dengan sempurna.
Upacara peresemian dilakukan dengan upacara Ngambe yang dipuput oleh Kak Swarya, dihadiri oleh Meman, Pakde, Pak+Mek Wanda, Kadek, Indah, Kirana, Dekta, MekDe Suta dan Biang Tu sebagai serati yang dibeliin banten seharga 500 ribu rupiah saja.
Hari itu juga aku update status di facebook dengan bunyi "Akan segera dibuka, sebuah toko kecil Mewah (mepet sawah) di tepi sawah Pandak Gede Village, hari ini 10-10-2010 jam 10:10 Wita. Menjual: bermacam sepatu, sandal, tas, kaos kaki, pakaian sekolah, dll. Semoga setiap langkah merupakan petunjukNya. Astungkara..." dan mendapat ucapan selamat dari berbagai temans.
Semoga hari itu adalah tonggak untuk melanjutkan sindikat usaha yang telah dilakukan orang tuaku sebelumnya. Semoga jiwa-jiwa wirausahawan bercokol dalam otak dan hati kami sebagai pewaris tahtamu. Semoga setiap langkah adalah tuntunanNya dan semoga langkah-langkah selanjutnya selalu mendapat sinar terang dariNya. Astungkara...
Saturday, October 16, 2010
5 Hari di Balikpapan (lagi)
Hari itu 26 Sept 2010, pagi-pagi jam 4 subuh aku dan yang lain bangun. Karena pagi itu kami akan melakukan perjalanan panjang, Attaka-Santan-Balikpapan untuk mengikuti training TRIMS keesokan harinya. Training low cost n low budget yang diadakan di Balikpapan dan di Learning Centre Pasir Ridge.
Aku, Niko, Gantino, Yasser, Pak Prayitno akan mengikuti training PLC. Sedangkan Roland dan Pak Haji Agus Kurnia mengikuti training Diesel Engine. Seperti biasa, setiba di Santan Terminal kami foto-foto sambil menunggu jam 7 tepat bus berangkat ke Balikpapan. Perjalanan ditempuh hampir 6 jam dan kami langsung menuju Pak Surat. Setelah istirahat sebentar aku dan Niko berkunjung ke Gramedia sekedar untuk mencari kertas acrylic karena aku sedang mempersiapkan table top untuk foto product still life.
Sore hari aku bersama Jack, Yasser dan Niko hunting sunset di seputar Banua Patra setelah terlebih dahulu pinjam tripod di tempat Boim di rumahnya di sekitar Gunung Pipa. Sedangkan Henry dan Ganz baru tiba di Balikpapan malam harinya. Malam hari itu pula mencoba foto still life splash air di gelas bersama Yasser di Pak Suratown. Agak gagal karena kertas kurang bermutu.
Training berlangsung tidak seru karena hari pertama dan kedua kami diajar oleh asisten mentor aslinya. Karena pak Endro Julianto sedang ke Bandung karena PLC Allen Bradley-nya tidak mau connect ketika dicoba pada batch I.
Pada hari Senin sore kami hunting lagi di seputar copper landing station punya Total bersama Jack, Henry dan Yasser. Hunting sunset berubah jadi ajang narsis sekalian mencoba 4 buah flash yang di wireless pakai trigger. Malam harinya mau latihan buat talent show di studio DAM tapi studio full akhirnya ambil plan B: mencoba lagi foto splash bersama Henry. Kali ini mencoba pakai kertas Gloria dan hasilnya agak bagus karena flash ditembakkan di depan atas bukan di belakang.
Hari kedua sepulang training kami mencoba Inul Vista , sebelum jam 18:00 ada potongan harga 50% off. Tapi baru 15 menit berjalan, aku disuruh ke Pasir Ridge check sound tapi gagal. Karena Fery telat datang dan Alfian sibuk main bola. Malam itu makan malam di dekat BCA, bebek goreng sambal pedas nendang banget! Ada Ganz yang jadi bos malam itu.
Hari ketiga sudah diajar mentor aslinya dari pagi. Aku ikut setengah hari, karena after lunch kami musti latihan untuk Talent Show nanti malam. Dan tibalah saatnya sekitar jam 18:00 4 band yang mewakili 4 lapangan unjuk kebolehan
pada ajang Talent Show Gitu Lohhh 2010. Lawe-lawe, HR, IT+SCM dan Attaka No Comment Band. Kami menyabet runner up setelah IT+SCM, Om Erick menyebutnya juara tanpa mahkota dan Pak Didik berkomentar pedas, "Sejarah terulang kembali". Tapi itulah kenyataan, dalam setiap talent show, kalah itu biasa menang baru luar biasa hehe. Yang paling seru adalah supporter Attaka yang kebetulan banyak orang yg lagi training di Balikpapan. Malam hari kami pulang dengan senang dan makan malam di Bebek Goreng depan XXI Pasar Baru. Malam itu badan terasa pegal dan jam 8 sudah terlelap dalam selimut.
Hari keempat, training masih tidak ada greget, soal-soal latihan masih digarap dan harus digarap. Penonton pada kesal tapi akhirnya dilewati juga. Pulang dari training kami sepakat nonton di e-Walk. Dan sekitar jam 7 kami meluncur ke lokasi kejadian bersama Niko, Ganz dan Henry, nonton di Studio 4: Resident Evil 4 3D. Asik gila banget 3D-nya, kami bahkan sempat bergeser duduk ketika kapak penjahat hampir menerjang si Jagoan dan seperti keluar dari layar, ediiiaannn!! Tinggal satu malam oh indahnya, begitu lagu penutup malam itu menemani kami pulang ke Suratown.
Hari terakhir training disepakati hanya 1/2 hari dan kami memutuskan makan siang di luar saja. Setelah selesai curhat-curhatan bersama mentor ditutup dengan foto-foto keluarga dan pembagian makan siang burger plus 1 kaleng Sprite. Tanpa souvenir, tas, jacket, kaos ataupun sekedar topi. Jatah training kami seperti dikebiri dan beginilah nasib kami dengan manager super duper economistry hehe.
Jam setengah 3 pesawatku menuju Denpasar via Surabaya. Akhirnya tiba di Bali lalu langsung sewa taxi bandara hingga ke Pandak Gede, jam 21:00 tiba dan istriku tlah
menanti dengan riang, sementara anakku sudah terlelap 1 jam sebelumnya.
Aku, Niko, Gantino, Yasser, Pak Prayitno akan mengikuti training PLC. Sedangkan Roland dan Pak Haji Agus Kurnia mengikuti training Diesel Engine. Seperti biasa, setiba di Santan Terminal kami foto-foto sambil menunggu jam 7 tepat bus berangkat ke Balikpapan. Perjalanan ditempuh hampir 6 jam dan kami langsung menuju Pak Surat. Setelah istirahat sebentar aku dan Niko berkunjung ke Gramedia sekedar untuk mencari kertas acrylic karena aku sedang mempersiapkan table top untuk foto product still life.
Sore hari aku bersama Jack, Yasser dan Niko hunting sunset di seputar Banua Patra setelah terlebih dahulu pinjam tripod di tempat Boim di rumahnya di sekitar Gunung Pipa. Sedangkan Henry dan Ganz baru tiba di Balikpapan malam harinya. Malam hari itu pula mencoba foto still life splash air di gelas bersama Yasser di Pak Suratown. Agak gagal karena kertas kurang bermutu.
Training berlangsung tidak seru karena hari pertama dan kedua kami diajar oleh asisten mentor aslinya. Karena pak Endro Julianto sedang ke Bandung karena PLC Allen Bradley-nya tidak mau connect ketika dicoba pada batch I.
Pada hari Senin sore kami hunting lagi di seputar copper landing station punya Total bersama Jack, Henry dan Yasser. Hunting sunset berubah jadi ajang narsis sekalian mencoba 4 buah flash yang di wireless pakai trigger. Malam harinya mau latihan buat talent show di studio DAM tapi studio full akhirnya ambil plan B: mencoba lagi foto splash bersama Henry. Kali ini mencoba pakai kertas Gloria dan hasilnya agak bagus karena flash ditembakkan di depan atas bukan di belakang.
Hari kedua sepulang training kami mencoba Inul Vista , sebelum jam 18:00 ada potongan harga 50% off. Tapi baru 15 menit berjalan, aku disuruh ke Pasir Ridge check sound tapi gagal. Karena Fery telat datang dan Alfian sibuk main bola. Malam itu makan malam di dekat BCA, bebek goreng sambal pedas nendang banget! Ada Ganz yang jadi bos malam itu.
Hari ketiga sudah diajar mentor aslinya dari pagi. Aku ikut setengah hari, karena after lunch kami musti latihan untuk Talent Show nanti malam. Dan tibalah saatnya sekitar jam 18:00 4 band yang mewakili 4 lapangan unjuk kebolehan
pada ajang Talent Show Gitu Lohhh 2010. Lawe-lawe, HR, IT+SCM dan Attaka No Comment Band. Kami menyabet runner up setelah IT+SCM, Om Erick menyebutnya juara tanpa mahkota dan Pak Didik berkomentar pedas, "Sejarah terulang kembali". Tapi itulah kenyataan, dalam setiap talent show, kalah itu biasa menang baru luar biasa hehe. Yang paling seru adalah supporter Attaka yang kebetulan banyak orang yg lagi training di Balikpapan. Malam hari kami pulang dengan senang dan makan malam di Bebek Goreng depan XXI Pasar Baru. Malam itu badan terasa pegal dan jam 8 sudah terlelap dalam selimut.
Hari keempat, training masih tidak ada greget, soal-soal latihan masih digarap dan harus digarap. Penonton pada kesal tapi akhirnya dilewati juga. Pulang dari training kami sepakat nonton di e-Walk. Dan sekitar jam 7 kami meluncur ke lokasi kejadian bersama Niko, Ganz dan Henry, nonton di Studio 4: Resident Evil 4 3D. Asik gila banget 3D-nya, kami bahkan sempat bergeser duduk ketika kapak penjahat hampir menerjang si Jagoan dan seperti keluar dari layar, ediiiaannn!! Tinggal satu malam oh indahnya, begitu lagu penutup malam itu menemani kami pulang ke Suratown.
Hari terakhir training disepakati hanya 1/2 hari dan kami memutuskan makan siang di luar saja. Setelah selesai curhat-curhatan bersama mentor ditutup dengan foto-foto keluarga dan pembagian makan siang burger plus 1 kaleng Sprite. Tanpa souvenir, tas, jacket, kaos ataupun sekedar topi. Jatah training kami seperti dikebiri dan beginilah nasib kami dengan manager super duper economistry hehe.
Jam setengah 3 pesawatku menuju Denpasar via Surabaya. Akhirnya tiba di Bali lalu langsung sewa taxi bandara hingga ke Pandak Gede, jam 21:00 tiba dan istriku tlah
menanti dengan riang, sementara anakku sudah terlelap 1 jam sebelumnya.
Friday, June 25, 2010
Tak Terasa Enam Tahun Telah Terlewati
8 Juni 2004 ~ 8 Juni 2010
Baru sebulan lalu rasanya kepala kita diplontos dengan sukses di jalan tanah depan wisma tempat kita menginap selama 3 bulan itu. Baru sebulan yg lalu rasanya kita makan bersama di wisma Widya Patra, jogging pagi bersama keliling kompleks Mentul, lalu sorenya menikmati belaian dinginnya kolam renang dan fitness centre yang serba kering. Baru sebulan rasanya kita melakukan game team work di lapangan rumput depan kelas tempat kita belajar. Masih ingatkah kalian baru saja rasanya jalan-jalan ke Sarangan. Masih ingatkah kalian saat akhir pekan kita berhamburan keluar Cepu untuk menikmati weekend yang ramai di Yogya, Surabaya dan kota-kota ramai sekitarnya. Masih ingatkah kalian dengan kumis Pak Thoifuri yang disko-disko saat ngomel-ngomel ke kita hahaha. Masih ingat dengan tampang naïf EDUN, Pak Edi Untoro yang menjadi koordinator kita di sana?
Masih ingatkah ketika si Nelson mulai mendekati perempuan yang kelak menjadi istri tercintanya. Masih ingatkah si Deny, Nizar, Tigor, Hanif, Joko, Afif Simbut, dan lain-lainnya berjuang memperebutkan pegawai cantik bank Mandiri di perempatan Cepu itu. Harusnya kalian ingat saat kita ramai-ramai nonton film dewasa di wisma yang menjadi saksi bisu tingkat kemesuman kita. Tentu kalian masih ingat saat belum semua dari kita pegang handphone waktu itu. Juga handphone tercanggih saat itu masih menggunakan kamera eksternal untuk bisa memotret, jika hendak memotret kita pasangkan kameranya baru tekan tombolnya, kualitasnya juga masih VGA. Tentu kalian tidak lupa saat makan bersama di sate ayu, makan bersama merayakan ulang tahun di bakso kumis, menikmati sunset di belakang wisma, bermain gitar dan bernyanyi bersama di depan Widya Patra 11, bersepeda gunung keliling kota ataupun naik becak dengan imbalan super murah, hingga tiap malam konsultasi ke rumah-rumah dosen demi tugas akhir yang akan menentukan kehidupan hingga 6 tahun yang telah terlewati ini.
Baru seminggu lalu rasanya mendarat pertama kali di bandara Sepinggan. Baru seminggu lalu rasanya kita training swing rope pertama kalinya di Lawe-lawe lalu mencoba ilmu kita di Sepinggan Platform. Masih tercium juga sisa-sisa bau bantal Blue Sky Hotel dengan segala skandal yang tercipta di dalamnya. Masih teringat gimana rasanya pertama kali naik angkot 7, 5 dan 3 untuk sekedar keliling kota Balikpapan yang segitu-segitu aja. Masih terasa nikmatnya naik pesawat Pelita Dash 7 dari Sepinggan ke Santan bolak-bolak setiap 2 minggu. Masih ingat pertama kali Sarah dan Indriani menjemput kami ke Santan dan mengantarkan ke giant field yang kini terkapar tak berdaya. Baru kemaren rasanya commuting Balikpapan Jogja untuk menyelesaikan studi yang tersisa sejengkal saja. Baru kemaren rasanya melihat si Yusuf, Afif, Binto di Attaka Field dan kini mereka t’lah hengkang untuk sesuatu yg lebih baik. Baru kemaren rasanya melihat Siti dan Lidya jadi operator field di Production Control room. Dan baru seminggu lalu rasanya harus merelakan beberapa teman kita, Joko, Sapto Baskoro, Andriansyah, Aramiko, Bakir, Agung, Rahmat dll, yang terpaksa tidak bisa terus bergabung karena berbagai sebab.
Ya benar, 6 tahun tak terasa, benar-benar tak merasa saya sudah 6 tahun hidup dari uang Attaka. Berarti, sudah 3 tahun lebih saya bangun, mandi, sarapan, bekerja, lunch, tidur siang, kerja lagi, makan malam, mandi lalu tidur lagi di Attaka yang penuh karat ini. Sudah 2190 hari saya lewati bersama debur ombak selat Makassar. Sudah 72 bulan diselimuti deru angin dan desingan turbine compressor. Sudah 50 ribu jam lebih saya lewati berteman kepingan karat, hembusan minyak crude oil mentah dan dijilat tekanan gas alam dari balik sela-sela tubing STS. Sudah jutaan langkah kaki mengantarkan aku naik turun tangga dari platform ke platform, dari STS ke STS, dari pipa ke tubing, dari compressor hingga sigma valve, dari Unocal hingga Chevron Indonesia Company.
Ya, kebersamaan kita sudah dipupuk sejak lebih dari 6 tahun yang lalu dan tidak akan buyar oleh kepingan karat, deburan ombak atau desingan angin selat Makassar sekalipun. Semoga kebersamaan ini akan menjadi penyejuk dan penguat untuk perjalanan kita selanjutnya yang masih panjang. Selamat atas terlewatinya masa 6 tahun ini, kawan.
Baru sebulan lalu rasanya kepala kita diplontos dengan sukses di jalan tanah depan wisma tempat kita menginap selama 3 bulan itu. Baru sebulan yg lalu rasanya kita makan bersama di wisma Widya Patra, jogging pagi bersama keliling kompleks Mentul, lalu sorenya menikmati belaian dinginnya kolam renang dan fitness centre yang serba kering. Baru sebulan rasanya kita melakukan game team work di lapangan rumput depan kelas tempat kita belajar. Masih ingatkah kalian baru saja rasanya jalan-jalan ke Sarangan. Masih ingatkah kalian saat akhir pekan kita berhamburan keluar Cepu untuk menikmati weekend yang ramai di Yogya, Surabaya dan kota-kota ramai sekitarnya. Masih ingatkah kalian dengan kumis Pak Thoifuri yang disko-disko saat ngomel-ngomel ke kita hahaha. Masih ingat dengan tampang naïf EDUN, Pak Edi Untoro yang menjadi koordinator kita di sana?
Masih ingatkah ketika si Nelson mulai mendekati perempuan yang kelak menjadi istri tercintanya. Masih ingatkah si Deny, Nizar, Tigor, Hanif, Joko, Afif Simbut, dan lain-lainnya berjuang memperebutkan pegawai cantik bank Mandiri di perempatan Cepu itu. Harusnya kalian ingat saat kita ramai-ramai nonton film dewasa di wisma yang menjadi saksi bisu tingkat kemesuman kita. Tentu kalian masih ingat saat belum semua dari kita pegang handphone waktu itu. Juga handphone tercanggih saat itu masih menggunakan kamera eksternal untuk bisa memotret, jika hendak memotret kita pasangkan kameranya baru tekan tombolnya, kualitasnya juga masih VGA. Tentu kalian tidak lupa saat makan bersama di sate ayu, makan bersama merayakan ulang tahun di bakso kumis, menikmati sunset di belakang wisma, bermain gitar dan bernyanyi bersama di depan Widya Patra 11, bersepeda gunung keliling kota ataupun naik becak dengan imbalan super murah, hingga tiap malam konsultasi ke rumah-rumah dosen demi tugas akhir yang akan menentukan kehidupan hingga 6 tahun yang telah terlewati ini.
Baru seminggu lalu rasanya mendarat pertama kali di bandara Sepinggan. Baru seminggu lalu rasanya kita training swing rope pertama kalinya di Lawe-lawe lalu mencoba ilmu kita di Sepinggan Platform. Masih tercium juga sisa-sisa bau bantal Blue Sky Hotel dengan segala skandal yang tercipta di dalamnya. Masih teringat gimana rasanya pertama kali naik angkot 7, 5 dan 3 untuk sekedar keliling kota Balikpapan yang segitu-segitu aja. Masih terasa nikmatnya naik pesawat Pelita Dash 7 dari Sepinggan ke Santan bolak-bolak setiap 2 minggu. Masih ingat pertama kali Sarah dan Indriani menjemput kami ke Santan dan mengantarkan ke giant field yang kini terkapar tak berdaya. Baru kemaren rasanya commuting Balikpapan Jogja untuk menyelesaikan studi yang tersisa sejengkal saja. Baru kemaren rasanya melihat si Yusuf, Afif, Binto di Attaka Field dan kini mereka t’lah hengkang untuk sesuatu yg lebih baik. Baru kemaren rasanya melihat Siti dan Lidya jadi operator field di Production Control room. Dan baru seminggu lalu rasanya harus merelakan beberapa teman kita, Joko, Sapto Baskoro, Andriansyah, Aramiko, Bakir, Agung, Rahmat dll, yang terpaksa tidak bisa terus bergabung karena berbagai sebab.
Ya benar, 6 tahun tak terasa, benar-benar tak merasa saya sudah 6 tahun hidup dari uang Attaka. Berarti, sudah 3 tahun lebih saya bangun, mandi, sarapan, bekerja, lunch, tidur siang, kerja lagi, makan malam, mandi lalu tidur lagi di Attaka yang penuh karat ini. Sudah 2190 hari saya lewati bersama debur ombak selat Makassar. Sudah 72 bulan diselimuti deru angin dan desingan turbine compressor. Sudah 50 ribu jam lebih saya lewati berteman kepingan karat, hembusan minyak crude oil mentah dan dijilat tekanan gas alam dari balik sela-sela tubing STS. Sudah jutaan langkah kaki mengantarkan aku naik turun tangga dari platform ke platform, dari STS ke STS, dari pipa ke tubing, dari compressor hingga sigma valve, dari Unocal hingga Chevron Indonesia Company.
Ya, kebersamaan kita sudah dipupuk sejak lebih dari 6 tahun yang lalu dan tidak akan buyar oleh kepingan karat, deburan ombak atau desingan angin selat Makassar sekalipun. Semoga kebersamaan ini akan menjadi penyejuk dan penguat untuk perjalanan kita selanjutnya yang masih panjang. Selamat atas terlewatinya masa 6 tahun ini, kawan.
Tuesday, April 27, 2010
Main Ping-pong Sama Pelican
Kemaren hari Senin 26 April, sore-sore sekitar jam 2, aku sudah siap berangkat menuju Bandara. Rencananya diantar istri, anak dan adikku naik mobil. Ketika semuanya telah siap dan hendak ganti celana, datang SMS dari bos "Pelican sudah ok, perjalanan kembali normal". Waduh kayak dipingpong aja sama Pelican nih. Salah siapa? Bingung antara berangkat saat itu juga atau mundur semalam. Meskipun cuman semalam. Tapi tampang anakku sore itu yang kelelahan karena susah tidur, mungkin tahu bapaknya akan berangkat, membuat aku memutuskan niatku untuk menunda keberangkatan. Meskipun pada akhirnya tiket sore itu 700 ribu rupiah hangus karena tiket promo class, no refund, no reschedule, no reroute. Tapi sms kedua dari bosku mengatakan bahwa jika ada kerugian biaya tiket akan diganti perusahaan. Asikkk. Akhirnya dengan tekad bulat aku mundur sehari, tepatnya semalam, berangkat ke Balikpapan.
Lalu, tadi pagi, jam 4.30 aku sudah bangun dan langsung disambut bangunnya si Rana yang lucu bin imut. Langsung aku print tiket Garuda, dan setelah sembahyang, jam 6.30 aku cabut naik Supra Fit dari rumah menuju RS Kasih Ibu tempat adikku kerja. Aku seperti jaelangkung, pergi tak diantar, pulang tak dijemput. Karena semalam adikku masuk malam dan aku pagi itu naik ojek taxi dari Kasih Ibu ke Bandara, ongkosnya 25.000 perak.
Si sopir ojek memilih jalan belakang menyusuri Tukad Badung, lalu tembus di Simpang Siur by pass Ngurah Ray. Sopir ojek lagi ngantuk atau memang nyopirnya oon, 3 kali aku diantarkan pada kejadian near miss. Pertama jalanan bolong dihajar sehingga membuat motor melontar ke atas dan membuat pinggangku meringis. Kedua, hampir nabrak anjing gila yang lalu lalang di pinggir kali. Ketiga, hampir saja nabrak paktua bersepeda yang tak mau minggir setelah diklakson 5 kali. Aku diam saja seribu bahasa, lagi malas bicara, bukan karena sariawan atau sakit tenggorokan, tapi malas saja.
Waktu boarding tertunda sekitar 30 menit. Ada apa gerangan. Setelah kami boarding, baru ketahuan kalau di pesawat membawa pasien sakit keras menuju Surabaya. Masih anak-anak, usianya sekitar 15 tahun, tapi ia tertidur pulas saja. Entah sakit apa dia aku tak berani bertanya, karena pada siapa harus kutanya. Dua orang paramedis dengan tegang mengamati dan menemaninya. Tiga orang anggota keluarga duduk lesu disamping semacam tandu (mungkin) anaknya yang sakit keras.
Setiba di Surabaya, runway basah. Aku mencari titipan obengku 3 ekor di lost n found Garuda, dapat. Lalu aku makan di warung nasi Padang, gilak 49.000 cuman untuk telor dadar 1/8 potong dan ikan 1/4 potong plus es jeruk. Tahu gini mending beli Soto Lamongan, lebih worthed.
Setiba di Sepinggan aku langsung pergi menuju Kebon Sayur untuk membeli lampit. Aku pilih 2 lembar yang ukuran panjang sama 2 meter dengan lebar 1.2 m dan 1.4 meter. Masing-masing harganya 80 ribu dan 150 ribu. Cukup murah dibanding di Bali dimana yang ukuran 1.4 m seharga 250 ribu tidak bisa ditawar. Lampit kutitipkan di Pak Surat dan ketika ngobrol eh ada Doddy dan Agustino yang ternyata sudah menginap di semalam sebelumnya karena diping-pong juga sama Pelican, parah!
Dan kini, ada sisa waktu 1 jam aku ke Warnet di sebelah Happy Puppy sambil nunggu jam setengah 5 ke Pilot Jety. Aku masih kangen sama si kecil Nadindra yang tadi pagi kutinggal masih kecapekan karena hari kemaren tidurnya tidak cukup, karena ku ajak nganter kadek ke Denpasar sekalian mampir ke Cellular World lihat-lihat harga HP, Nokia X6 seharga 3.8jt dan Nokia N900 5.9jt. Dua produk ini adalah produk gagal. Gagal saya miliki.
Lalu, tadi pagi, jam 4.30 aku sudah bangun dan langsung disambut bangunnya si Rana yang lucu bin imut. Langsung aku print tiket Garuda, dan setelah sembahyang, jam 6.30 aku cabut naik Supra Fit dari rumah menuju RS Kasih Ibu tempat adikku kerja. Aku seperti jaelangkung, pergi tak diantar, pulang tak dijemput. Karena semalam adikku masuk malam dan aku pagi itu naik ojek taxi dari Kasih Ibu ke Bandara, ongkosnya 25.000 perak.
Si sopir ojek memilih jalan belakang menyusuri Tukad Badung, lalu tembus di Simpang Siur by pass Ngurah Ray. Sopir ojek lagi ngantuk atau memang nyopirnya oon, 3 kali aku diantarkan pada kejadian near miss. Pertama jalanan bolong dihajar sehingga membuat motor melontar ke atas dan membuat pinggangku meringis. Kedua, hampir nabrak anjing gila yang lalu lalang di pinggir kali. Ketiga, hampir saja nabrak paktua bersepeda yang tak mau minggir setelah diklakson 5 kali. Aku diam saja seribu bahasa, lagi malas bicara, bukan karena sariawan atau sakit tenggorokan, tapi malas saja.
Waktu boarding tertunda sekitar 30 menit. Ada apa gerangan. Setelah kami boarding, baru ketahuan kalau di pesawat membawa pasien sakit keras menuju Surabaya. Masih anak-anak, usianya sekitar 15 tahun, tapi ia tertidur pulas saja. Entah sakit apa dia aku tak berani bertanya, karena pada siapa harus kutanya. Dua orang paramedis dengan tegang mengamati dan menemaninya. Tiga orang anggota keluarga duduk lesu disamping semacam tandu (mungkin) anaknya yang sakit keras.
Setiba di Surabaya, runway basah. Aku mencari titipan obengku 3 ekor di lost n found Garuda, dapat. Lalu aku makan di warung nasi Padang, gilak 49.000 cuman untuk telor dadar 1/8 potong dan ikan 1/4 potong plus es jeruk. Tahu gini mending beli Soto Lamongan, lebih worthed.
Setiba di Sepinggan aku langsung pergi menuju Kebon Sayur untuk membeli lampit. Aku pilih 2 lembar yang ukuran panjang sama 2 meter dengan lebar 1.2 m dan 1.4 meter. Masing-masing harganya 80 ribu dan 150 ribu. Cukup murah dibanding di Bali dimana yang ukuran 1.4 m seharga 250 ribu tidak bisa ditawar. Lampit kutitipkan di Pak Surat dan ketika ngobrol eh ada Doddy dan Agustino yang ternyata sudah menginap di semalam sebelumnya karena diping-pong juga sama Pelican, parah!
Dan kini, ada sisa waktu 1 jam aku ke Warnet di sebelah Happy Puppy sambil nunggu jam setengah 5 ke Pilot Jety. Aku masih kangen sama si kecil Nadindra yang tadi pagi kutinggal masih kecapekan karena hari kemaren tidurnya tidak cukup, karena ku ajak nganter kadek ke Denpasar sekalian mampir ke Cellular World lihat-lihat harga HP, Nokia X6 seharga 3.8jt dan Nokia N900 5.9jt. Dua produk ini adalah produk gagal. Gagal saya miliki.
Tuesday, March 30, 2010
Bayar Pajak di Tahun 2010
Hari Rabu tgl 24 March 2010, pagi-pagi jam 7.30, mumpung adikku masuk malam hari itu, aku berangkat naik motor ke kantor pajak Tabanan. Petugas belum pada datang, hanya segerombol petugas keamanan saja yang berkeliaran tak karuan. Aku ambil antrian nomor 14 dan iseng menanyakan kelengkapan data saya ke petugas penjaga antrian, ternyata form 1721-A1 saya yg dari perusahaan masih kurang. Yang saya bawa hanya 1771-S, 3 lembar. Wah, gmn dong, saya ke Balikpapan tanggal 30, sedangkan paling telat mengumpulkan SPT Tahunan 31 Maret ini. Akhirnya saya mencoba menghubungi teman saya Surnaga untuk mengirim form 1721 miliknya. Tapi beda jauh, karena gaji kita memang beda. Pusing ngubah-ngubahnya. Akhirnya saya punya akal, saya minta langsung saja sama orang yang mengirimkan form tersebut lewat email beberapa hari lalu. Tapi bingung, emailnya tanya siapa? Akhirnya coba telpon Emran yang lagi jaga FS dan Deddy yg lagi jaga Lima. Ketemu address book-nya tapi ndak tahu menghubungi dari luar caranya gimana. Ribet banget.
Syukurnya Tuhan masih berpihak pada saya, Emran mengirimkan SMS ngasi tahu no telpon Pak Eriyus, bisa dihubungi di nomor 0761942831. Duh senangnya, bisa nyambung ke Rumbai dan suaranya jernih sekali. Lalu saya meminta beliau mengirimkan form tersebut lewat email pribadi. Akhirnya saya ke warnet terdekat, namun beberapa lama saya tunggu tak muncul juga tuh email. Sepakat dengan hati saya, saya pulang aja daripada nunggu kelamaan.
Sampai di rumah Pandak juga belum muncul tuh email yg berisi formulir. Tambah bingung, karena kalo telat ngumpulin SPT Tahunan kena denda 100 ribu. Nggak masalah sih nilainya, tapi kenapa saya sebodoh ini. Sore-sore tanpa disangka dan diduga, email masuk, ting, berisi form persis seperti yang saya butuhkan. Langsung saya print dan simpan rapat-rapat bersama form 1771-S. Iseng periksa kantong celana, kali aja ada duit nyelip, ternyata nomor antrian 14 yang saya ambil tadi kebawa pulang. Yawdah saya simpan buat besok.
Keesokan hari, pagi-pagi juga, jam 7.30 juga, saya tancap motor ke kantor pajak berbekal nomor antrian 14 kemaren. Berharap bisa dapat nomor antrian lebih kecil lagi. Tapi ketika sampai di ruangan aula, tampak sudah duduk rapi kumpulan orang-orang yang hampir semuanya berwajah setengah buaya eh baya, dan saya dapat antrian nomor 34. Akal-akalan saya muncul, saya pakai saja antrian nomor 14 ini, beres dah.
Para pengantri duduk di sofa mewah meriah berderet memenuhi aula yang dingin oleh AC portable itu. Di depan tampak 6 deret meja plus kursi yang masing kosong. Jiahhh jam 8 petugasnya belum datang, tapi antrian sudah 34. Apa kata dunia.
Ternyata jam 8 lewat 10 menit, satu persatu petugas datang tergopoh-gopoh, tapi dengan tampang tidak berdosa sama sekali. Paradigma lama masih bercokol, masyarakat memerlukan petugas, bukan petugas melayani masyarakat. Dua orang petugas peng-entry SPT dengan laptop di depannya, 2 orang petugas pemeriksa SPT sebelum di-entry dan 2 orang petugas bagian informasi. Jumlah petugas yang saya kira masih kurang banyak. Wong setelah setengah jam ngatri saja, antrian sudah 45 saat itu. Makin siang pasti makin ramai.
Sistem pemanggilan antrian juga masih manual pakai mulut, seharusnya sudah pakai mesin pemanggil yang bisa berteriak lebih keras daripada teriakan petugas pagi itu yang seperti kurang makan.
Ketika nomor antrian 13 berlalu, saya siapkan semua formulir dan ketika nomor antrian 14 dipanggil saya maju ke kursi pemeriksaan SPT. Lalu saya serahkan nomor antrian saya, eh di samping saya kok datang juga seorang antah berantah bawa nomor antrian yang sama. Petugasnya ketawa lalu berkata, "kok ada dua nomor 14?", yang lain ketawa. Tapi nomor antrian saya asli, nomor mas antah berantah itu tulis tangan pakai spidol warna hitam yg sudah mau habis tintanya. Hehehe. Saya diam saja seribu bahasa.
Lalu saya menyerahkan apa yang musti diserahkan dan si petugas memeriksa dengan seksama. Ada yang salah di nomor NPWP saya, sebelumnya nomor wilayahnya 901 untuk Denpasar, lalu dibenarkan menjadi 908 untuk wilayah Tabanan. Setelah diperiksa, saya bergeser duduk ke kursi sebelah ke petugas peng-entry SPT. Lalu saya dikasi tanda terima. Iseng saya lihat laptop yang dihadapi si petugas perempuan berjilbab itu, karena dari tadi saya lihat kok asyik banget, tidak menyapa saya sama sekali. Begitu melongok ke layar laptop, eh saya melihat pemandangan yang tidak bisa saya percaya begitu saja, saya mencoba usap-usap mata, dan sedikit mencubit tangan saya dengan ibu jari dan telunjuk, sakit! Saya nggak mimpi. Benar kok, si petugas itu bukannya membuka aplikasi peng-entry pajak, tapi ia asyik dengan halaman warna hitam Mafia Wars. Gubrakkk....! Kaget setengah mati saya dibuatnya. Tapi whateverlah, saya ndak peduli, yg penting saya sudah dapat tanda terima, artinya saya sudah dianggap lunas bayar pajak tahun 2009, meskipun pada kenyataannya pajak sudah dipotong tiap gajian bulanan.
Lalu saya keluar lalu turun tangga dan masuk ke kantor pajak sekalian saja mengganti nomor NPWP saya yang sudah tidak valid lagi nomornya. Menunggu hanya 5 menit sudah jadi, kartunya seperti ATM saja ada sticker magnetiknya, teknologi usang yang masih saja dipakai. Di depannya tertulis nama saya dengan NPWP 08.396.343.9-908.000.
Lengkap sudah tugas hari itu. Saya lalu pulang dengan hati riang juga senang. Orang bijak taat pajak, tapi pajak kami jangan dibajak dong...!!
Syukurnya Tuhan masih berpihak pada saya, Emran mengirimkan SMS ngasi tahu no telpon Pak Eriyus, bisa dihubungi di nomor 0761942831. Duh senangnya, bisa nyambung ke Rumbai dan suaranya jernih sekali. Lalu saya meminta beliau mengirimkan form tersebut lewat email pribadi. Akhirnya saya ke warnet terdekat, namun beberapa lama saya tunggu tak muncul juga tuh email. Sepakat dengan hati saya, saya pulang aja daripada nunggu kelamaan.
Sampai di rumah Pandak juga belum muncul tuh email yg berisi formulir. Tambah bingung, karena kalo telat ngumpulin SPT Tahunan kena denda 100 ribu. Nggak masalah sih nilainya, tapi kenapa saya sebodoh ini. Sore-sore tanpa disangka dan diduga, email masuk, ting, berisi form persis seperti yang saya butuhkan. Langsung saya print dan simpan rapat-rapat bersama form 1771-S. Iseng periksa kantong celana, kali aja ada duit nyelip, ternyata nomor antrian 14 yang saya ambil tadi kebawa pulang. Yawdah saya simpan buat besok.
Keesokan hari, pagi-pagi juga, jam 7.30 juga, saya tancap motor ke kantor pajak berbekal nomor antrian 14 kemaren. Berharap bisa dapat nomor antrian lebih kecil lagi. Tapi ketika sampai di ruangan aula, tampak sudah duduk rapi kumpulan orang-orang yang hampir semuanya berwajah setengah buaya eh baya, dan saya dapat antrian nomor 34. Akal-akalan saya muncul, saya pakai saja antrian nomor 14 ini, beres dah.
Para pengantri duduk di sofa mewah meriah berderet memenuhi aula yang dingin oleh AC portable itu. Di depan tampak 6 deret meja plus kursi yang masing kosong. Jiahhh jam 8 petugasnya belum datang, tapi antrian sudah 34. Apa kata dunia.
Ternyata jam 8 lewat 10 menit, satu persatu petugas datang tergopoh-gopoh, tapi dengan tampang tidak berdosa sama sekali. Paradigma lama masih bercokol, masyarakat memerlukan petugas, bukan petugas melayani masyarakat. Dua orang petugas peng-entry SPT dengan laptop di depannya, 2 orang petugas pemeriksa SPT sebelum di-entry dan 2 orang petugas bagian informasi. Jumlah petugas yang saya kira masih kurang banyak. Wong setelah setengah jam ngatri saja, antrian sudah 45 saat itu. Makin siang pasti makin ramai.
Sistem pemanggilan antrian juga masih manual pakai mulut, seharusnya sudah pakai mesin pemanggil yang bisa berteriak lebih keras daripada teriakan petugas pagi itu yang seperti kurang makan.
Ketika nomor antrian 13 berlalu, saya siapkan semua formulir dan ketika nomor antrian 14 dipanggil saya maju ke kursi pemeriksaan SPT. Lalu saya serahkan nomor antrian saya, eh di samping saya kok datang juga seorang antah berantah bawa nomor antrian yang sama. Petugasnya ketawa lalu berkata, "kok ada dua nomor 14?", yang lain ketawa. Tapi nomor antrian saya asli, nomor mas antah berantah itu tulis tangan pakai spidol warna hitam yg sudah mau habis tintanya. Hehehe. Saya diam saja seribu bahasa.
Lalu saya menyerahkan apa yang musti diserahkan dan si petugas memeriksa dengan seksama. Ada yang salah di nomor NPWP saya, sebelumnya nomor wilayahnya 901 untuk Denpasar, lalu dibenarkan menjadi 908 untuk wilayah Tabanan. Setelah diperiksa, saya bergeser duduk ke kursi sebelah ke petugas peng-entry SPT. Lalu saya dikasi tanda terima. Iseng saya lihat laptop yang dihadapi si petugas perempuan berjilbab itu, karena dari tadi saya lihat kok asyik banget, tidak menyapa saya sama sekali. Begitu melongok ke layar laptop, eh saya melihat pemandangan yang tidak bisa saya percaya begitu saja, saya mencoba usap-usap mata, dan sedikit mencubit tangan saya dengan ibu jari dan telunjuk, sakit! Saya nggak mimpi. Benar kok, si petugas itu bukannya membuka aplikasi peng-entry pajak, tapi ia asyik dengan halaman warna hitam Mafia Wars. Gubrakkk....! Kaget setengah mati saya dibuatnya. Tapi whateverlah, saya ndak peduli, yg penting saya sudah dapat tanda terima, artinya saya sudah dianggap lunas bayar pajak tahun 2009, meskipun pada kenyataannya pajak sudah dipotong tiap gajian bulanan.
Lalu saya keluar lalu turun tangga dan masuk ke kantor pajak sekalian saja mengganti nomor NPWP saya yang sudah tidak valid lagi nomornya. Menunggu hanya 5 menit sudah jadi, kartunya seperti ATM saja ada sticker magnetiknya, teknologi usang yang masih saja dipakai. Di depannya tertulis nama saya dengan NPWP 08.396.343.9-908.000.
Lengkap sudah tugas hari itu. Saya lalu pulang dengan hati riang juga senang. Orang bijak taat pajak, tapi pajak kami jangan dibajak dong...!!
Thursday, March 11, 2010
SIP 9 Maret 2010 di Santan
Ketika aku ON duty 2 Maret 2010, lalu melihat email keesokan harinya, ternyata aku termasuk dalam peserta test SIP tahun ini. Begitu mendadak, ada apakah gerangan? Aku tak tahu, aku ikuti saja dan konon ini adalah syarat untuk kenaikan salary grade tahun depan. Aku mencari bahan sana-sini lalu belajar setiap hari, setiap ada waktu, sekenanya saja. Karena hanya seminggu waktu tersisa.
Lalu, pagi-pagi di hari Selasa tanggal 9 Maret jam 6 pagi kami tiba di Santan dari Attaka. Ombak yang membuat kapal hampir terjungkal mengantarkan kami pada suara kicau burung yang menyambut di Santan terminal. Suara deru kapal mengantarkan kami untuk meninggalkan sejenak dentuman suara mesin turbin.
Ah, leganya rasanya menginjak daratan. Sinar matahari menembus pepohonan, disambut kicauan burung, hembusan angin lembut menerpa wajahku yang mengingatkan aku pada ibu. Jam 8 tepat kami berkumpul di bekas Mess Hall dan menerima briefing untuk ujian tulis dan ujian wawancara nanti. Akhirnya jam 9 ujian tulis baru mulai untuk 2 jam ke depan. Di depanku Arif, samping kiriku Pak Prayit, di belakangku Teguh. Kolaborasii yang mempesona, namun kacau balau.
Tes wawancara dilanjutkan sehabis makan dan istirahat siang. Test untuk group ku hanya 3 orang yang dilakukan di Process Area. Disana ketemu Hanif, teman 1 angkatan dan teman satu kamarku di Cepu. Tes wawancara hanya berlangsung tak lebih dari 1 jam dan kami kembali ke Mess Hall sore itu pula. Group yang lain masih melanjutkan test wawancara. Lalu setelah selesai semua, kami berangkat kembali ke Attaka dengan Express 8. Yang off, langsung pulang bersama Pak Kristopher yang membawa mobil pribadi ke Balikpapan. Malam itu di kapal bersenda gurau dan tertawa riuh. Ketika kapal sudah lepas dari kanal, kapal disambut ombak dan terombang-ambing membuat isi perut mau keluar. Keringat dingin membasahi kening dan waktu 1.5 jam terasa 1.5 tahun. Tapi sekitar jam 9 kami tiba dengan selamat di Attaka. Semoga test SIP kali ini membawa dan memberikan yang terbaik untukku dan kami semua.
Lalu, pagi-pagi di hari Selasa tanggal 9 Maret jam 6 pagi kami tiba di Santan dari Attaka. Ombak yang membuat kapal hampir terjungkal mengantarkan kami pada suara kicau burung yang menyambut di Santan terminal. Suara deru kapal mengantarkan kami untuk meninggalkan sejenak dentuman suara mesin turbin.
Ah, leganya rasanya menginjak daratan. Sinar matahari menembus pepohonan, disambut kicauan burung, hembusan angin lembut menerpa wajahku yang mengingatkan aku pada ibu. Jam 8 tepat kami berkumpul di bekas Mess Hall dan menerima briefing untuk ujian tulis dan ujian wawancara nanti. Akhirnya jam 9 ujian tulis baru mulai untuk 2 jam ke depan. Di depanku Arif, samping kiriku Pak Prayit, di belakangku Teguh. Kolaborasii yang mempesona, namun kacau balau.
Tes wawancara dilanjutkan sehabis makan dan istirahat siang. Test untuk group ku hanya 3 orang yang dilakukan di Process Area. Disana ketemu Hanif, teman 1 angkatan dan teman satu kamarku di Cepu. Tes wawancara hanya berlangsung tak lebih dari 1 jam dan kami kembali ke Mess Hall sore itu pula. Group yang lain masih melanjutkan test wawancara. Lalu setelah selesai semua, kami berangkat kembali ke Attaka dengan Express 8. Yang off, langsung pulang bersama Pak Kristopher yang membawa mobil pribadi ke Balikpapan. Malam itu di kapal bersenda gurau dan tertawa riuh. Ketika kapal sudah lepas dari kanal, kapal disambut ombak dan terombang-ambing membuat isi perut mau keluar. Keringat dingin membasahi kening dan waktu 1.5 jam terasa 1.5 tahun. Tapi sekitar jam 9 kami tiba dengan selamat di Attaka. Semoga test SIP kali ini membawa dan memberikan yang terbaik untukku dan kami semua.
30 Tahun yang T'lah Berlalu
Senin Pon Ugu, 3 Maret 1980, lahirlah seorang anak laki-laki dari pasangan Made Suteja dan GAP Sutiasih di Bajera, desa yang indah dan kelak jadi kenangan. Anak laki-laki itu adalah aku dan kehidupan miskin kedua orang tuaku menyisakan banyak cerita pahit semasa aku masih bayi hingga anak-anak. Aku dilahirkan dan dibesarkan di tengah pasar, di tengah keramaian pasar Bajera, hiruk pikuk orang-orang yang tawar-menawar.
Lalu tumbuhlah aku menjadi anak yang baik dan penurut, sekaligus keras kepala dan tidak suka dinasehati. Ketika TK, SD hingga SMP segudang prestasi aku gapai, namun ketika SMA aku terpuruk di titik paling rendah kehidupanku. Semasa TK aku pernah mengikuti lomba baca sajak dan menjadi juara 1 se-Kabupaten Tabanan. Lalu ketika SD aku selalu menjadi bintang kelas dan pernah juga menjadi siswa teladan mewakili Kecamatan, namun aku gagal di Kabupaten. Sempat pula ikut cerdas-cermat mewakili Selemadeg di TVRI Denpasar, waktu itu acara cerdas-cermat satu-satunya yg ada di tivi. Ketika SMP juga sama, selalu jadi bintang kelas dan menjadi juara umum kalo tidak 1 ya 2. Pernah pula mewakili sekolah cerdas cermat tingkat SMP di TVRI. Juga menjadi siswa teladan se Kabupaten Tabanan dan gugur juga di Tabanan.
Semasa SMA aku lebih doyan berorganisasi dan berkumpul bersama teman-teman. Pelajaran sangat terabaikan bahkan nilai NEM ku tidak lebih dari 6, parah! Kehidupan bermain musik dan band digeluti sampai melupakan sekolah dan belajar, syukurnya tidak sampai masuk lembah hitam narkoba maupun miras.
Semasa kuliah, aku melanjutkan nge-band dan memperbaiki diri dengan rajin kuliah. Syukurnya menjadi lulusan dengan IP nomor 2 terbesar di angkatanku, Elins 99. Kini semasa bekerja aku memiliki hobby fotografi yang hingga usiaku 30 tahun ini masih kugeluti dengan pasti.
30 tahun bukan masa yang sebentar, namun rasanya baru kemaren aku duduk-duduk di rumah gubuk di kampung kelahiranku yang kini rumah itu sudah menjadi milik orang lain. Rasanya baru kemaren sore aku berantem dengan teman SD ku di sawah dekat rumahku. Rasanya baru seminggu lalu aku kenalan dengan seorang gadis cantik teman sekolahku waktu SMP. Rasanya baru kemaren masa-masa puber kedua masa SMA kunikmati yang tidak dilanjutkan dengan pacaran. Dan baru kemaren rasanya aku commuting ke Jogja selama 2 minggu kuliah. Rasanya baru kemaren aku bersama ibu dan bapakku, yang mewujudkan kasih sayang dengan kerja keras mereka. Kini mereka tlah tiada, mereka tidak berada di sampingku ketika aku tlah melewatkan 30 tahun ini.
Dan tanpa aku sangka, tengah malam, ucapan selamat ultah datang dari istriku tercinta yang sedang menjaga anak di rumah, karena ulang tahunku tepat sehari setelah aku berangkat ke Balikpapan tanggal 2 Maret kemaren. Lalu lewat SMS adikku dan adik angkatku memberikan selamat. Disusul oleh ucapan selamat dan doa dari teman-teman di facebook. Yang terakhir ini begitu tidak disangka, ternyata mereka masih memberikan perhatian pada ku, meskipun hanya sekedar menulis di Wall, namun begitu banyak teman yang memberikan selamat. Sungguh aku terharu, aku yang termasuk paling malas mengucapkan selamat ultah kepada teman-teman, tapi mereka membalasnya tanpa pamrih.
Di usia yang sudah semakin lanjut ini, aku ingin mencintai keluargaku dengan sepenuh hati. Semoga aku bisa menjadi bapak dan suami yang berguna bagi keluarga. Astungkara.
Lalu tumbuhlah aku menjadi anak yang baik dan penurut, sekaligus keras kepala dan tidak suka dinasehati. Ketika TK, SD hingga SMP segudang prestasi aku gapai, namun ketika SMA aku terpuruk di titik paling rendah kehidupanku. Semasa TK aku pernah mengikuti lomba baca sajak dan menjadi juara 1 se-Kabupaten Tabanan. Lalu ketika SD aku selalu menjadi bintang kelas dan pernah juga menjadi siswa teladan mewakili Kecamatan, namun aku gagal di Kabupaten. Sempat pula ikut cerdas-cermat mewakili Selemadeg di TVRI Denpasar, waktu itu acara cerdas-cermat satu-satunya yg ada di tivi. Ketika SMP juga sama, selalu jadi bintang kelas dan menjadi juara umum kalo tidak 1 ya 2. Pernah pula mewakili sekolah cerdas cermat tingkat SMP di TVRI. Juga menjadi siswa teladan se Kabupaten Tabanan dan gugur juga di Tabanan.
Semasa SMA aku lebih doyan berorganisasi dan berkumpul bersama teman-teman. Pelajaran sangat terabaikan bahkan nilai NEM ku tidak lebih dari 6, parah! Kehidupan bermain musik dan band digeluti sampai melupakan sekolah dan belajar, syukurnya tidak sampai masuk lembah hitam narkoba maupun miras.
Semasa kuliah, aku melanjutkan nge-band dan memperbaiki diri dengan rajin kuliah. Syukurnya menjadi lulusan dengan IP nomor 2 terbesar di angkatanku, Elins 99. Kini semasa bekerja aku memiliki hobby fotografi yang hingga usiaku 30 tahun ini masih kugeluti dengan pasti.
30 tahun bukan masa yang sebentar, namun rasanya baru kemaren aku duduk-duduk di rumah gubuk di kampung kelahiranku yang kini rumah itu sudah menjadi milik orang lain. Rasanya baru kemaren sore aku berantem dengan teman SD ku di sawah dekat rumahku. Rasanya baru seminggu lalu aku kenalan dengan seorang gadis cantik teman sekolahku waktu SMP. Rasanya baru kemaren masa-masa puber kedua masa SMA kunikmati yang tidak dilanjutkan dengan pacaran. Dan baru kemaren rasanya aku commuting ke Jogja selama 2 minggu kuliah. Rasanya baru kemaren aku bersama ibu dan bapakku, yang mewujudkan kasih sayang dengan kerja keras mereka. Kini mereka tlah tiada, mereka tidak berada di sampingku ketika aku tlah melewatkan 30 tahun ini.
Dan tanpa aku sangka, tengah malam, ucapan selamat ultah datang dari istriku tercinta yang sedang menjaga anak di rumah, karena ulang tahunku tepat sehari setelah aku berangkat ke Balikpapan tanggal 2 Maret kemaren. Lalu lewat SMS adikku dan adik angkatku memberikan selamat. Disusul oleh ucapan selamat dan doa dari teman-teman di facebook. Yang terakhir ini begitu tidak disangka, ternyata mereka masih memberikan perhatian pada ku, meskipun hanya sekedar menulis di Wall, namun begitu banyak teman yang memberikan selamat. Sungguh aku terharu, aku yang termasuk paling malas mengucapkan selamat ultah kepada teman-teman, tapi mereka membalasnya tanpa pamrih.
Di usia yang sudah semakin lanjut ini, aku ingin mencintai keluargaku dengan sepenuh hati. Semoga aku bisa menjadi bapak dan suami yang berguna bagi keluarga. Astungkara.
Monday, February 01, 2010
Balikpapan (revisited, again)
Untuk kesekian kalinya aku transit lagi di Balikpapan, walaupun hanya sebentar, hanya 4 jam untuk meneruskan perjalanan panjang dari Bali tadi pagi via Surabaya lalu dari Balikpapan menuju lepas pantai selat Makassar yang indah.
Semuanya terasa hampa, hambar dan tawar. Jika tadi terakhir kalinya aku melihat senyum-senyum renyah dari bayiku, kini senyum itu hanya bayang-bayang, yg terus terbayang di mataku. Ingin rasanya membolos kerja dan menumpahkan segala kerinduan bersama kedua orang yg kucintai, istri dan anakku, namun kewajiban lebih utama. Aku harus mampu dan bisa menahan gejolak emosi ini. Semoga juga istriku senantiasa memiliki jiwa yang kuat dan tegar.
Tadi selepas dari turun pesawat aku langsung menuju pintu keluar dan mendapati angkot nomor 7 sudah menunggu, ternyata ada Puguh dan Mas XXX disana. Tak lama Yudi juga datang dan bersama menuju terminal DAM. Lalu turun dan semuanya memisahkan diri sesuai tujuan masing-masing. Aku mampir di warung guna membeli amplop dan sebotol minuman ion. Lalu makan di warung ayam goreng seharga 11 ribu rupiah sudah termasuk es teh manis. Kenyang dan nikmat juga makan di warung tenda sederhana itu.
Lalu aku langsung menuju bank Niaga, ketemu Mbak Yusi guna menyelesaikan urusan terakhir dan sehabis itu aku putuskan ke warnet samping Happy Puppy sambil menunggu jam 5 tiba. Lalu aku corat-coret sketsa ini, sekedar untuk catatan kelak 5 atau 10 tahun lagi bakal menjadi sejarah yang tak terlupakan, biar ada yg dibaca.
Lalu aku terlibat chatting dengan Ibu Santi, curhat seputar cerita kosong para tetua ku di kampung yang begitu menggebu-gebu menasehati. Aku pusing dengan semua itu.
Semuanya terasa hampa, hambar dan tawar. Jika tadi terakhir kalinya aku melihat senyum-senyum renyah dari bayiku, kini senyum itu hanya bayang-bayang, yg terus terbayang di mataku. Ingin rasanya membolos kerja dan menumpahkan segala kerinduan bersama kedua orang yg kucintai, istri dan anakku, namun kewajiban lebih utama. Aku harus mampu dan bisa menahan gejolak emosi ini. Semoga juga istriku senantiasa memiliki jiwa yang kuat dan tegar.
Tadi selepas dari turun pesawat aku langsung menuju pintu keluar dan mendapati angkot nomor 7 sudah menunggu, ternyata ada Puguh dan Mas XXX disana. Tak lama Yudi juga datang dan bersama menuju terminal DAM. Lalu turun dan semuanya memisahkan diri sesuai tujuan masing-masing. Aku mampir di warung guna membeli amplop dan sebotol minuman ion. Lalu makan di warung ayam goreng seharga 11 ribu rupiah sudah termasuk es teh manis. Kenyang dan nikmat juga makan di warung tenda sederhana itu.
Lalu aku langsung menuju bank Niaga, ketemu Mbak Yusi guna menyelesaikan urusan terakhir dan sehabis itu aku putuskan ke warnet samping Happy Puppy sambil menunggu jam 5 tiba. Lalu aku corat-coret sketsa ini, sekedar untuk catatan kelak 5 atau 10 tahun lagi bakal menjadi sejarah yang tak terlupakan, biar ada yg dibaca.
Lalu aku terlibat chatting dengan Ibu Santi, curhat seputar cerita kosong para tetua ku di kampung yang begitu menggebu-gebu menasehati. Aku pusing dengan semua itu.
Cerita Pagi Ini, Kawan!
Pagi ini aku diguyur hujan ketika akan berangkat dari rumah menuju bandara, diantar adikku yang paling baik. Rencana naik motor tapi hujan seperti melarang aku naik motor, sehingga dikeluarkanlah mobil warisan mendiang Bapak disaat guyuran hujan sedang lebatnya. Aku tertegun dan tak kuasa menahan keharuan tatkala si kecil melihat aku dari balik tangga rumah, ia tersenyum-senyum tanpa dosa. Ia tak tahu entah kemana bapaknya sekarang.
Langsung saja aku genjot gas dan menembus guyuran hujan, yang sialnya, sudah mulai mereda. Di pertengahan perjalanan hingga bandara hujan tak meneteskan setitik air pun dan udara begitu cerah dan hangat. Aku langsung check in di counter Garuda dan mendapat kursi 7F, pesawat tampak sepi. Kursi-kursi nomor B dan E tampak kosong dari depan hingga belakang. Di ruang tunggu iseng kugoreskan setetes cerita sebelum pesawat lepas landas. Aku tertegun dan masih shock oleh cerita para orang tua tadi malam. Aku bingung.
Di sudut sana aku melihat orang-orang lalu lalang memilih tempat duduk yang sekiranya paling nyaman di ruang tunggu nomor 17 itu. Tak lama panggilan boarding pun bergema dari balik plafon-plafon megah bandara internasional ini.
Aku lanjutkan cerita ini di Majapahit Lounge Bandara Juanda Surabaya. Aku duduk di sela-sela kursi di bagian belakang lounge dan di ujung sana tampak seorang pemuda sibuk mengasingkan diri bermain-main dengan BB-nya yang bersilicon hijau kinclong. Lalu di sebelahku tampak bapak tua kira-kira usianya hampir sama dengan bapakku, membaca koran yang ia ambil dari tumpukan koran di sampingnya duduk.
Di ujung kananku, di sofa lebar dengan latar belakang lukisan pepohonan, seorang nenek tua sedang menikmati menu lezat plus secangkir teh manis. Aku hanya amati dan merenung sambil meneruskan goresan bimbang ini. Di sudut sana, mengoceh layar lebar televisi flat yang menyiarkan berita-berita yang setiap hari tak pernah berganti, bosan jadinya.
Ruangan semakin bergemuruh, orang-orang pada berdatangan dan kursi lounge semakin dipenuhi oleh orang-orang bermata sipit dan berpakaian necis, menenteng tas bagus dan tentunya pasti punya kartu kredit. Di belakangku, di balik kaca, di luar sana tampak seorang bapak setengah baya duduk kaku di tepi konveyor manusia sambil melihat tas di seberang jalan tempat ia duduk. Ternyata ia sedang men-charge HP-nya yang ia taruh di atas tas hitam kesayangannya. Ingin rasanya mengajak ia masuk dengan memanfaatkan kartu kreditku satunya, biar ia pernah merasakan lounge yang hanya bisa dimasuki orang-orang berkartu kredit. Aku urungkan niat itu tanpa alasan.
Pandangan mataku merayap menyusupi sela-sela kursi lalu tertumpu pada rangkaian lampu-lampu baca dan hiasan-hiasan dinding ukiran jawa yang berwarna-warni cerah. Aku tak kuasa menahan sedih, aku selalu teringat pada sang Bapak, yang 8 bulan lalu tlah pergi mendahului aku. Aku masih sedih, mengapa kedua orang tuaku begitu cepat meninggalkan kami, di saat kami sedang memerlukan, mereka pergi begitu saja, tanpa pesan padaku, adikku atau istriku.
Leherku pegal dan kakiku kesemutan menopang laptop yang sambil kupakai sambil ku charge di samping kursi ini. Kembali, hari ini aku kembali menikmati perjalanan menantang menuju samudera indah di ujung Borneo. Kembali aku nikmat kepingan karat dan suara mesin menderu memecah gelembang samudera dan juga desingan angin laut. Semoga perjalanan ini mampu aku lalui lebih baik lagi dibanding hari-hari sebelumnya, agar beberapa hari berikutnya kami bisa melaksanakan upacara 3 bulanan bayi pertamaku. Semoga kelak ia menjadi bagian keluarga kami agar pintar dan cerdas dan tentunya lebih baik dibanding orang tuanya. Semoga.
Langsung saja aku genjot gas dan menembus guyuran hujan, yang sialnya, sudah mulai mereda. Di pertengahan perjalanan hingga bandara hujan tak meneteskan setitik air pun dan udara begitu cerah dan hangat. Aku langsung check in di counter Garuda dan mendapat kursi 7F, pesawat tampak sepi. Kursi-kursi nomor B dan E tampak kosong dari depan hingga belakang. Di ruang tunggu iseng kugoreskan setetes cerita sebelum pesawat lepas landas. Aku tertegun dan masih shock oleh cerita para orang tua tadi malam. Aku bingung.
Di sudut sana aku melihat orang-orang lalu lalang memilih tempat duduk yang sekiranya paling nyaman di ruang tunggu nomor 17 itu. Tak lama panggilan boarding pun bergema dari balik plafon-plafon megah bandara internasional ini.
Aku lanjutkan cerita ini di Majapahit Lounge Bandara Juanda Surabaya. Aku duduk di sela-sela kursi di bagian belakang lounge dan di ujung sana tampak seorang pemuda sibuk mengasingkan diri bermain-main dengan BB-nya yang bersilicon hijau kinclong. Lalu di sebelahku tampak bapak tua kira-kira usianya hampir sama dengan bapakku, membaca koran yang ia ambil dari tumpukan koran di sampingnya duduk.
Di ujung kananku, di sofa lebar dengan latar belakang lukisan pepohonan, seorang nenek tua sedang menikmati menu lezat plus secangkir teh manis. Aku hanya amati dan merenung sambil meneruskan goresan bimbang ini. Di sudut sana, mengoceh layar lebar televisi flat yang menyiarkan berita-berita yang setiap hari tak pernah berganti, bosan jadinya.
Ruangan semakin bergemuruh, orang-orang pada berdatangan dan kursi lounge semakin dipenuhi oleh orang-orang bermata sipit dan berpakaian necis, menenteng tas bagus dan tentunya pasti punya kartu kredit. Di belakangku, di balik kaca, di luar sana tampak seorang bapak setengah baya duduk kaku di tepi konveyor manusia sambil melihat tas di seberang jalan tempat ia duduk. Ternyata ia sedang men-charge HP-nya yang ia taruh di atas tas hitam kesayangannya. Ingin rasanya mengajak ia masuk dengan memanfaatkan kartu kreditku satunya, biar ia pernah merasakan lounge yang hanya bisa dimasuki orang-orang berkartu kredit. Aku urungkan niat itu tanpa alasan.
Pandangan mataku merayap menyusupi sela-sela kursi lalu tertumpu pada rangkaian lampu-lampu baca dan hiasan-hiasan dinding ukiran jawa yang berwarna-warni cerah. Aku tak kuasa menahan sedih, aku selalu teringat pada sang Bapak, yang 8 bulan lalu tlah pergi mendahului aku. Aku masih sedih, mengapa kedua orang tuaku begitu cepat meninggalkan kami, di saat kami sedang memerlukan, mereka pergi begitu saja, tanpa pesan padaku, adikku atau istriku.
Leherku pegal dan kakiku kesemutan menopang laptop yang sambil kupakai sambil ku charge di samping kursi ini. Kembali, hari ini aku kembali menikmati perjalanan menantang menuju samudera indah di ujung Borneo. Kembali aku nikmat kepingan karat dan suara mesin menderu memecah gelembang samudera dan juga desingan angin laut. Semoga perjalanan ini mampu aku lalui lebih baik lagi dibanding hari-hari sebelumnya, agar beberapa hari berikutnya kami bisa melaksanakan upacara 3 bulanan bayi pertamaku. Semoga kelak ia menjadi bagian keluarga kami agar pintar dan cerdas dan tentunya lebih baik dibanding orang tuanya. Semoga.
Aku Lagi Bingung, Aku Bingung Lagi
Terus terang aku bingung, sekarang aku tambah bingung, entah mana kini yang benar dan mana yang salah. Aku jadi bingung, pikiranku diaduk-aduk oleh suasana. Sebenarnya aku sudah lelah berfikir, otakku sudah buntu, aku ingin berhenti berfikir, tapi aku selalu dihantui oleh berbagai peristiwa yang aku sendiri bingung harus menyikapinya secara positif atau negatif. Aku sungguh tidak bisa berteriak lalu memaki suasana agar semua tahu jika aku ini bisa dan aku bukan binatang dungu yang ketika dicocok hidungnya, bisa didorong kesana-kemari. Aku muak dengan ketidakberdayaanku, aku ingin menggugat Yang Maha Kuasa, tapi aku bingung harus menggugat kemana dan sudah bukan layaknya lagi aku menggugatNya. Aku tercipta dengan segenap karma-karmaku dan aku terikat pada dunia juga akhirat. Jika diijinkan aku ingin bersama gelombang, aku ingin berhembus bersama angin kencang, dan aku ingin bersetubuh dengan jilatan bunga api matahari agar aku bisa menguasai langit dan bumi. Tapi aku tak kan pernah berdaya, aku tahu aku tak berdaya dan tak bisa untuk berdaya. Mulutku bungkam disumpal batok kelapa, mulutku bisu, lidahku dijerat tali pancing setajam sembilu. Aku ingin menghujat tapi siapa yang harus dihujat, aku ingin menghujat diriku sendiri, tapi aku ragu, apakah aku layak untuk dihujat.
Aku ingin meratap tapi aku malu dan ragu, apa yang musti aku ratapi. Aku ingin mengaum, tapi aku takut mengalahkan suara singa karena aku bukan singa dan entahlah, mungkin aku tak layak menjadi singa. Aku ingin menggores kulitku hingga berdarah, tapi aku tak berani melihat darah. Aku ingin mengguncang dunia dan surga, aku aku tak tahu bagaimana caranya. Aku ingin mengais sampah di pinggiran jalan depan rumahku, tapi aku bingung apakah aku akan menemukannya disana. Aku masih bimbang, apakah aku layak berteriak di telinga-telinga tuli sang ego? Aku masih bingung, berjuta kali bingung, apakah ombak benar-benar biru dan awan-awan putih benar-benar seputih kapas? Aku ingin tertawa terbahak-bahak, apakah aku layak membawa amanat ini ke hadapanMu. Aku malu pada dunia, aku takut pada tanah, aku pengecut pada sang Raja dan aku merasa terhina karena aku tak mampu membuat coretan di dinding yang sudah usang. Aku bingung, terus terang aku bingung.
Bahkan aku bingung hanya untuk berbicara saat ini, aku ragu apakah bicaraku hari ini berguna untuk siapa saja? Aku miskin akan kepercayaan diri aku kaya dengan kebingungan dan kebimbangan semu ini. Hyang Widhi, tolonglah hambaMu ini.
Ngurah Ray Airport 2/2/2010
Aku ingin meratap tapi aku malu dan ragu, apa yang musti aku ratapi. Aku ingin mengaum, tapi aku takut mengalahkan suara singa karena aku bukan singa dan entahlah, mungkin aku tak layak menjadi singa. Aku ingin menggores kulitku hingga berdarah, tapi aku tak berani melihat darah. Aku ingin mengguncang dunia dan surga, aku aku tak tahu bagaimana caranya. Aku ingin mengais sampah di pinggiran jalan depan rumahku, tapi aku bingung apakah aku akan menemukannya disana. Aku masih bimbang, apakah aku layak berteriak di telinga-telinga tuli sang ego? Aku masih bingung, berjuta kali bingung, apakah ombak benar-benar biru dan awan-awan putih benar-benar seputih kapas? Aku ingin tertawa terbahak-bahak, apakah aku layak membawa amanat ini ke hadapanMu. Aku malu pada dunia, aku takut pada tanah, aku pengecut pada sang Raja dan aku merasa terhina karena aku tak mampu membuat coretan di dinding yang sudah usang. Aku bingung, terus terang aku bingung.
Bahkan aku bingung hanya untuk berbicara saat ini, aku ragu apakah bicaraku hari ini berguna untuk siapa saja? Aku miskin akan kepercayaan diri aku kaya dengan kebingungan dan kebimbangan semu ini. Hyang Widhi, tolonglah hambaMu ini.
Ngurah Ray Airport 2/2/2010
Friday, January 22, 2010
Transit di Surabaya (lagi)
Pesawat bersuara menderu-deru, awan diterjang tiada kepalang dan pesawat sedikit bergetar ketika lepas landas dari Sepinggan Airport menuju Juanda Surabaya. Lalu tak lama kemudian angin mulai berkurang dan sinar mentari muncul kembali lalu mengantarkan kami dengan lebih pasti melewati laut Jawa yg terbentang luas di bawah kami. Beberapa saat lamanya silau oleh kilauan mentari bulan Januari. Lalu ketika sang dewa malam melahap rakus sang dewa matahari, sinarnya jadi sirna lalu tergantikan oleh awan kelabu menyelimuti bandara Juanda Surabaya sore ini.
Aku turun dari pesawat untuk transit menuju Ngurah Ray Bali, setelah 5 hari menginap di Balikpapan untuk mengikuti training tahunan yang merupakan jatah setiap karyawan di kantorku. Training yg begitu mahal untuk ukuran kantong sendiri, USD 3000 konon sewanya per orang. Ada 4 batch dan setiap batch terisi kurang lebih 15 orang partisipan. Bisa dikalikan berapa untung penyelenggara untuk training yg diadakan di Novotel ini. Maklum saja karena pembicara langsung didatangkan dari pabrik pembuat alatnya, instrukturnya orang Belanda yang ibunya adalah orang Indonesia. Mungkin jaman penjajahan dulu orang tuanya bertemu di Bandung. Sayang, si Johan Ciggaar, nama instrukturnya, tak bisa bahasa Indonesia, sehingga kami harus berfikir 2x menjadi pendengar. Pertama berfikir menterjemahkan bahasanya, kedua berfikir materinya. Namun, untungnya -untung lagi- bahasa inggrisnya masih bisa dicerna oleh telinga 'budeg english' ku ini.
Lima hari lima malam pula aku menginap di Suratown, tempat mangkal kaum commuting. Hari ON ku kepotong 2 hari dan hari OFF kepotong 3 hari, lumayan lah gak terlalu merugikan pekerja commuter seperti aku. Adanya training ini sekaligus sebagai reuni bagi kami, mantan FDT2 yang sudah lama tidak berkumpul bersama, sudah lima tahun lebih kami bekerja. Ada Nizar, Niko, Surya, Narang yg merupakan rekan 1 angkatanku masuk perusahaan ini.
Hari minggu tanggal 17 Januari sore sebenarnya kami berencana memotret Sapto untuk foto post weddingnya. Namun karena Mona, istrinya, malu-malu kucing, makanya PLAN A tidak jadi. PLAN B belum direncanakan. Aku akhirnya memutuskan pergi ke warnet lalu makan malam di Pasifica, disusul oleh Niko yg pulang dari Kebon Sayur. Malamnya pun reuni di Suratown. Sore itu juga aku membeli 2 potong kemeja dan 1 jeans untuk modal 5 hari ke depan.
Keesokan harinya adalah hari pertama training dan kami menutupnya dengan karaoke di Happy Puppy selama 2 jam. Lalu malamnya makan ayam goreng di dekat mesjid depan Suratown. Hari ke-2 kami isi sore harinya dengan menonton film di studio XXI. Niko, Surya dan Octo adalah temanku tertawa ngakak malam itu menyaksikan Jacky Chan dalam film barunya The Spy Next Door. Lucu banget, dari awal sampai akhir ketawa ngakak terus. Perut keroncongan gak terasa, lalu sehabis nonton baru kita makan malam di seberang jalan XXI. Bebek goreng menunya dan mantab rasanya. Sebenarnya kemaren-kemaren mau nonton Avatar dan Sang Pemimpi tapi ternyata di Balikpapan sudah lewat tayang.
Hari ketiga mau menonton tapi tak jadi. Karena tak ada film menarik lagi. Mau pijat gak ada yang mau menemani, pada sok suci semua. Akhirnya kami habiskan di mall BC lalu lalang sambil mencari pakaian dalam bersama Surya dan Niko. Surya dan Niko pulang, aku ke warnet sebentar untuk ngeprint tiket pulang dan start sequence turbine. Tiket pulang saat ini senilai 1,935 juta. Memecahkan rekor tiket termahal sepanjang sejarah commuting. Lalu aku pulang dan mampir di warung bebek kemaren malam depan XXI, enak soalnya, walopun makan sendiri.
Hari ke-4 yakni hari Kamis, kami memutuskan untuk memakai voucher gratis 1 jam di Happy Puppy. Kami ditambah satu anggota baru yaitu Agustino bernyanyi lepas sore itu. Karena lagunya sering macet kami minta pindah room dan ini membuat mood menyanyi kami jadi hilang sirna ditelan sang malam, cuihhhh.
Lalu tibalah hari terakhir untuk post test dan menerima sertifikat training. Siang itu, hari Jumat, training diakhiri sebelum sholat Jumat dan siang itu pula adalah makan siang terakhir di Novotel yang megah dan mewah. Sambil menunggu makan siang, kami foto-foto narsis di seputar Lobby. Lalu aku pulang dengan senang tuk beli oleh-oleh, packing lalu ke Bandara dengan Mawar Taxi.
Sore jam 17.30 pesawat mengantarkan aku menuju Juanda dan kini aku terjebak dalam raungan kecil di sudut Singosari Lounge tuk goreskan sedikit cerita, setetes kisah yang menghiasi segumpal hidupku yang fana ini. Anakku sudah menunggu di rumah, istriku sudah menanti dengan perasaan gelisah. Aku tutup cerita ini dengan petuah si Jacky Chan dalam film The Spy Next Door, "Kasih sayang tidak ditentukan karena kita memiliki hubungan darah dengannya, tapi kasih sayang harus ditujukan kepada siapa saja, maka dunia akan damai", begitu kira-kira.
Semoga kami tiba dengan selamat di Bali. Astungkara.
Aku turun dari pesawat untuk transit menuju Ngurah Ray Bali, setelah 5 hari menginap di Balikpapan untuk mengikuti training tahunan yang merupakan jatah setiap karyawan di kantorku. Training yg begitu mahal untuk ukuran kantong sendiri, USD 3000 konon sewanya per orang. Ada 4 batch dan setiap batch terisi kurang lebih 15 orang partisipan. Bisa dikalikan berapa untung penyelenggara untuk training yg diadakan di Novotel ini. Maklum saja karena pembicara langsung didatangkan dari pabrik pembuat alatnya, instrukturnya orang Belanda yang ibunya adalah orang Indonesia. Mungkin jaman penjajahan dulu orang tuanya bertemu di Bandung. Sayang, si Johan Ciggaar, nama instrukturnya, tak bisa bahasa Indonesia, sehingga kami harus berfikir 2x menjadi pendengar. Pertama berfikir menterjemahkan bahasanya, kedua berfikir materinya. Namun, untungnya -untung lagi- bahasa inggrisnya masih bisa dicerna oleh telinga 'budeg english' ku ini.
Lima hari lima malam pula aku menginap di Suratown, tempat mangkal kaum commuting. Hari ON ku kepotong 2 hari dan hari OFF kepotong 3 hari, lumayan lah gak terlalu merugikan pekerja commuter seperti aku. Adanya training ini sekaligus sebagai reuni bagi kami, mantan FDT2 yang sudah lama tidak berkumpul bersama, sudah lima tahun lebih kami bekerja. Ada Nizar, Niko, Surya, Narang yg merupakan rekan 1 angkatanku masuk perusahaan ini.
Hari minggu tanggal 17 Januari sore sebenarnya kami berencana memotret Sapto untuk foto post weddingnya. Namun karena Mona, istrinya, malu-malu kucing, makanya PLAN A tidak jadi. PLAN B belum direncanakan. Aku akhirnya memutuskan pergi ke warnet lalu makan malam di Pasifica, disusul oleh Niko yg pulang dari Kebon Sayur. Malamnya pun reuni di Suratown. Sore itu juga aku membeli 2 potong kemeja dan 1 jeans untuk modal 5 hari ke depan.
Keesokan harinya adalah hari pertama training dan kami menutupnya dengan karaoke di Happy Puppy selama 2 jam. Lalu malamnya makan ayam goreng di dekat mesjid depan Suratown. Hari ke-2 kami isi sore harinya dengan menonton film di studio XXI. Niko, Surya dan Octo adalah temanku tertawa ngakak malam itu menyaksikan Jacky Chan dalam film barunya The Spy Next Door. Lucu banget, dari awal sampai akhir ketawa ngakak terus. Perut keroncongan gak terasa, lalu sehabis nonton baru kita makan malam di seberang jalan XXI. Bebek goreng menunya dan mantab rasanya. Sebenarnya kemaren-kemaren mau nonton Avatar dan Sang Pemimpi tapi ternyata di Balikpapan sudah lewat tayang.
Hari ketiga mau menonton tapi tak jadi. Karena tak ada film menarik lagi. Mau pijat gak ada yang mau menemani, pada sok suci semua. Akhirnya kami habiskan di mall BC lalu lalang sambil mencari pakaian dalam bersama Surya dan Niko. Surya dan Niko pulang, aku ke warnet sebentar untuk ngeprint tiket pulang dan start sequence turbine. Tiket pulang saat ini senilai 1,935 juta. Memecahkan rekor tiket termahal sepanjang sejarah commuting. Lalu aku pulang dan mampir di warung bebek kemaren malam depan XXI, enak soalnya, walopun makan sendiri.
Hari ke-4 yakni hari Kamis, kami memutuskan untuk memakai voucher gratis 1 jam di Happy Puppy. Kami ditambah satu anggota baru yaitu Agustino bernyanyi lepas sore itu. Karena lagunya sering macet kami minta pindah room dan ini membuat mood menyanyi kami jadi hilang sirna ditelan sang malam, cuihhhh.
Lalu tibalah hari terakhir untuk post test dan menerima sertifikat training. Siang itu, hari Jumat, training diakhiri sebelum sholat Jumat dan siang itu pula adalah makan siang terakhir di Novotel yang megah dan mewah. Sambil menunggu makan siang, kami foto-foto narsis di seputar Lobby. Lalu aku pulang dengan senang tuk beli oleh-oleh, packing lalu ke Bandara dengan Mawar Taxi.
Sore jam 17.30 pesawat mengantarkan aku menuju Juanda dan kini aku terjebak dalam raungan kecil di sudut Singosari Lounge tuk goreskan sedikit cerita, setetes kisah yang menghiasi segumpal hidupku yang fana ini. Anakku sudah menunggu di rumah, istriku sudah menanti dengan perasaan gelisah. Aku tutup cerita ini dengan petuah si Jacky Chan dalam film The Spy Next Door, "Kasih sayang tidak ditentukan karena kita memiliki hubungan darah dengannya, tapi kasih sayang harus ditujukan kepada siapa saja, maka dunia akan damai", begitu kira-kira.
Semoga kami tiba dengan selamat di Bali. Astungkara.
Saturday, January 16, 2010
Resolusi 2010: Makin Sayang Istri
Resolusi 2010 membawa aku ke dalam sederet daftar yang rencananya dan semoga bisa aku lakukan di tahun yang baru ini. Beberapa target 2009 sebenarnya ada yang tak bisa dikerjakan karena banyaknya kesibukan tidak terplanning yang terjadi dan harusnya aku bisa mengatur lebih baik pada tahun yang baru ini.
Lebih mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa adalah resolusi nomor satu. Aku ingin lebih religius baik dari segi rasional maupun rohani. Misalnya aku akan mencoba semakin banyak membaca buku-buku religius Hindu dan mencoba untuk latihan meditasi untuk keperluan relaksasi.
Dari dialog dengan alam bawah sadarku, aku menemukan beberapa hal yang harus aku lakukan untuk menghapus mental block yg menutup tempurung otakku dari luar. Plan pertama adalah meningkatkan kegiatan olah raga, dengan mengikuti secara teratur senam di Attaka jika ON duty. Ketika off aku berencana membeli sepasang raket bulu tangkis lalu aku akan bermain bersama adik-adik di rumah. Aku juga bisa melakukan olah raga jungkat-jungkit peninggalan bapak yang dulu sudah aku belikan untuk dia. Sebenarnya dulu mau beli Nintendo Wii tapi mending aku beli raket dengan harga yang jauh lebih murah.
Plan kedua dari dialog itu adalah lebih meningkatkan sosialisasi dalam arti aku harus meningkatkan komunikasi dengan masyarakat baru yang tinggal di sekelilingku. Misalnya ketika ON duty aku akan mencoba main pingpong, bilyard atau main band. Dalam perjalanan pulang pergi di pesawat aku bisa berkenalan dan mengobrol dengan orang yang duduk di sebelahku, paling tidak biar ada teman ngobrol atau siapa tahu bisa jadi teman baru. Jika di rumah, aku bisa jalan-jalan keluar rumah untuk mendekatkan diri dengan tetangga dan juga keluarga besar di kampungku tercinta. Aku juga berencana akan berusaha menghubungi teman-teman lamaku yang lama aku 'tinggalkan' sehingga aku tak lagi merasa sepi dan jauh. Aku juga bisa menghubungi mereka via facebook atau multiply agar bisa menjalin komunikasi lebih up-to-date. Disamping itu aku juga harus menambah teman-teman facebook di bidang fotografi agar minat fotografiku tidak hilang ditelan waktu dan juga untuk mengasah dan juga memotivasi diri untuk terus berkembang dan belajar.
Dari dunia fotografi, aku akan mencoba melanjutkan resolusi tahun sebelumnya yakni membuat portofolio flash yg bagus, paling tidak mengumpulkan foto-foto terbaikku yang tersebar di PC, laptop dan juga hardisk portable. Juga aku berniat memiliki softbox untuk flash, rencananya mending beli langsung jadi daripada membuat sendiri yang hasilnya belum tentu rapi dan bagus.
Dari segi pekerjaan ada beberapa hal yang ingin aku tingkatkan di tahun 2010 ini. Belajar electric basic dan generator adalah target pertamaku dan sudah aku masukkan di program training tahunan, semoga mendapat approval dari bos. Disamping itu aku harus perdalam lagi belajar Gas Engine dan Turbine Compressor secara praktis, karena wilayah kerjaku sekarang mencakup banyak gas engine dan turbine. Yang paling penting adalah meningkatkan kemampuan di bidang PLC dan DCS. Lebih banyak bertanya ke senior dan juga kembali membuka arsip-arsip lama untuk menyegarkan kembali ilmu yang aku dapat secara mandiri.
Yang terakhir dan paling penting dalam kehidupanku adalah resolusi untuk keluarga. Aku ingin bisa menyayang istriku, anakku serta keluargaku semua secara lebih terpadu. Aku ingin mencurahkan kasih sayang tidak saja secara materi namun aku ingin bisa menunjukkan sayang itu agar mereka merasa nyaman dan bahagia hidup bersamaku. Aku tak ingin mereka kecewa jika aku melakukan hal-hal yang membuat hati mereka tidak senang.
Aku harus lebih sabar menghadapi istri, dalam arti aku tidak boleh cepat emosi atau marah jika sedang terlilit masalah, aku ingin belajar lebih sabar dan pintar dalam mengelola masalah sehingga ini juga akan menguntungkan aku dan orang-orang di sekitarku termasuk istriku. Karena kemarahan adalah akibat dari kebodohan, jika aku marah maka aku bodoh.
Aku juga akan berusaha menyekolahkan adikku semampuku agar ia bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi untuk keperluan karirnya di masa depan, semoga aku bisa ya Dek.
Disamping itu aku bersama adik akan mencoba untuk mengelola warisan yang tidak sedikit. Mulai dari toko dan rumah di bajera. Rumah akan aku coba jual kepada banjar dan semoga harganya pantas dan tidak membuat kecewa. Toko akan dikontrakkan agar kelak jika siapa saja diantara aku dan adik ingin jualan kembali, agar tidak kesusahan mencari toko baru. Disamping itu, toko ini pula sudah punya nama dan tidak rela ditinggal begitu saja. Tentunya barang-barangnya akan kami bawa dulu ke Pandak dan kami juga hendak membuka toko di rumah di barat, semoga semuanya diberi kelancaran dan kemudahan.
Di tahun yang baru ini aku juga ingin memperdalam ilmu hypnoteraphy dengan mencoba mengikuti pelatihan-pelatihan yang kebanyakan ada di Surabaya, semoga istriku setuju dan aku juga bisa diterapi untuk nafasku yang sering sesak. Disamping itu aku juga berniat semakin belajar di bidang ilmu mengasuh anak berbasis hypnoparenting.
Semoga apa yang kami rencanakan diberi kelancaran dan kemudahan. Yang paling penting adalah action dan action. Dan action plannya akan aku break down menjadi action plan harian, mingguan dan bulanan sehingga bisa diterapkan di kehidupan nyata.
Astungkara...
Lebih mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa adalah resolusi nomor satu. Aku ingin lebih religius baik dari segi rasional maupun rohani. Misalnya aku akan mencoba semakin banyak membaca buku-buku religius Hindu dan mencoba untuk latihan meditasi untuk keperluan relaksasi.
Dari dialog dengan alam bawah sadarku, aku menemukan beberapa hal yang harus aku lakukan untuk menghapus mental block yg menutup tempurung otakku dari luar. Plan pertama adalah meningkatkan kegiatan olah raga, dengan mengikuti secara teratur senam di Attaka jika ON duty. Ketika off aku berencana membeli sepasang raket bulu tangkis lalu aku akan bermain bersama adik-adik di rumah. Aku juga bisa melakukan olah raga jungkat-jungkit peninggalan bapak yang dulu sudah aku belikan untuk dia. Sebenarnya dulu mau beli Nintendo Wii tapi mending aku beli raket dengan harga yang jauh lebih murah.
Plan kedua dari dialog itu adalah lebih meningkatkan sosialisasi dalam arti aku harus meningkatkan komunikasi dengan masyarakat baru yang tinggal di sekelilingku. Misalnya ketika ON duty aku akan mencoba main pingpong, bilyard atau main band. Dalam perjalanan pulang pergi di pesawat aku bisa berkenalan dan mengobrol dengan orang yang duduk di sebelahku, paling tidak biar ada teman ngobrol atau siapa tahu bisa jadi teman baru. Jika di rumah, aku bisa jalan-jalan keluar rumah untuk mendekatkan diri dengan tetangga dan juga keluarga besar di kampungku tercinta. Aku juga berencana akan berusaha menghubungi teman-teman lamaku yang lama aku 'tinggalkan' sehingga aku tak lagi merasa sepi dan jauh. Aku juga bisa menghubungi mereka via facebook atau multiply agar bisa menjalin komunikasi lebih up-to-date. Disamping itu aku juga harus menambah teman-teman facebook di bidang fotografi agar minat fotografiku tidak hilang ditelan waktu dan juga untuk mengasah dan juga memotivasi diri untuk terus berkembang dan belajar.
Dari dunia fotografi, aku akan mencoba melanjutkan resolusi tahun sebelumnya yakni membuat portofolio flash yg bagus, paling tidak mengumpulkan foto-foto terbaikku yang tersebar di PC, laptop dan juga hardisk portable. Juga aku berniat memiliki softbox untuk flash, rencananya mending beli langsung jadi daripada membuat sendiri yang hasilnya belum tentu rapi dan bagus.
Dari segi pekerjaan ada beberapa hal yang ingin aku tingkatkan di tahun 2010 ini. Belajar electric basic dan generator adalah target pertamaku dan sudah aku masukkan di program training tahunan, semoga mendapat approval dari bos. Disamping itu aku harus perdalam lagi belajar Gas Engine dan Turbine Compressor secara praktis, karena wilayah kerjaku sekarang mencakup banyak gas engine dan turbine. Yang paling penting adalah meningkatkan kemampuan di bidang PLC dan DCS. Lebih banyak bertanya ke senior dan juga kembali membuka arsip-arsip lama untuk menyegarkan kembali ilmu yang aku dapat secara mandiri.
Yang terakhir dan paling penting dalam kehidupanku adalah resolusi untuk keluarga. Aku ingin bisa menyayang istriku, anakku serta keluargaku semua secara lebih terpadu. Aku ingin mencurahkan kasih sayang tidak saja secara materi namun aku ingin bisa menunjukkan sayang itu agar mereka merasa nyaman dan bahagia hidup bersamaku. Aku tak ingin mereka kecewa jika aku melakukan hal-hal yang membuat hati mereka tidak senang.
Aku harus lebih sabar menghadapi istri, dalam arti aku tidak boleh cepat emosi atau marah jika sedang terlilit masalah, aku ingin belajar lebih sabar dan pintar dalam mengelola masalah sehingga ini juga akan menguntungkan aku dan orang-orang di sekitarku termasuk istriku. Karena kemarahan adalah akibat dari kebodohan, jika aku marah maka aku bodoh.
Aku juga akan berusaha menyekolahkan adikku semampuku agar ia bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi untuk keperluan karirnya di masa depan, semoga aku bisa ya Dek.
Disamping itu aku bersama adik akan mencoba untuk mengelola warisan yang tidak sedikit. Mulai dari toko dan rumah di bajera. Rumah akan aku coba jual kepada banjar dan semoga harganya pantas dan tidak membuat kecewa. Toko akan dikontrakkan agar kelak jika siapa saja diantara aku dan adik ingin jualan kembali, agar tidak kesusahan mencari toko baru. Disamping itu, toko ini pula sudah punya nama dan tidak rela ditinggal begitu saja. Tentunya barang-barangnya akan kami bawa dulu ke Pandak dan kami juga hendak membuka toko di rumah di barat, semoga semuanya diberi kelancaran dan kemudahan.
Di tahun yang baru ini aku juga ingin memperdalam ilmu hypnoteraphy dengan mencoba mengikuti pelatihan-pelatihan yang kebanyakan ada di Surabaya, semoga istriku setuju dan aku juga bisa diterapi untuk nafasku yang sering sesak. Disamping itu aku juga berniat semakin belajar di bidang ilmu mengasuh anak berbasis hypnoparenting.
Semoga apa yang kami rencanakan diberi kelancaran dan kemudahan. Yang paling penting adalah action dan action. Dan action plannya akan aku break down menjadi action plan harian, mingguan dan bulanan sehingga bisa diterapkan di kehidupan nyata.
Astungkara...
Balikpapan, Revisited
Setelah lama tak menginap di Balikpapan, kali ini aku terjebak dalam schedule training 5 hari di Novotel Balikpapan. Hari ini, Minggu 17 Jan 2010 aku berangkat bersama rombongan dari Attaka menuju Balikpapan via Samarinda.
Pagi-pagi sebelum ayam berkokok, sebelum suara kapal-kapal memanggil pekerja untuk berangkat ke remote dan sebelum matahari muncul di garis cakrawala timur, kami berangkat menuju Santan Terminal. Turut dalam perjalanan kapal merah Express 8 tim TMG yang hari sebelumnya menyelesaikan TA di STA Platform.
Setiba di Santan, setelah menunggu beberapa menit dan ngobrol ngalor ngidul di ruang tunggu dock site, kami berlalu bersama air bus sewaan perusahaan. Ada 9 orang dalam bus dan seperti biasa pemandangan hutan yang dibabat habis menghiasi perjalanan sepanjang Santan hingga Samarinda. Seperti biasa pula, kami mampir di KFC Lembusuana untuk mengambil jatah makan gratis, aku menyantap menu biasa dan perutku sedikit mules, tapi aku tahan saja.
Perjalanan dilanjutkan. Setelah lama menikmati pemandangan melepas kota Samarinda aku pun tertidur pulas dan terbangun ketika bus telah memasuki kota Balikpapan Beriman. Kami turun di Bandara dan langsung menuju Suratown City, tempat menginap commuter mania.
Lima hari ke depan, aku akan mendengarkan orang-orang mengoceh tak karuan bersama 15 orang temanku yang lainnya. Akhirnya aku bisa juga nongkrong kembali di kota minyak ini. Rencana sore ini motoin Sapto n Mona post wedding, tapi ia tak mau, konon istrinya malu-malu kucing. Lalu beralih ke Plan B dan parahnya aku tak menyiapkan plan B. Akhirnya aku memilih main internet di sebuah warnet di Klandasan. Akhirnya aku bisa melihat schedule film di XXI, tak ada film yang diharapkan, payah.
Rencana lainnya sih karaoke di Happy Puppy bersama teman-teman yang demen nyanyi. Ada Nizar dan Sudirman Narang yang kayaknya siap menemani. Habis main internet rencana mau ke Matahari beli pakaian dan perlengkapan mandi, karena training kali ini sama sekali tidak berencana, aku harus membeli segalanya.
OK semoga semuanya berjalan lancar, semoga diberi kemudahan dan kemurahan. Astungkara.
Pagi-pagi sebelum ayam berkokok, sebelum suara kapal-kapal memanggil pekerja untuk berangkat ke remote dan sebelum matahari muncul di garis cakrawala timur, kami berangkat menuju Santan Terminal. Turut dalam perjalanan kapal merah Express 8 tim TMG yang hari sebelumnya menyelesaikan TA di STA Platform.
Setiba di Santan, setelah menunggu beberapa menit dan ngobrol ngalor ngidul di ruang tunggu dock site, kami berlalu bersama air bus sewaan perusahaan. Ada 9 orang dalam bus dan seperti biasa pemandangan hutan yang dibabat habis menghiasi perjalanan sepanjang Santan hingga Samarinda. Seperti biasa pula, kami mampir di KFC Lembusuana untuk mengambil jatah makan gratis, aku menyantap menu biasa dan perutku sedikit mules, tapi aku tahan saja.
Perjalanan dilanjutkan. Setelah lama menikmati pemandangan melepas kota Samarinda aku pun tertidur pulas dan terbangun ketika bus telah memasuki kota Balikpapan Beriman. Kami turun di Bandara dan langsung menuju Suratown City, tempat menginap commuter mania.
Lima hari ke depan, aku akan mendengarkan orang-orang mengoceh tak karuan bersama 15 orang temanku yang lainnya. Akhirnya aku bisa juga nongkrong kembali di kota minyak ini. Rencana sore ini motoin Sapto n Mona post wedding, tapi ia tak mau, konon istrinya malu-malu kucing. Lalu beralih ke Plan B dan parahnya aku tak menyiapkan plan B. Akhirnya aku memilih main internet di sebuah warnet di Klandasan. Akhirnya aku bisa melihat schedule film di XXI, tak ada film yang diharapkan, payah.
Rencana lainnya sih karaoke di Happy Puppy bersama teman-teman yang demen nyanyi. Ada Nizar dan Sudirman Narang yang kayaknya siap menemani. Habis main internet rencana mau ke Matahari beli pakaian dan perlengkapan mandi, karena training kali ini sama sekali tidak berencana, aku harus membeli segalanya.
OK semoga semuanya berjalan lancar, semoga diberi kemudahan dan kemurahan. Astungkara.
Monday, January 04, 2010
Bidadari Kecilku
Sebuah lagu yang kuciptakan secara spontan ketika bernyanyi ngemong si baby.
Nama saya Kirana Aruna Nadindra
Lahir Lima November dua ribu sembilan
Jam tiga dua lima rumah sakit BaliMed
Lahir operasi sesar room tiga dua lima
Adik Rana yang cantik
bulu matanya lentik
Kalau adik pake batik
pasti tambah cantik
pasti banyak yang lirik
Semoga si baby menjadi anak yang cerdas, berbakti pada orang tua, keluarga bangsa dan negara. Semoga ia bisa berkualitas lebih tinggi dari orang tuanya. Astungkara.
Hari ini adik tepat 2 bulan, semoga tambah cantik.
Nama saya Kirana Aruna Nadindra
Lahir Lima November dua ribu sembilan
Jam tiga dua lima rumah sakit BaliMed
Lahir operasi sesar room tiga dua lima
Adik Rana yang cantik
bulu matanya lentik
Kalau adik pake batik
pasti tambah cantik
pasti banyak yang lirik
Semoga si baby menjadi anak yang cerdas, berbakti pada orang tua, keluarga bangsa dan negara. Semoga ia bisa berkualitas lebih tinggi dari orang tuanya. Astungkara.
Hari ini adik tepat 2 bulan, semoga tambah cantik.
Dua Bulan Tepat
Hari ini adalah hari yg begitu menggembirakan hatiku sekaligus membuat sedikit miris. Hari ini 5 Januari 2010 adalah tepat 2 bulan anakku Putu Kirana Nadindra. Dua bulan sudah ia menghirup udara segar di dunia ini setelah 9 bulanan berada dalam kandungan istriku.
Hari ini pula aku kembali terjebak dalam siklus rutin setiap 2 minggu, setelah kemaren 3 minggu menikmati off duty dan cuti tahunan, cuti tahun 2010 aku ambil di akhir tahun lalu. Ya memang enak sekali lipan, menikmati lipa, liburan panjang hehehe. Dan ini pula yg membuat aku miris, rasa tidak tega meninggalkan si baby berangkat kerja membuat dadaku tadi pagi sedikit sesak. Disamping juga anakku sedang menderita sakit telinga. Gendang telinga kanan dan kiri robek, yang kanan robek alias jebol di tengah, sedangkan yang kiri robek di pinggirnya sedikit saja. Dokter bilang sih untuk anak seumur segini masih bisa balik gendang telinga yang robek, butuh waktu sekitar 2 minggu. Syukurlah kalau begitu dokter. Tapi tetap saja hati ini was-was.
Awalnya beberapa minggu lalu anakku mempunyai gejala nafasnya seperti orang ngorok ringan. Ketika itu sudah ditanyakan ke dokter specialis di Denpasar, namun dokter mengatakan tidak apa-apa. Deuhhh dokter macam apa ini? Kok dokter kelas kakap begitu bisa bilang gitu ya? Saya kurang mengerti juga konsepnya.
Tapi begitu dibawa ke dokter di daerah, nafas gerok-gerok itu adalah pertanda bayi flu. Bayi yang flu memang tidak mengeluarkan ingus, tapi gejalanya adalah nafas yang gerok-gerok kayak orang ngorok ringan. Gejala ini jelas terdengar ketika ia tidur.
Ya, aku hanya menyerahkan sepenuhnya pada dokter dan memasrahkan kepada Yang Maha Kuasa agar segerap anakku sembuh dan bisa mendengar teriakan ibunya memanggil lagi.
Hari ini pula aku meninggalkan anak dan istriku berangkat ke laut demi sesuap nasi dan agar dapur mengepul. Hari ini pula aku terpaksa bawa 5800 Kadek karena BB-ku kena sakit JVM Error 545 dan 3250 ku tidak berfungsi setelah dijatuhkan Kadek dari atas kasur ke lantai keramik.
Hari ini pula aku akan berangkat lagi dengan Pelican menuju bangunan pencakar samudera di Selat Makassar dan bertemu dengan suara mesin menderu, berteman angin laut berdesir perlahan, terguncang oleh gelombang yg menggoyang kapal dan juga diselingi kepingan karat yang kian hari bertambah pekat.
Semoga dua minggu ke depan tak begitu terasa, dari sini bapak hanya bisa berdoa agar adik cepat sembuh dan segera bisa mendengar suara ibu dan bapak lagi.
Hari ini pula aku kembali terjebak dalam siklus rutin setiap 2 minggu, setelah kemaren 3 minggu menikmati off duty dan cuti tahunan, cuti tahun 2010 aku ambil di akhir tahun lalu. Ya memang enak sekali lipan, menikmati lipa, liburan panjang hehehe. Dan ini pula yg membuat aku miris, rasa tidak tega meninggalkan si baby berangkat kerja membuat dadaku tadi pagi sedikit sesak. Disamping juga anakku sedang menderita sakit telinga. Gendang telinga kanan dan kiri robek, yang kanan robek alias jebol di tengah, sedangkan yang kiri robek di pinggirnya sedikit saja. Dokter bilang sih untuk anak seumur segini masih bisa balik gendang telinga yang robek, butuh waktu sekitar 2 minggu. Syukurlah kalau begitu dokter. Tapi tetap saja hati ini was-was.
Awalnya beberapa minggu lalu anakku mempunyai gejala nafasnya seperti orang ngorok ringan. Ketika itu sudah ditanyakan ke dokter specialis di Denpasar, namun dokter mengatakan tidak apa-apa. Deuhhh dokter macam apa ini? Kok dokter kelas kakap begitu bisa bilang gitu ya? Saya kurang mengerti juga konsepnya.
Tapi begitu dibawa ke dokter di daerah, nafas gerok-gerok itu adalah pertanda bayi flu. Bayi yang flu memang tidak mengeluarkan ingus, tapi gejalanya adalah nafas yang gerok-gerok kayak orang ngorok ringan. Gejala ini jelas terdengar ketika ia tidur.
Ya, aku hanya menyerahkan sepenuhnya pada dokter dan memasrahkan kepada Yang Maha Kuasa agar segerap anakku sembuh dan bisa mendengar teriakan ibunya memanggil lagi.
Hari ini pula aku meninggalkan anak dan istriku berangkat ke laut demi sesuap nasi dan agar dapur mengepul. Hari ini pula aku terpaksa bawa 5800 Kadek karena BB-ku kena sakit JVM Error 545 dan 3250 ku tidak berfungsi setelah dijatuhkan Kadek dari atas kasur ke lantai keramik.
Hari ini pula aku akan berangkat lagi dengan Pelican menuju bangunan pencakar samudera di Selat Makassar dan bertemu dengan suara mesin menderu, berteman angin laut berdesir perlahan, terguncang oleh gelombang yg menggoyang kapal dan juga diselingi kepingan karat yang kian hari bertambah pekat.
Semoga dua minggu ke depan tak begitu terasa, dari sini bapak hanya bisa berdoa agar adik cepat sembuh dan segera bisa mendengar suara ibu dan bapak lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)