Sembari menunggu anak sekolah. Pagi ini di sebelah saya berdiri seorang ibu muda, sedang bicara menggebu-gebu. Ia ngoceh bak ahli stand up comedy. Namun suasana ceritanya lebih cocok untuk seorang Stand Up Tragedy. Haha..
Di depannya berdiri 3 ibu lainnya mendengarkan pidato dgn kidmat. Tema pidato pagi itu adalah kegelisahan seorang ibu di desa. Kegiatan adat-agama di desa terlalu memakan waktu dan tenaga. 10 hari ia ngopin ke tetangga yg baru saja ngaben. Toko kelontong kecilnya terpaksa tutup selama 10 hari total.
Ia yg hanya mengandalkan pemasukan harian merasa berat jika beban adat harus ia pikul sedemikian rupa. Suaminya baru saja resmi jadi pengangguran selepas kena PHK karena hotel tempat ia bekerja akan direnovasi Donald Trump.
Si ibu muda akhirnya menutup pidato pagi itu dengan menggelegar, tanpa mempersilahkan 3 ibu pendengar setia pidatonya berkomentar ataupun mengajukan pertanyaan. Bukan karena 3 ibu pendengar itu tak mau bicara, tapi semata-mata karena pidato si ibu muda lebih cepat dari kecepatan internet yg kian hari harganya kian menjerat leher.
No comments:
Post a Comment