Kita hanyalah lupa. Lupa kalau motor itu ada lampu sign untuk berbelok, lupa kalo kita musti berhenti sejenak saat mau masuk di persimpangan jalan, bukan menerobos masuk tanpa babibu sehingga membuat rem pengendara di ujung sana berdecit dan mulut sopir mengumpat sejuta serapah. Kita hanyalah lupa jika pabrik handphone t'lah menciptakan hands free yg bisa dipake menelfon saat berkendara, bukan menyelipkan handphone di sela helm menempel di telinga atau saat nyetir satu tangan pegang handphone yg kadang membuat rem pengendara di belakangnya berdecit-decit pun disertai sumpah serapah. Kita hanyalah lupa jika kita sebaiknya berhenti sebentar untuk sekedar mengetik pesan, bukan satu tangan mengetik pesan saat nyetir ataupun naik motor yg belum lunas cicilan.
Kita hanyalah lupa kalau kita sering refleks buang sampah keluar jendela saat naik mobil di jalanan, semestinya kita simpan dulu di mobil utk kemudian dibuang di pom bensin terdekat atau ketika tiba di tempat tujuan.
Kita hanyalah lupa jikalau smart phone hanyalah alat promosi yg awalnya memberi gratis aplikasi kemudian meminta bayar ketika kita sudah keranjingan. Kita hanyalah lupa menaruh sejenak smarphone tatkala kita makan, saat buang air besar, tatkala bersendagurau dgn sahabat, bermain bersama anak atau bahkan ketika sedang menunggu, ya benar menunggu.
Konon menunggu yg indah adalah menunggu yg benar-benar menunggu, tanpa melakukan apapun, hanya menikmati detak detik jam di dinding, merasakan sejuknya udara yg keluar dari AC atau sekedar menikmati irama suara sepatu berdetak dari orang yg lalu-lalang kesana-kemari.
No comments:
Post a Comment